Dio berdiri dari bangkunya, dia langsung menuju pintu kelas. Axel memandangi Dio, mengikuti gerak langkahnya. Sekarang Dio terlihat berdiri berhadapan dengan Rafa.
Itu kenapa si Rafa jadi sering mampir ke sini, pikir Axel.
Sementara, di pintu kelas, Dio memandangi Rafa yang berdiri di hadapannya.
"Ngapain lo?" tanya Dio.
Rafa mengulurkan tangannya ke Dio. Rupanya Rafa memegang sesuatu yang kelihatannya seperti kotak hadiah bingkisan.
"Buat lo," kata Rafa, dia tersenyum mencurigakan.
Dio memandangi kotak itu lalu kembali menatap Rafa. Lalu Dio tertawa, "Sumpah?"
"Iya, surprise kan," balas Rafa.
Dio mengambil kotak bingkisan tersebut dari tangan Rafa.
Kemudian Dio berkata, "Lo sengaja ngasihin ini ke gue pas habis bel masuk kan."
"Yap. Kalo udah bel gini, dan gue samperin lo, pasti lo terima bingkisan dari gue."
"Pastilah, kan lo kasih langsung ke gue."
"Ya itu tujuannya," kata Rafa.
"Jadi lo jauh-jauh nyamperin gue cuma buat ini?" tanya Dio.
"Sama kayak lo jauh-jauh ke kelas gue pagi-pagi, cuma buat naruh lem di kursi gue."
Mendengar itu Dio mendengus.
"Ini boleh kan gue buang, nggak penting," kata Dio asal.
"Boleh banget," Rafa tertawa, "tapi lo nggak bakal ngebuang itu, gue tau."
"Karena kalo gue buang, berarti gue loser kan. Karena itu berarti gue duluan ngaku kalah, dan gue ngajakin prank ini udahan," balas Dio santai.
"Betul," Rafa menjawab dengan tenang.
Mereka saling tersenyum sinis. Kemudian, Rafa berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa. Dio sedikit terkejut sambil memandangi Rafa yang barusan menghilang dari pandangan.
Kenapa gue gak suka kalo dia langsung pergi tanpa bilang apa-apa seakan gue nggak ada, pas di UKS kemarin juga gitu, pikir Dio.
Lalu, yang terlihat berikutnya adalah guru Sosiologi Dio sedang berjalan ke kelasnya. Segera Dio kembali ke bangkunya.
Dio duduk di kursi dan begitu saja menaruh kotak bingkisan dari Rafa di mejanya. Axel menoleh dan langsung melihat kotak mencurigakan tersebut.
Itu kotak kado hitam dengan penutupnya. Ada hiasan pita putih mengelilingi sisi dan penutup kotaknya. Sementara, kotaknya berukuran sedang, bisa dipegang dengan satu tangan.
Axel berbisik heran, "Apaan tuh?'
"Kado," balas Dio.
"Dari Rafa?"
"Iya."
"Maksudnya apa nih?"
"Sst."
Dio menyuruh Axel diam karena Pak Guru Sosiologi barusan masuk ke dalam kelas. Pelajaran pun dimulai.
Pak Guru berdiri di depan kelas lalu berkata, "Dibuka ya bukunya, halaman---"
KRRIING.
"Anj---" Axel kaget setengah mati, hampir saja dia mengumpat tapi nggak jadi, dia melirik gurunya.
Dio lebih kaget lagi, dia mendengar suara seperti dering bel tersebut dari mejanya. Wtf? Oh. Tepatnya itu bunyi sesuatu yang ada di dalam kotak bingkisan dari Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
crash and burn
Teen FictionDio bersumpah bakal membuat Rafa bertekuk lutut, dan Rafa terus berusaha menghancurkan Dio. Nggak ada yang bisa diharapkan dari cowok slengean dan murid teladan yang saling bermusuhan. Sampai satu insiden terjadi membuat mereka sadar, bukan cuma ben...