Chapter 4

951 191 38
                                    

Hembusan angin menerpa pelan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan angin menerpa pelan tubuhnya. Membuat rambut yang setengah tergerai bergerak tipis. Minho tidak tahu dia sudah duduk berapa lama di tepi kolam, tapi dia rasa, dia sampai terbiasa akan bau amis yang dikeluarkan saking lamanya. Potongan ubi yang dia bawa juga perlahan habis, menyisakan hanya beberapa potong saja.

Kemudian hentakan pelan dari sisi kanannya menarik perhatian. Dia perhatikan ujung sepatu yang nampak di pandangan mata, lalu naik ke atas untuk cari tahu siapa pemiliknya. Saat tahu itu Seungmin ekspresi wajahnya berubah kecut. Dalam hati membatin, dia lagi, dia lagi. Bosan Minho lihatnya.

Tanpa memedulikan sorot tidak suka dari si gisaeng, Seungmin ambil duduk di sebelah pemuda itu. Memandang wajah rupawan yang putih bersih dengan penasaran. Tingkahnya tentu buat yang ditatap risih.

"Kenapa?" Tanya Minho sambil melirik Seungmin sekilas. Dia tidak berani menatap terlalu lama karena di belakang Seungmin ada Hyunjin yang selalu siap sedia dengan pedangnya.

"Tidak ada," sebenarnya Seungmin ingin jujur mengatakan rasa penasarannya. Ingin mengklarifikasi apakah pemuda disampingnya ini tidak berbohong soal jenis kelaminnya.

"Ada berapa banyak gisaeng laki-laki di Gyobang Jinju?"

Sebuah tanya yang tidak biasa bagi Minho terucap. Pelan-pelan dia menoleh pada Putra Mahkota disebelahnya.

"Hanya aku," jawabnya singkat. Kepalanya menunduk untuk kembali melanjutkan rajutan di tangan. Sesekali juga dia berhenti untuk menyuapkan ubi dalam mulut.

"Bagaimana bisa yang sepertimu menjadi gisaeng?"

Tanda tanya besar muncul dalam kepala Minho saat pertanyaan itu terlontar. Sunyinya keadaan sekitar membuat keduanya bisa mendengar sayup-sayup suara burung dari jauh.

"Sepertiku?" Tanyanya memastikan. Dan Seungmin mengangguk pasti.

"Maksudmu?" Tanya Minho lagi tidak paham. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksudkan. Memang dia ini seperti apa?

"Sudahlah, lupakan," balas Seungmin. Dia menepuk kedua pahanya, lalu memandang lurus ke depan. Tidak lama, dia menoleh lagi pada Minho. Matanya tidak bisa berpaling dari paras pemuda itu. Dari surainya yang hitam legam, hidungnya yang mancung, bibir tipis yang merah muda, dan kulit putih yang halus.

Srek

"Hm...?"

Seungmin memandang bergantian antara Minho dan kotak yang didorong ke arahnya.

"Kalau mau ambil, tidak ya sudah."

Kalimat pedas itu tidak menyakiti hati Seungmin. Dia justru tersenyum dengan hanya sudut bibir kirinya yang tertarik, lalu mengambil sepotong ubi dari dalam kotak, memakannya dengan perasaan senang sama halnya dengan Minho yang tersenyum dalam tundukan kepalanya. Senang bisa berbagi dengan si Putra Mahkota.

"Kau sering pergi ke sini?"

"Tidak juga."

"Pergi ke mana biasanya?"

HASTA LA VISTA | 2MINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang