Part 18

48 3 0
                                    

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

"Baiklah, tembak mereka. Jangan sampai pelurunya mengenai kepala mereka. Aku ingin kepala mereka utuh dengan mata terbuka lebar." Red Boy berbalik karena tidak ingin melihatnya.

Dor! Dor! Dor!

Rentetan tembakan yang diarahkan ke tubuh Farenza dan Neissya pun membuat keduanya terkapar di tanah.

Red Boy tersenyum penuh kemenangan.

Tiba-tiba orang-orang yang menembak Farenza dan Neissya pun tumbang saat mendapatkan rentetan tembakan yang mengejutkan.

Red Boy melihat Rouvin yang ternyata masih hidup dan Rouvin lah yang menembak mereka semua.

"Kebiasaan buruk tokoh antagonis adalah tidak memastikan lawannya benar-benar mati. Pada akhirnya kaulah yang harus mati," kata Rouvin.

Red Boy menodongkan pistolnya ke arah Rouvin, tapi Farenza menerjangnya dan langsung mengunci pergerakan Red Boy.

Farenza dan Neissya juga tidak mati, karena mereka memakai rompi anti peluru di dalam baju mereka. Ya, meski pun lengan dan kaki mereka terluka karena tembakan tersebut.

Sebuah kesalahan besar saat ingin menembak seseorang, tapi tidak menembak kepalanya. Namun, bisa jadi pesanannya memang mengharuskan assassin untuk tidak menembak bagian kepala buronannya. Karena mungkin saja kepala targetnya itu akan diawetkan dan dipajang.

"Aku yang akan menjadi orang kaya karena mendapatkan kepala kalian semua." Rouvin menembak kening Red Boy hingga tewas seketika.

☽༓☾

Orang-orang dari Departemen Pembersih tampak sibuk membersihkan TKP di pantai.

Sementara Rouvin sibuk memasukkan karung-karung yang berisi kepala para assassin yang bernilai tinggi ke dalam bagasi mobil.

Neissya menghampirinya. "Kau baik-baik saja? Luka di lehermu cukup dalam, kan?"

Rouvin menutup bagasi mobilnya kemudian ia menoleh pada Neissya. "Kau tahu aku pernah berada dalam kondisi yang lebih buruk dari ini."

Sementara itu dari kejauhan, Farenza melihat Neissya dan Rouvin yang sedang berbicara. Sebenarnya Farenza memang agak kesal, tapi ia memberikan kesempatan dan waktu untuk Neissya berbicara dengan Rouvin. 

Bagaimana pun juga Rouvin adalah teman lama Neissya.

"Apakah kau tidak akan pernah berhenti menjadi assassin?" tanya Neissya.

Rouvin tersenyum. "Setelah aku mendapatkan cinta sejati seperti saat kau bertemu suamimu, maka aku akan berhenti."

Neissya tersenyum. "Kau akan segera mendapatkannya."

Rouvin melirik ke arah Farenza. Ia menggerakkan wajahnya. "Suamimu tidak senang karena melihatmu berbicara denganku. Sana hibur dia. Kalian juga harus mengobati luka di lengan dan kaki kalian."

Neissya menepuk-nepuk bahu Rouvin kemudian berlalu. Salah satu orang berseragam APD menghampiri Neissya. Ia menawarkan diri untuk mengeluarkan peluru dan mengobati lukanya.

Giliran Farenza yang menghampiri Rouvin. "Kau akan pergi selamanya dari hidup Neissya, kan?"

"Ya," jawab Rouvin acuh tak acuh.

"Baguslah, ngomong-ngomong, terima kasih sudah menjaga istriku saat di tempat pelatihan. Aku tahu seperti apa rasanya tinggal di 'neraka' itu," kata Farenza.

Rouvin menoleh ke arah Farenza. "Hmm."

Farenza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apakah sebelumnya kau pernah berpacaran dengan Neissya?"

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang