Wei Wuxian tidak sendirian. Ada seseorang yang selalu mengawasinya dari jauh. Selalu berusaha mengobati semua luka yang digenggamnya sendirian.
Seseorang ... begitu dekat sampai rasanya seperti keluarga.
!WARNING!
This is WangXian fanfiction actuall...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I can'tignoreit anymore.
———————————————————
Waktu.
Iya, waktu. Salah satu hal yang tidak pernah begitu dekat dengan sosok Hou ChunXi.
Dia lupa seperti apa rasanya mengalir bersama waktu. Yang dia ingat hanyalah bagaimana kulit-kulit tubuhnya memerah karena tertahan di tengah arus waktu yang mengalir.
Tangannya selalu mencoba meraih, menggenggam erat ranting-ranting yang mengalir. Dia kira dia akan ikut menari bersama arus kecil yang manis, namun ternyata dia malah terjebak di tempat yang sama.
"Berapa lama lagi yang kupunya?" gumamnya sambil berjalan menjauh dari tempat dia berpisah dengan Nie HuaiSang.
Bibirnya melengkung membentuk senyuman pilu. "Cukup, mungkin."
Dia hanya berharap supaya waktu yang tersisa dari tubuhnya yang kering akan cukup untuk membantu semua yang dekat dengan hatinya menemukan kebahagiaan mereka.
Seiring dengan percakapannya dengan Jin ZiXuan, dia mencoba dengan keras melupakan setiap hitungan mundur yang menggema di kepalanya.
Tidak lama. Tidak begitu lama. Hanya cukup, itu saja dia sudah senang.
Kakinya melangkah menjauhi Jin ZiXuan setelah dia merasa cukup dengan sesi perkenalan dengan si merak emas sombong itu.
"Kenapa?"
Kenapa disaat dia bisa menghargai hari-hari yang dia miliki, takdir kembali merenggutnya dengan paksa.
Dulu dia membuang-buang waktu yang ada di genggamannya dengan sembarangan, merasa tidak membutuhkan apa yang sudah lama hilang dari genggamannya.
Waktunya mengalir, waktunya masih begitu panjang, tapi maknanya menghilang.
"Waktu sialan. Hilang disaat aku menginginkanmu, tch!" umpatnya sambil menendang batu kerikil di kakinya.
"A-Yi!"
Teriakan itu membuatnya berbalik. Di sana, Lan XiChen dan Nie MingJue sedang berjalan cepat ke arahnya. Wajah keduanya sumringah. Pasti ada kabar baik.
"A-Huan, A-Jue, kalian kelihatan senang?" katanya sambil tersenyum kecil.
Percikan rasa antusias terlihat jelas di mata si giok pertama Lan. "Kita akan melakukan sumpah untuk bersaudara beberapa hari lagi!" serunya.
Ah. Itu…
Bagaimana caranya Hou ChunXi mengatakan pada kedua pemuda di hadapannya kalau sumpah itu akan sia-sia. Waktunya tidak lama lagi.
"Ah, itu? Bagus sekali, sekarang aku akan punya kegiatan rutin yang baru," ujarnya dengan pandangan jenaka.