8

8.2K 789 22
                                    

Kenny benar-benar sudah melupakan kejadian itu, walau terkadang tiba-tiba ingat jika berpapasan dengan Raga.

Namun sudah satu minggu ini Kenny tak melihat Raga, ia sedikit 'penasaran' Kenny dan Nanda tengah menonton pertandingan bola antar kelas, ia jadi sedikit penasaran mengapa Raga tak terlihat, namun saat melihat kelas sebelas perbankan satu, tak ada seorang pun yang memakai baju nomer depalan.

"Kenapa lo ngelamun?" tanya Nanda heran.

"Lo tahu Raga kelas PB 1 gak?"  tanya Kenny.

Nanda diam sebentar sebelum berucap. "Raga yang ngewakilin olimpiade?" tanya Nanda, yang di angguki Kenny.

"Tumben lo nanya dia." ucap Nanda.

"Emm..gue mau cerita sama lo sebenernya pas male.."

Brugh

Seperti dejavu, bola menghantam wajah Kenny, namun saat ini bukan bola sepak biasa melainkan bola volly dari pinggir lapang sepak bola.

Uhuk

Bola yang menghantam nya cukup keras, membuat Kenny sedikit pening.

Tes

Cairan pekat merah menetes mengotori seragam nya.

"Argghh!" pekik Nanda, "Berdarah, ayok ke rumah sakit, tante pasti marah!" lanjutnya berlebihan.

Kenny masih tak bergeming, otak nya blank, ia terkejut saat darah semakin keluar banyak tanpa jeda.

Kenny tak suka! Ini kotor!

Kenny meremat seragam nya, napas nya turun naik, Nanda dengan gesit menghubungi ambulance tak peduli dengan sekitar nya saat ini yang sudah dikerumini banyak orang.

________

Raga masih bergumul dengan selimut nya, sudah seminggu ia demam di tambah asupan yang setiap ia makan terus saja keluar, perut nya sama sekali tak menerima makanan apapun dan berakhir dirinya yang lemas bahkan untuk berdiri pun rasanya sulit, pening.

"Kita ke dokter aja ya." ucap Mama, ia mengompres kening Raga.

Raga hanya menggeleng, bicara pun rasanya sulit.

"Ayok, Mama gak mau kamu keterusan sakit." ucap Mama, namun Raga kukuh menggeleng ia tak mau! Ia tak mau membebani Mama nya, apalagi bulan sekarang ia tahu banyak pengeluaran.

Sedangkan di tempat lain, tepat nya rumah sakit, Nanda tak bisa diam, ia menunggu Kenny sadar karena saat datang ke rumah sakit tiba-tiba saja, sahabatnya itu tak sadarkan diri.

"Kamu pacar atau..."

"Saya teman nya Dok, jadi ada apa sama teman saya? Dia punya penyakit parah?" Nanda tak sabar.

"Sebenarnya ini agak aneh, dan sedikit langka, saya ingin bertanya apa dia seorang transgender?" tanya Dokter, Nanda menggelengkan kepalanya ribut.

"Gak mungkin Dok, dia punya belalai murni kok dari kecil." ucap Nanda.

Dokter menghela napas, ia menatap Nanda sebelum mengatakan "Pasien Kenny sedang mengandung, awal nya saya tidak yakin namun saat melakukan pemeriksaan lagi, tetap hasil nya sama."

Brak

Nanda menggeprak meja dihadapan nya, "Dokter mau saya tuntut karena memberikan pemeriksaan salah!" teriak Nanda emosi.

"Ini benar kamu bisa lihat dan baca hasil pemeriksaan nya." ucap Dokter.

Nanda membaca surat keterangan itu, ia meremat kertas itu, bagaimana ia mengatakan nya pada Kenny.

Nanda sadar dari lamunan nya, saat melihat Kenny membuka matanya, sontak ia langsung memeluk sahabatnya itu.

Entah kenapa ia tak sanggup mengatakan nya, apalagi Kenny balas memeluk nya.

"Lo kenapa si? Gue gak mati cuman karena bola." tutur Kenny.

Nanda menggeleng, ia melepas pelukan nya.

"Siapa bapak nya?" tanya Nanda tiba-tiba, Kenny mengerutkan kening nya saat mendapat pertanyaan aneh itu.

"Lo pernah sexs sama cowok?"

Kenny menegang pertanyaan itu membuatnya tertohok, apa ia terkena klamidia? Atau aids? Hepatitis? Banyak lagi hal buruk yang hinggap diotak nya.

"Gue sakit parah ya?" tanya Kenny lirih, Nanda menggeleng.

"Bukan." ucapnya.

"Terus apa Nan, lo dari tadi buat gue takut." ucap Kenny kesal.

"Lo hamil."

Bugh

Kenny memukul kepala Nanda ringan, "Gak lucu bangsat!" umpat Kenny.

Nanda kembali menggeleng, ia memberikan surat dari Dokter tadi, yang langsung Kenny terima.

"Gue cowok tulen, ini gak mungkin ini.."

Kenny meremat kertas yang baru selesai ia baca.

"Satu minggu dua hari, usia bayi lo." lirih Nanda tak kuasa melihat wajah terkejut Kenny, ia takut.

"Gue gak mau!"

"Ayok gugurin aja!"

Kenny frustasi bagaimana ia mengatakan pada kedua orang tua nya? Bagaimana sekolah nya?

Nanda mencekal tangan Kenny yang terus memukul perut rata nya.

"Jangan gila lo anjing! Dia ada karena lo, dia gak tahu apa-apa." Nanda menjadi emosi.

"Minta tanggung jawab bapak nya." lanjut Nanda.

"Gue gak bisa, gue gak sanggup gue..gue mau gugurin aja."

Plak

Untuk pertama kali nya Nanda berbuat kasar, tangan nya bergetar setelah menampar Kenny.

"Ini salah! Lo mau bunuh makhluk yang sama sekali belum ada di dunia, jahanam banget lo! Gue gak pernah punya sahabat dengan pikiran dangkal kayak gitu, sadar Ken!" napas Nanda turun naik.

"Lo gak ngerasain! Lo gak tahu apa-apa, ngomong emang segampang itu, lo gak paham sama posisi gue." Kenny berucap lirih di akhir.

"Gue mau gugurin." lanjutnya.

Nanda memejamkan matanya, tangan nya mengepal.

"Setidak nya lo beri tahu ayah nya Ken, lo gak punya hak buat mutusin sepihak, kalian buat berdua, maka dari itu kalau dia gak mau tanggung jawab lo boleh ngambil keputusan tadi." tutur Nanda, "Gue mohon Ken, jadi anak yang gak di terima sebelum lahir itu sakit." lanjutnya.

Kenny diam, ia tak bisa berkata-kata lagi, ia kembali membaringkan tubuhnya, mengapa semuanya terasa seperti mimpi.

"Siapa Ken?" tanya Nanda, "Siapa orang yang bikin lo kayak gini?" tanya nya lagi.

"Lo gak perlu tahu, orang nya bahkan udah seminggu ini gak kelihatan, mungkin tuh orang kabur." ucap Kenny.

"Lo boleh nangis atau sedih sekalipun tapi jangan larut Ken, masih ada gue, gue bakalan ada buat lo." lirih Nanda.

Kenny tersenyum getir mendengar nya, ia bisa apa sekarang? Tangan nya tanpa sadar mengelus perut nya yang datar.

Satu minggu dua hari ya? Batinnya.

Jadi setelah melakukan itu dengan Raga, langsung jadi?

Kenny masih tak percaya, namun dengan ada nya hasil dari dokter tadi membuat Kenny percaya setengah hati.

Ia berharap ini hanyalah mimpi, ia tak sanggup sungguh. Ia masih ingin mengejar cita-cita nya, ia baru saja kelas sebelas, bagaimana jika teman-teman nya tahu? Apa dia akan berhenti sekolah? Apa Papa dan Bunda nya akan terima, mereka pasti kecewa.

Dara? Apa perempuan itu akan kecewa juga, pikiran itu terus mengganggunya, entah kenapa rasanya Kenny tak pernah serapuh ini.

Ia ingin hilang saja dari dunia ini, ini terlalu kejam.

_____

Thanks yang udah nunggu nih cerita, sebenernya mau gua unpublish tapi gak jadi.

DREAM!  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang