Pastinya Dio mengiyakan saat temannya mau mampir ke rumah. Cuma si Axel aja yang sepertinya nggak lagi ngapa-ngapain.
Sementara, Josie keluar sama cewek-cewek temannya, dan Tobi lagi family time.
Jadilah Axel sekarang menampakkan diri di rumah Dio. Axel barusan parkir Vespa-nya di halaman rumah Dio. Lalu sahabat Dio itu masuk ke dalam, ke ruang tamu. Ada Dio di situ.
"Bro," Axel melepas helmnya.
Dio tanya, "Sendiri lo Sel?"
"Iya temenin dong," kata Axel.
"Hm," balas Dio.
Melihat Dio bermuka datar, Axel terkikik. Kemudian Axel menyisir rambut lurusnya yang kusut. Dio mengamati rambut kemerahan Axel.
Lalu, Axel menaruh helm di rak yang ada di sebelah sofa ruang tamu. Dio pun masih berdiri memandangi Axel.
"Lo udah makan Sel?" tanya Dio.
Axel jawab, "Udah, lo udah makan?"
"Udah barusan. Kalo lo belum makan, ada masakan itu. Lo makan Sel," Dio setengah menoleh ke dapur.
Axel bilang, "Gue udah makan kok santai. Lo sendirian di rumah?"
"Ada Kak Rin, Papa belum pulang masih lembur," kata Dio sambil duduk di sofa.
Axel mengangguk paham, kemudian dia melepas jaket bomber-nya dan ditaruhnya di sofa. Lalu Axel yang tadi berdiri langsung ikut duduk di sebelah Dio dan nggak cuma itu.
Axel menoleh ke samping, ke Dio. Lalu Axel menunduk dan menyandarkan dahinya di bahu Dio. Kedua tangan Axel terulur untuk merangkul bahu Dio dari samping.
Jelas Dio kaget, "Ngapain lo."
"Capek gue habis diputusin," gumam Axel.
Dio mengerutkan muka, "Emang lo punya pacar?"
"Nggak sih, gebetan. Ayang 2 minta break, ga jelas. Lah ayang 1 ngeghosting udah seminggu ini," Axel berkata enggan.
Dio tertawa, "Bego lo kebanyakan ayang. Pilih satulah habis itu confess."
"Gue bingung, semua cantik-cantik bohay pula, tapi itu sih, gue nggak pengen komitmen sama mereka," Axel jujur.
Dio berkata, "Ya masalahnya ada di elo. Lagian, emangnya mereka mau jadi pacar lo."
"Berengsek," Axel emosi. Dio cuma cengengesan.
Dio sudah biasa dengan tingkah Axel yang clingy ke dia, seperti Josie. Tapi meskipun gitu, Dio nggak masalah dengan kelakuan Axel itu.
Kalau soal masalah, ini sih masalahnya Dio ingin menghampiri Rafa, tapi dia nggak mungkin mengabaikan Axel, apalagi menyuruhnya pulang.
Tahu-tahu Axel melepaskan rangkulannya dari bahu Dio. Axel menatap Dio dari samping, membuat Dio menoleh ke Axel. Kemudian Axel bilang, "Yo ayo ke Bang Roy."
Dio mengangguk.
Nggak ada lima menit setelah itu.
Sehabis pamit ke Karin untuk keluar sebentar, Dio dan Axel sudah duduk-duduk di warung Bang Roy dekat rumah Dio. Warung kopi sederhana yang punya banyak pelanggan tetap.
Bau asap rokok tercium samar di dalam warung yang berukuran minimalis itu. Axel sedang merokok di sebelah Dio. Mereka duduk bersebelahan dengan satu meja kecil.
Axel barusan mengusir nyamuk yang hampir hinggap di lengannya. Dia menepuk-nepuk lengannya itu dengan satu tangan yang nggak memegang rokok.
Dio mengamati Axel yang mengenakan T-shirt biru dongker dan celana jeans hitam. Axel kemudian balas menoleh ke Dio. Axel terlihat heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
crash and burn
Teen FictionDio bersumpah bakal membuat Rafa bertekuk lutut, dan Rafa terus berusaha menghancurkan Dio. Nggak ada yang bisa diharapkan dari cowok slengean dan murid teladan yang saling bermusuhan. Sampai satu insiden terjadi membuat mereka sadar, bukan cuma ben...