[ M A B A ]

765 89 33
                                    

"Duit, duit, duit!"

War duduk dengan jumawa sambil nontonin anak buahnya, Bever sama Prat, malakin anak-anak yang lagi makan di kantin.

Siapa sih yang nggak kenal War? Ketua berandalan fakultas teknik yang kayak petasan cabe, kecil tapi meledak mulu. Baru naik ke tingkat 4, bukannya tobat mikirin TA, malah makin jadi kelakuannya.

Pemandangan biasa tiap jam istirahat di kampus mereka ya gitu, War sama gengnya muterin kantin buat malak, makanya murid satu fakultas tau harus nyiapin uang lima ribu buat gengnya War, mau ke kantin atau nggak pun, soalnya kadang War juga suka malakin di kelas. Kecuali buat anak-anak yang emang kurang mampu, biasanya War yang beliin mereka makanan. Gitu-gitu War juga punya hati.

Anyway, penghasilan malaknya siang itu cukup banyak karena kebetulan War juga datang ke tiga kelas acak yang emang lagi apes. Habis makan, War beserta gengnya langsung naik ke atap. Bisa dibilang atap ini basecamp mereka kalau bolos atau emang lagi ingin ngadem.

"Eh, denger-denger maba ada yang masuk lewat fast track gara-gara nilainya sempurna," Bever buka topik gosipnya. Heran, tuh bocah nggak pernah kehabisan bahan ghibah tiap hari, entah dari mana sumbernya.

"Oh, ya? Cowok apa cewek?" Tanya Prat dengan penuh semangat, maklum jomblo, ngejar cewek ditolak mulu.

"Cowok."

Prat langsung lesu, "Ah, malesin."

"Enak dong, ada sumber duit tambahan," kata War sambil nyengir, "terus, terus?"

"Katanya ganteng banget, kalem gitu, terus blasteran Hongkong, tajir melintir, yang ngeceng dia sampe fakultas sebelah," lanjut Bever.

"Maba mulai masa orientasi hari ini kan?"

"Katanya sih gitu."

"Kita pantau-pantau dululah, kalau emang sesuai gosip, mangsa empuk tuh."

War sama Prat tos.

Sore harinya, gengnya War mampir ke kelas yang katanya ada si maba populer itu. Dan emang bener, ada anak yang duduk dikelilingi cewek-cewek yang mau kenalan. Gosipnya juga bener, anak baru itu ganteng pake banget! Pembawaannya cool tapi nggak judes. Maba teknik kan biasanya emang harus pake seragam atasan putih, celana hitam bahan lengkap sama dasinya, beda sama kakak tingkat yang pake outer biru tua lengkap dengan bordiran fakultas teknik dan tahun angakatannya. Nah, seragam maba itu biasanya keliatan cupu, tapi anehnya dipake anak ini malah keliatan kayak buat photoshoot.

"Heh, heh," War narik maba apes yang lewat. Dia langsung masang muka takut, secara ditarik sama kakak tingkat yang keliatan berandalan, siapa yang nggak ketar-ketir. Tapi War nggak niat malak, cuma mau tanya, "itu maba yang katanya blasteran Hongkong itu?"

"I-iya, Kak," si anak apes jawab takut-takut.

"Siapa namanya?"

"Yin, Kak."

"Ya udah sono," War ngusir anak apes yang dengan semangat langsung lari menjauh.

"Yin," War bergumam, "keliatannya sih mangsa empuk, guys. Mulai besok lah kita kejar."

Keesokan harinya, pas jam makan siang, War nggak pergi ke kantin sama gengnya, dia standby di depan kelas Yin. Waktu gurunya udah keluar, War masuk ke kelasnya, sontak semua muridnya pada diam ngeliat kakak tingkat masuk tiba-tiba. Dengan jalan sok digagah-gagahin, War nyamperin meja Yin, terus digebrak sampai yang punya nengok ke atas.

"Heh, maba," War bilang sambil nyengir jahat, "ikut sini sama Kakak."

Yin nengok ke kanan, ke kiri, "Aku, Kak?"

Kak War! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang