15

7.9K 779 26
                                    

Setelah kejadian seminggu lalu akhirnya,
Kenny diperbolehkan keluar dengan syarat ditemani.

Saat ini Kenny lebih menjadi pendiam, ia hanya akan bicara jika menginginkan sesuatu ataupun menolak.

Seperti saat ini Raga sedang menemani nya di taman belakang rumah, Kenny hanya diam.

"Ken, nanti belanja buat kebutuhan anak kita yuk." ajak Raga. "Gue baru gajihan kemarin." lanjutnya.

Kenny diam untuk beberapa saat.

"Tapi kalau lo gak mau gak papa." ucap Raga.

"Oke." singkat Kenny, Raga yang mendengar nya tersenyum senang.

"Nanti sore siap-siap ya." ucap Raga, Kenny mengangguk.

Selama beberapa bulan lalu Raga banyak belajar dan bekerja paruh waktu, tidak ada main dalam kamus hidup nya, yang menghabiskan waktu nya untuk bekerja, belajar, dan menemani Kenny. Setelah minggu lalu Kenny masuk rumah sakit, ia diperbolehkan keluar masuk rumah Kenny.

Dua bulan lagi anak nya akan lahir tidak ada waktu bagi Raga untuk leha-leha.

Raga memijat kaki Kenny, sedangkan Kenny hanya menatap lurus kedepan seakan tak ada orang yang tengah bersama nya.

"Gue benci anak ini." ucap Kenny tiba-tiba. "Lo tahu gara-gara anak ini, gue gak bisa belajar dengan normal, karena anak ini gue dikurung, gue juga pengen kayak cowok-cowok normal diluaran sana." tutur Kenny.

Raga setia mendengarkan, ia tak akan menyangkal fakta itu.

"Setelah anak ini lahir gue bakalan bebas, gue gak bakalan dikekang, lo janji kan mau ngurus nih anak?" ucap Kenny.

"Iya gue janji." jawab Raga, walau jujur ia keberatan dengan ucapan Kenny yang selalu menyebut anak nya sialan, namun apa boleh buat, Raga tak ingin Kenny terbebani.

Raga mengusap perut Kenny, ia tersenyum getir.

"Papa bakalan nunggu kamu lahir." lirih Raga.

Kenny memalingkan wajah nya, tak ingin melihat raut wajah Raga, dipikiran nya saat ini hanya ia ingin segera melahirkan anak diperut nya.

_________

Seperti apa yang Raga rencanakan, ia membawa Kenny untuk membeli keperluan bayi. Keduanya sedang ditoko perlengkapan bayi, Kenny memilih-milih pakaian bayi yang menurut nya menarik.

"Kaos kaki nya kecil." ucap Kenny, ia berbinar saat melihat kaos kaki kecil dihadapan nya, akankah anak nya memiliki kaki kecil nanti? Pasti akan sangat imut dan menggemaskan pikir nya.

Raga tersenyum saat melihat Kenny asik memilih kaos kaki.

Kenny mengambil beberapa setel baju, yang langsung ia berikan pada Raga. "Ini, itu baju-baju nya lucu banget." ucap Kenny.

"Ada lagi?" tanya Raga, Kenny menggeleng.

Selagi Raga pergi ke kasir, Kenny menunggu nya diluar toko.

"Kakak disini ada dede nya ya?" tanya bocah kecil yang entah dari mana asal nya, Raga menunduk melihat bocah itu yang kini menyentuh perut nya.

"Iya." sangat singkat jawaban dari Kenny.

"Pasti dede nya lucu, Alon juga mau punya dede balusan Alon abis belanja sama Mama." ucap si kecil, Kenny diam menatap bocah itu. "Kakak nanti dede nya mau dikasih nama apa?" tanya nya lagi.

"Gak tahu." lagi-lagi Kenny hanya menjawab singkat.

"Kakak kayak Mama." celetuk bocah tersebut, ia tak peduli dicuekan oleh Kenny, ia terus berceloteh.

"Mama alon juga cowok, kata Papa Mama istimewa belalti Alon juga anak istimewa kan." tutur bocah tersebut.

Kenny diam mencerna perkataan bocah tersebut, jadi bukan hanya dia, laki-laki yang hamil?

"Baron, haish..dicariin malah disini." seorang lelaki membawa belanjaan datang tergesa-gesa ia menarik tangan Baron. "Emm..Maaf jika anak saya mengganggu anda." cetusnya pada Kenny.

"Ayok minta maaf sama Kakak nya." ucapnya menyuruh anak nya.

"Maaf Kakak." ucap bocah yang saat ini Kenny tahu namanya, Baron. "Mama kenapa dateng si, padahal Alon lagi ngoblol sama Kakak nya." kesal Baron. Kenny melihat cowok tersebut, jadi Mama Baron adalah laki-laki, Kenny dibuat tertegun saat melihat perut bulat laki-laki dihadapan nya.

"Ayok pulang Papa kamu udah nunggu diparkiran." ucap Mama Baron. "Maaf ya sekali lagi, anak saya mengganggu anda." ucapnya takut Kenny marah, karena sedari tadi ia diam.

"Tidak masalah." ucap Kenny.

Setelah minta maaf Baron pergi bersama Mama nya, Kenny masih tertegun melihat nya. Bahkan orang itu seperti tak ada beban saat hamil, padahal dia seorang pria ia acuh tak acuh saat orang memandang nya.

Setelah beberapa saat Raga keluar dengan beberapa tote bag ditangan nya. Ia menggengam tangan Kenny, membawa Kenny pulang.

"Maaf ya lama, tadi antri soal nya." ucap Raga.

"Kalau anak ini lahir, namanya mau apa?"

Pertanyaan Kenny membuat Raga tertegun, tak sekalipun Raga berpikir bahwa Kenny akan memikirkan hal itu.

"Gue belum tahu." ucap Raga.

"Kenapa?" tanya Kenny.

"Kan gue gak tahu anak nya cowok atau cewek, lagian lo gak mau di USG." ucap Raga.

"Ayok USG." ucap Kenny, entah kenapa setelah bertemu Baron ia jadi ingin tahu anak diperut nya laki-laki atau perempuan.

"Iya minggu depan pas pemeriksaan kita USG." ucap Raga, ia tersenyum senang, ternyata Kenny tak sebenci itu pada anak nya.

__________

Setelah menghabiskan waktu bersama Kenny, Raga kembali kerumah nya.

"Nih." Elga datang kekamarnya, memberikan amplop.

Raga mengerutkan kening nya. "Itu buat keponakan gue, gue tahu lo butuh uang saat ini, apalagi sebentar lagi Kenny bakal melahirkan." ucap Elga.

Raga terenyuh dengan perkataan Elga, selama ini ia pikir Elga tak peduli pada apa yang terjadi.

"Terima kasih." ucap Raga.

Elga mengangkat bahu nya lalu pergi, ia mungkin tak peduli pada apapun tapi tidak dengan keluarga nya, sodara nya tengah kesusahan mana mungkin ia berdiam diri, santai seakan menutup mata dari segalanya.

"Pa, Elga ternyata pada ku." adu Raga ia melirik foto keluarga yang menampilkan empat orang yang berbahagia, saat Papa nya masih ada, ia tidak pernah tahu apa arti nya susah.

Raga mengambil amplop yang disimpan di atas nakas, ia menyimpan nya didalam lemari.

Sikap Elga tak bisa ditebak, ia terlihat cuek namun ternyata ada kehangatan didalam nya.

Banyak piagam penghargaan yang dipajang di dinding kamar, Raga tersenyum melihat nya. Jika kelak anak nya lahir, ia akan menghidupi anak nya, ia tak ingin anak nya merasakan kekurangan, mau apapun yang terjadi, anak nya akan jadi prioritas nya.

Raga mungkin tak akan terima jika Kenny meninggalkan anak nya, ia masih berharap Kenny akan tetap tinggal dikota yang sama atau mungkin negara yang sama ini, ia ingin anak nya tetap mengenal orang yang melahirkan nya, harapan itu selalu ada dihati Raga.

_______

Gak tahu pengen crazy up aja, sorry kalau cerita agak gak jelas ini fisrt story mpreg gue, kalau mau kritik silahkan DM saja, gue terbuka ko.

Kalau banyak yang gak suka sama nih cerita, rencana nya gue mau unpublish nih story

DREAM!  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang