[ S A H A B A T ]

324 50 18
                                    

"Penggaris besi bisa meleyot, fyi," — Bever ke Prat dalam chapter [ K E P O ]

———

Bever kenal sama War udah cukup lama, tepatnya dari semenjak mereka kelas 10 di SMA yang sama. Tapi dulu, mereka nggak sedeket sekarang.

War dikenal sebagai murid yang aktif di SMA mereka. Selain karena cerdas di akademik dan wajah yang emang ganteng imut, War juga dikenal multitalenta, mulai dari nyanyi, gitar, drum, bola sampe jadi moodmaker dia borong semua. Emang sih, selain itu War juga bisa jadi sumber sakit kepalanya para guru, soalnya hiperaktif dan nggak mau diem, pertanyaannya kadang suka out of the box bikin guru yang ngajar ikutan bingung, tapi mereka juga sayang banget sama War karena walaupun cukup bandel, dia tetep sopan sama mereka. Pokoknya War ini tipe idaman kaum hawa dan target iri kaum adam deh.

Nah, Bever ini kebetulan bukan salah satu kaum adam yang iri, dia salah satu yang kagum. Dia paling seneng kalau War udah main gitar melodi, enak banget dengernya, bikin tenang. Tapi, yah, Bever cuma bisa ngagumin dari jauh karena circle mereka nggak ada koneksi, paling Bever cuma kenal salah satu temen War yang satu ekskul karate aja, namanya Jay, itu pun ya sebatas kenal karena Jay yang emang udah menggeluti karate sejak kecil jadi suka disuruh ngebantuin ngelatih. Temen-temen War itu sedikit banyak murid-murid yang juga multitalenta dan secerdas War. Sedangkan Bever cuma murid biasa-biasa aja, nggak pinter, nggak bego, nggak aktif, nggak pasif. Dia punya nilai di atas rata-rata, tapi nggak wow.

Suatu sore, seperti biasa War suka ngedatengin arena tempat latihan karate seabis ekskul musiknya dia yang emang barengan hari untuk nyamperin Jay. Setau Bever, War emang suka nebeng Jay pulang.

"Anjir, gue lupaaa," Jay megang kepalanya dengan muka bersalah, "hari ini gue langsung ke airport, War, mau jemput emak. Gue lupa bilang, ya?"

"Ahh, Jaaaay!" War ngerengek, "Terus gue balik sama siapa dong??"

"Duh, bentar," Jay kemudian ngebalik untuk ngeliat orang-orang di situ dan papasan banget matanya ketemu mata Bever, "Bev! Sini, sini!"

Siapa yang nggak mau dipanggil ngedeket waktu War ada di situ?

"Oy?"

"Ini, nih, temen gue si War," kata Jay sambil nunjuk War yang masih manyun, "kalo nggak salah rumah lo searah dia, deh."

"Emang daerah mana, War?" Tanya Bever berusaha santai padahal mah jantung udah senam poco-poco. Dia ngeluarin hapenya terus buka google maps, "Coba ketik daerahnya."

War ngambil hapenya Bever terus ngetik alamatnya. Pas Bever cek, emang bener, ternyata rumahnya War searah.

"Oalah, searah banget rumah gue ini sih," kata Bever sambil nunjukin jalan ke perumahannya, "Gue di sini nih."

"Weh, lebih deketan Bever ke rumah lo dari pada gue, War," kata Jay, "lo kenapa nggak nebeng dia aja tiap hari?"

"Nggak sopan amat lo! Tanya dulu orangnya kek!" Kata War sambil noyor kepalanya Jay, terus dia ngeliat Bever, "Sorry, ya, dia mah emang kadang suka agak-agak cocotnya."

"Nggak apa-apa, kok," Bever ketawa, "kalau emang lebih deket ke gue, gue juga nggak keberatan kalau emang lo mau nebeng pulang tiap hari."

"Ih, ngerepotin!"

"Ya nggak ngerepotin kalau searah sih."

War keliatan nimbang-nimbang, "Beneran nggak apa-apa, Bev? Jelek amat imej gue, baru juga ngobrol sekali begini udah nebeng."

"Ah, selow kali," kata Bever sambil nyengir.

Akhirnya War juga nyengir lebar sampe lesung pipinya cekung sempurna, "Mau banget kalo gitu! Thanks berat, Bev!"

Kak War! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang