Sheet 13

9.1K 379 0
                                    

Happy reading

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

13. Amarah Carel

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

...

"Dwiki?!" ucap Carel meneriaki nama sekretaris nya itu.

"Dw-"

"Iya tuan" kata Dwiki yang sudah lebih dulu menerobos masuk sebelum teriakan tuannya itu kembali terdengar.

"Ada apa tuan?"

Carel menunjuk paper bag yang berada dimeja dengan dagunya. Seolah mengatakan pada Dwiki agar mengambil paper bag berwarna coklat itu.

"Ini tuan?"

Carel hanya berdehem, terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya. Pria itu lebih memilih untuk menyibukan diri dengan ipad nya.

Membiarkan Carel yang sibuk dengan ipad nya, Dwiki membuka apa yang berada didalam paper bag coklat itu. Terlihat disana sebuah bekal berwarna hitam membuat kening Dwiki mengernyit, namun saat ia mengeluarkannya. Dwiki paham, ini bekal yang sama saat kemarin-kemarin tuannya itu memberikan padanya.

"Bekal lagi tuan? Untuk saya?"

"Yah, ambil saja dan pergi dari sini!"

"Tapi tuan. Tuan berkata ini bekal dari istri, apa tidak sebaiknya tuan saja yang makan?"

"Kau sudah berulang kali mengatakan hal itu ketika saya memberikan bekal nya" balas Carel mendengus.

"Ya, maksud saya. Bukankah biasanya suami sangat menyukai masakan istri?"

"Saya beda! Sudah sana bawa bekal itu!" usir Carel sudah mulai sebal.

"Tuan beneran tidak mau? Masakan istri tuan sangat enak" bujuk Dwiki kembali.

"Tidak Dwiki! Pergi sekarang, atau saya akan-"

"Iya-iya tuan. Saya pergi" sela Dwiki cepat sebelum Carel memarahinya, tak lupa Dwiki juga membawa paper bag yang diberikan tuannya tadi.

Melihat kepergian Dwiki, Carel menggeram kesal. Ia menghempaskan begitu saja ipad yang sedari tadi ia pegang. Benar-benar menyebalkan, Carel memilih untuk mengambil ponselnya lalu memilih untuk memesan makanan saja daripada harus memakan masakan Kana.

...

Seorang pria dan wanita itu duduk berhadapan dengan tatapan datar satu sama lain. Keduanya seperti bermusuhan namun tidak memiliki masalah sama sekali.

Ansel dan Salsa. Keduanya nampak masih terdiam tak ada yang ingin membuka suara nya lebih dulu.

Hampir berselang lima menit, Ansel memilih untuk mengalah. Ia membuka suaranya dan sadar bahwa dirinya lah yang mengajak Salsa lebih dulu ke cafe terdekat.

"Kau menerima perjodohan ini?"

Salsa menggeleng, tentu saja tidak bahkan Salsa di kejadian beberapa tempo lalu hendak menyela dan menolak keras tetapi pria bernama Ansel itu sudah lebih dulu bersuara hingga membuat niat Salsa urung.

Carel Dan Dendamnya (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang