Chapter 5

900 184 36
                                    

Mereka berjumpa di danau yang sama dan di waktu yang sudah Seungmin tentukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berjumpa di danau yang sama dan di waktu yang sudah Seungmin tentukan. Duduk dengan masing-masing kaki tergantung di batuan dan jarak yang hanya satu jengkal.

"Ini," Minho ulurkan boneka rajut kecil pada Seungmin.

"Bagaimana cara memasangnya?"

Belum sempat diambil Minho sudah lebih dulu membungkuk untuk pasangkan tali boneka tersebut ke pinggang Seungmin. Saat selesai dan hampir tarik tubuhnya, saat itulah pertama kalinya Seungmin melihat dari dekat manik bening milik Minho. Dia tertegun sampai tidak mampu berkedip. Beningnya manik  itu nyaris menghilangkan kewarasannya.

Sama halnya seperti Seungmin, Minho pun terpaku memandang manik kecokelatan milik Seungmin. Ketika kesadaran menghampiri keduanya mereka terburu-buru saling menjauh. Jantung yang berdegup kencang memberi informasi penting tentang perasaan keduanya.

Seungmin berdeham, lalu menunduk untuk lihat gantungan boneka di pinggangnya. "Terima kasih, ini terlihat lucu."

Pujian itu membuat Minho menoleh pada si Putra Mahkota, "bukan apa-apa tapi, apa tidak masalah kau memakainya?"

Sebelah alis Seungmin terangkat, "memang kenapa?"

"Karena kau Putra Mahkota aku pikir tidak sembarang sesuatu bisa diletak di tubuhmu."

Bukan sebuah masalah sebenarnya. Bagi Seungmin itu hanyalah hal mudah. Dia pegang boneka buatan Minho, "kauu bebas pakaikan apapun selagi aku setuju," gumamnya.

Kalimat itu adalah sesuatu yang biasa saja bagi orang lain. Namun, tidak bagi Minho. Dia bisa merasakan rasa panas yang menjalar di pipi dan gelenyar geli didadanya. Dan tanpa sadar hal itu menghadirkan senyum tipis di bibir.

Saat Seungmin sadari hal tersebut, dia pun tidak bisa menahan senyumnya.

Puas merasakan euforia yang kehadirannya abu-abu keduanya memutuskan untuk pergi dari danau. Berjalan tak tentu arah hingga berada dalam kerumunan massa di sebuah pasar yang padat.

"Kadang aku berpikir apa pemerintah benar-benar memikirkan rakyatnya saat banyak dari mereka yang kelaparan dan tidak punya tempat tinggal," ujar Minho dengan langkah selaras dengan milik Seungmin. Nada bicaranya halus dan lembut. Setiap kali dia bicara meski di awal penuh dengan kesinisan tapi, Seungmin tetap memerhatikan nadanya yang stabil dalam kelembutan. Entah sepertinya ini hanya perasaan Seungmin saja.

"Ada yang benar-benar memikirkan rakyat, ada pula yang hanya memikirkan diri sendiri."

"Lalu, kau masuk kategori mana?" Tanya Minho dengan sedikit mendongak. Nadanya menuntut. Agak lebih naik dari yang sebelumnya.

"Sudah tentu aku memikirkan rakyatku."

"Apa buktinya?"

"Ini, aku bahkan rela berjalan bersamamu layaknya rakyat biasa."

HASTA LA VISTA | 2MINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang