Chapter 8

737 104 23
                                    

Minho tidak pernah sebahagia ini setelah dibuang ayahnya untuk menjadi gisaeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho tidak pernah sebahagia ini setelah dibuang ayahnya untuk menjadi gisaeng. Dia lupa bagaimana rasanya disayang, diinginkan, dan dicintai. Setelah lama tidak merasakan itu, kini Seungmin datang dan memberikan segalanya.

Wajahnya termangu saat Seungmin mengikat rambutnya dengan ikat kepala milik pemuda itu. Harum tubuh yang melingkupi bahunya tercium dengan jelas. Rasanya hampir buat mabuk. Diam-diam Minho memberanikan diri menatap ke atas, bertepatan dengan Seungmin yang menundukkan kepalanya. Pemuda itu tersenyum, lalu mengecup lama dahi Minho.

"Begini lebih baik," katanya sebelum kembali ke tempatnya duduk.

Minho yang menggerai rambutnya memang terlihat indah, tapi Seungmin tidak rela membagi keindahan itu dengan orang lain, maka jadilah ia merelakan ikat kepalanya untuk rambut Minho.

"Apa tidak bagus kalau digerai?" Tanya Minho dengan nada lembutnya. Dia mainkan sekuntum mawar di tangan. Itu dari Seungmin, katanya tidak sengaja lihat di jalan. Padahal, dia sengaja mengambil bunga itu yang secara tidak sengaja tumbuh di bawah jendela kamarnya.

"Justru karena terlalu bagus makanya diikat," jawab Seungmin tanpa melihat Minho. Dia sekuat tenaga menahan diri agar sanggup berbicara dengan gisaeng itu. Jujur, semakin hari semakin sulit menahan diri agar tidak salah tingkah saat berhadapan dengan kekasihnya.

Namun tidak lama kemudian Putera Mahkota itu menoleh pada Minho. "Seandainya kita hidup di dunia yang tidak memikirkan jenis kelamin, aku rasa kita bisa bebas mengekspresikan diri."

Minho mendengarkan dengan seksama curahan kalimat penuh harap itu. Jujur, dia juga ingin.

"Memangnya ada dunia yang begitu, Yang Mulia?"

Seungmin refleks menoleh pada Minho. Memandang sendu gisaeng muda itu, lalu berpaling dengan senyumnya yang jarang luntur.

"Ada, kalau kau yang minta pasti akan aku usahakan semampuku."

Rasa sejuk di hati tidak bisa bohong kalau Minho tersanjung mendengar kalimat itu. Untuk pertama kalinya setelah mereka menjalin kasih dia beranikan diri melangkah lebih dulu dan memberikan kecupan di pipi kiri Seungmin.

"Terima kasih," bisiknya.

***

Pagi yang sejuk di istana Seungmin habiskan waktunya untuk belajar. Lelah belajar dia sempatkan untuk berjalan-jalan di sekitar istana bersama Hyunjin dan pelayannya.

Langkah Seungmin terhenti begitu sampai di jembatan yang menghubungkan istana utama dan kediamannya, dia menoleh ke belakang, "suruh mereka pergi sebentar," katanya. "Aku ingin bicara denganmu."

Hyunjin mengangguk kecil, lalu berbalik dan meminta barisan pelayan di belakangnya untuk meninggalkan tempat.

Untuk beberapa saat setelah kepergian mereka keduanya berdiam diri. Seungmin menarik napas pelan dengan tangan tersimpan di belakang pinggang, kemudian tubuhnya yang membelakangi Hyunjin berputar sedikit. "Aku yakin kau yang paling tahu diriku," ujarnya.

HASTA LA VISTA | 2MINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang