11

7.7K 782 2
                                    

"Dari mana saja kamu, tadi Papa yang jemput kamu?" suara Papa menghentikan langkah Kenny yang akan naik tangga.

"Ke toko buku sama Nanda." bohong Kenny.

"Sekali lagi kamu pergi sama si miskin itu, Papa pastiin kamu gak bakal ketemu lagi sama dia." ancam Papa, yang dapat Kenny simpulkan Papa nya sudah tahu bahwa ia berbohong.

Namun Kenny tak ingin ambil pusing, ia segera pergi dan masuk ke kamar nya.

Ia mengganti seragam nya, sedikit merasa jijik dengan bekas muntahan nya sendiri, ia melihat pantulan nya di cermin, dengan sadar Kenny mengelus perut nya.

"Sehat-sehat ya." ucapnya dengan senyuman tulus.

__________

Raga menyelesaikan tugas sekolah nya sampai larut malam, ia merentangkan otot tangan nya yang terasa pegal.

Ia tak bisa tidur, mengingat kejadian tadi siang dimana Kenny muntah, ah, pasti sangat sulit bagi Kenny.

Raga tak bisa menjaga atau bahkan membantu Kenny dimasa mengandung nya, Raga terus merutuki nasib nya yang menjadi miskin, ia ingin sekali merusak takdir nya.

"Ken, gue janji, gue bakalan tebus semua nya." lirih Raga, ia mencengkram pensil ditangan nya.

Sedangkan ditempat lain, Kenny tengah uring-uringan ia ingin mangga, ia juga tak bisa tidur karena keinginannya.

"Kak Dara."

Tok

Tok

Tok

Kenny terpaksa harus membangunkan Dara ke kamarnya, ia tersiksa saat ini.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Dara yang tengah mengucek matanya.

"Apa Ken?" tanya Dara.

"Emm..Kak, boleh gak gue minta tolong?" ucap Kenny ragu.

"Apa?" tanya Dara yang sudah sadar sepenuh nya.

"Gue..emm..pengen mangga." cicit Kenny.

Dara melirik jam dinding dikamarnya, pukul dua lewat tiga menit.

"Ini udah malem, dede gak papa kan ditunda sampe pagi." Dara mengusap perut Kenny yang agak keras.

Entah kenapa Kenny tiba-tiba saja sakit hati, ia merasa benci dirinya sendiri, karena harus menyusahkan orang lain.

"Emm...kalau Dede mau nya sekarang, gak papa tante yang manis ini bakalan cariin." ucap Dara lagi.

Kenny menggeleng ribut. "Gak papa nanti aja, dede nya mau pagi kok." ucap Kenny.

Dara tersenyum getir, ia mengerti perasaan Kenny.

Dara mengelus kepala Kenny, ia tak tahan harus melihat wajah Kenny yang penuh derita.

"Gak papa Ken, demi lo sama Dede gue mau kok cari mangga." ucap Dara, namun Kenny segera menggeleng, keinginan nya yang menggebu sedari tadi, tiba-tiba saja sirna yang ada ia merasa bersalah karena mengganggu Kakak nya.

"Tapi nanti pagi ya Kak, Dede nya mau pagi kok." ucap Kenny.

Dara menghela napasnya ia menyerah, "Oke deh, yaudah lo tidur sana jangan sampe keponakan gue kena anemia nanti." ucap Dara yang mengarang.

"Oke, maaf ganggu ya Kak." Kenny segera melangkah ke kamarnya.

Dara tersenyum, sejak Kenny hamil, sodara nya itu menjadi agak pendiam dan tidak mencari ribut, Kenny tengil sudah lenyap ia merindukan masa-masa kebersamaan nya dengan Kenny yang selalu ceria.

Bukan Kenny, yang lembut dan juga lemah, bukan Kenny yang jadi pendiam seperti sekarang.

Saat kembali ke kamarnya, Kenny merebahkan tubuh nya. Ia mengelus perut nya, membayangkan perut nya akan besar nanti.

Sekelibat bayangan pulang sekolah tadi membuat Kenny tersenyum, Raga memberikan perhatian nya, Kenny pikir Raga akan menjadi pecundang, ia akan kabur. Ternyata tidak, Raga bahkan ingin menanggung semuanya, namun Kenny tak suka dengan cara Papa nya, menurut nya itu tak adil.

Kenny harus segera mengeluarkan anak diperut nya, agar Raga tak selalu ditekan oleh Papa nya, tugas nya saat ini hanya mengandung lalu melahirkan, lalu memberikan bayi itu pada Raga, itulah akhir dari semuanya, setelah bayi nya lahir, Raga tak akan di tekan oleh Papa nya, dan ia akan pergi jauh meninggalkan kota ini.

"Cepat lahir lah, agar ayah mu tak kesusahan, dan terus merasa tanggung jawab." ucap Kenny mengelus perut nya.

_________

Kenny tak terlihat sedari tadi membuat Raga khawatir takut terjadi apa-apa.

"Kenny kenapa gak masuk?" tanya Raga, menghentikan Nanda yang mau masuk kelas.

"Gue gak tahu, samperin aja kerumah nya." ucap Nanda.

Raga hanya diam, tak mungkin ia datang kerumah Kenny, yang ada ia akan habis di tangan Papa si manis itu.

"Ketua!" teriakan Reno membuat keduanya menoleh.

"Ck biayawak sawah bisa gak, gak usah teriak-teriak kayak gorila." ketus Nanda kesal.

"Heh cangkang uler, gue gak ada urusan sama lo." cetus Reno tak mau kalah.

"Udah, ada apa Ren?" tanya Raga, ia pusing jika harus mendengar adu mulut mereka.

"Minggu depan kata kepala sekolah ada lomba sepak bola antar sekolah." tutur Reno. "Gue disuruh ngasih tahu lo." ucapnya.

Raga mengangguk. "Tanggal berapa?" tanya Raga.

"Lima belas." ucap Reno.

Raga diam, tanggal lima belas minggu depan, dan dimana pada tanggal itu ia akan menjadi pegawai tetap pekerja paruh waktu di cafe.

"Ada masalah?" tanya Reno.

"Kalau gue gak ikutan gimana?" tanya Raga sedikit ragu.

"Jangan gila ketua, yang ada anak-anak bakalan marah karena ketuanya gak ikutan." ucap Reno.

Raga menghela napas, ia tak bisa pergi dari tanggung jawab.

"Yaudah mulai sore, kita latihan." ucap Raga, yang diangguki Reno.

Nanda yang sadar telah menguping, segera masuk ke kelas nya, ia merasa menyayangkan, karena siswa berbakat seperti Raga harus menghamili seseorang, tak bisa dibayangkan jika kabar itu menyebar keseluruh penjuru sekolah, mau ditaruh dimana wajah Raga yang terkenal akan prestasi dan juga bakat sepak bola nya.

"Ketua bisa ikut gue ke gudang belakang gak?" tanya Reno, Raga mengerutkan kening nya. "Sebentar gue mau ngomong sesuatu." lanjutnya.

Alhasil keduanya ke gudang belakang, Raga menunggu Reno berbicara, ia penasaran dengan apa pembahasan Reno sampai harus membawa nya ketempat sepi.

"Emm..ketua sebenernya gue tahu, apa yang terjadi sama Kenny." ucap Reno hati-hati.

"Maksud lo?" ucap Raga, ia sudah panik.

"Kenny hamil kan, gue juga gak percaya kenapa cowok bisa hamil, tapi saat melihat perubahan Kenny gue percaya." tutur Reno. "Dan gue kaget pas tahu, dia hamil anak ketua." Reno berucap lirih diakhir.

"Dari mana lo tahu itu?" tekan Raga, ia khawatir Reno akan menyebarkan nya.

"Gue tahu pas gak sengaja denger obrolan Kenny sama Nanda di toilet." ucap Reno. "Seharusnya mereka hati-hati, gimana kalau bukan gue aja yang denger, tapi gue pastiin berita ini gak bakalan tersebar, gue janji ketua." tutur Reno.

"Ketua gak usah khawatir, anggap aja ini bentuk penebusan kesalahan karena pesta ulang tahun gue, ini terjadi." ucap Reno.

Raga menghela napas, ia bersyukur Reno tak membocorkan berita ini.

"Jangan sampe berita ini kesebar Ren, gue mohon bantuan lo." ucap Raga, yang diangguki Reno.





DREAM!  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang