Sheet 01

47.7K 1K 14
                                    

Hai gays! Welcome to my third work

Vote+coment and yeah follow my account😉

Happy reading

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

01. Carel Trevor Miller

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

...

Pria berusia 27 tahun itu menapaki undakan tangga yang akan membawa nya menuju rumah yang selama ini menjadi tempat nya berpulang. Rumah besar yang hanya terisi oleh lima pelayan, dua satpam dan pria itu sendiri. Tak ada yang menarik baginya selain pekerjaan kantor nya.

Kerja, kerja dan kerja. Itulah yang selama ini ia lakukan, tak ada yang menarik pada kehidupan nya semenjak sang istri dan anaknya meninggal dunia.

Carel, pria itu membutuhkan dua tahun lamanya hanya untuk mengembalikan dirinya seperti dulu. Tak mudah baginya ditinggal pergi begitu saja oleh orang-orang yang ia cintai, istri dan anaknya sangatlah berpengaruh pada hidupnya.

"Tuan, saya ingin mengantarkan kopi yang anda minta"

Carel memutar kursi kerja yang semula membelakangi pintu, ia mengangguk singkat lalu mengibaskan tangannya berharap pelayan itu segera pergi darinya.

Seolah sudah tau tentang kebiasaan tuannya, pelayan itu undur diri setelah menaruh secangkir kopi yang diminta. Tidak lupa pelayan itu kembali menutup pintu nya.

Carel hanya menatap kopi itu tanpa minat, hidupnya sangat bener-bener suram, suram hingga ia tidak tau harus bagaimana lagi. Semangat hidupnya seolah tak ada lagi, terkadang kerja pun Carel berfikir, untuk apa dirinya bekerja jika tak ada yang ia berikan uang selain untuk membayar para pekerja nya.

Uang memang sangatlah penting, tapi keluarga dan kebahagiaan jauh lebih penting baginya.

Carel menghela nafas, tangannya mengambil figura foto yang terpampang apik pada meja kerja nya. Sosok wanita cantik dengan rambut panjangnya yang menjuntai sedang tersenyum ke arah kamera. Perut besar itu adalah titik pusat penglihatan Carel, ia menyentuh nya dengan raut wajah menyedihkan. Seharusnya sebulan setelah pemotretan, anaknya itu lahir ke dunia, namun semua begitu tiba-tiba terjadi, sebuah kejadian merengut sang buah hati dan sang istri.

"Sak-sakit....ku mohon lepaskan aku.."

Kilasan rintihan sakit yang terjadi pada istrinya membuat tangan Carel terkepal kuat, ia bener-bener tidak akan memaafkan orang yang selama ini merebut kebahagiaanya.

Nyawa haruslah dibayar dengan nyawa. Bukankah seperti itu?

Yah, memang sudah seharusnya seperti itu.

Carel dengan kekuasaanya tentu dengan mudah bisa melakukan dendamnya terhadap orang yang selama ini merengut kebahagiaanya.

"Raditya Hernandez, kau sudah merebut kebahagiaan ku. Tunggu apa yang akan aku perbuat untukmu" gumam Carel mengepalkan kuat tangannya, sebuah bayangan sosok pria berkepala empat itu hadir di otaknya.

...

Carel memasuki ruang CEO milik ayah mertuanya setelah mendapatkan sahutan dari dalam. Carel melihat sosok pria yang lebih tua dari nya itu tengah berkutat dengan laptop didepannya.

Carel Dan Dendamnya (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang