10

8.5K 873 12
                                    

Kenny meminta Papa untuk mengijinkan nya sekolah seperti biasa sampai mungkin perut Kenny sudah membuncit baru ia akan homeschooling seperti ucapan Papa nya.

"Gue kasihan sama Raga Ken." celetuk Nanda tiba-tiba setelah mendengar cerita Kenny.

Kenny mengerutkan kening nya, gak mengerti arah pembicaraan Nanda padahal disini dirinya yang menjadi korban.

"Lo mikir gak si, Papa lo menyalahkan semua nya sama Raga, dia pikir cuman lo yang punya mimpi, padahal Raga juga, ia pasti punya cita-cita namun harus terhalangi untuk menjadi Papa muda, kalian berdua korban disini." tutur Nanda. "Semangat Ken, jangan berpikir gue mihak Raga, gue dukung lo kok, cuman jangan pernah lo mikir anak ini beban Ken." ucap Nanda ia mengelus perut Kenny.

_________

Raga tak bersemangat untuk belajar, ia sangat mengantuk semalam ia mencari lowongan kerja di internet, ia juga kerja di pasar pukul tiga pagi.

Raga sedikit lelah, ia belum membayar SPP Elga.

"Kenapa ketua?" tanya Reno menepuk bahu Raga.

"Emm..enggak, cuman gue lagi banyak pikirian banyak banget gue ketinggalan pelajaran." bohong Raga, otak nya cukup pintar untuk memahami materi minggu lalu.

Ia kepikiran Kenny, bagaimana dengan cowok itu, pasti Kenny tertekan.

Kenny pasti sangat berat menjalani hari-hari nya.

"Huh, Ren gimana Kenny di kelas nya?" tanya Raga.

"Biasa nya mulut nya pedes banget, tapi gak tahu akhir-akhir ini dia jadi pendiem, ditambah kemana pun dia pergi pasti di temenin Nanda." jelas Reno. "Tumben banget ketua nanya dia." ucap Reno.

"Menurut lo dia manis gak si?" ucap Raga, Reno terkekeh mendengar nya.

"Dia anak bungsu dari keluarga berada, jadi gak aneh kalau dia suka perawatan, anak kelas suka iri sama dia apalagi cewek-cewek yang kalah manis." ucap Reno.

Hidup dia sempurna, namun gue yang menghancurkan nya Raga sangat merasa bersalah, ia tak pantas bersanding dengan Kenny, kasta mereka berbeda. Ia tak tahu harus bertanggung jawab dalam hal apa, selain mengasuh anak nya nanti.

"Tuh makhluk yang lo omongin di kintilin Nanda." Reno menunjuk Kenny dan Nanda yang berjalan di koridor kelas.

"Nanda!" teriak Reno, yang membuat keduanya menghampiri Reno dan Raga.

"Ngintil mulu lo sama Kenny, kayak lagi jaga anak perawan aja." cetus Reno.

"Cih, diem lo anjirr...gak usah manggil-manggil gue kalau gak penting." ketus Nanda, cowok itu masih punya dendam pada Reno, karena pesta sialan nya itu, teman nya harus menanggung beban ditambah malam itu dirinya..ah sudahlah ia malas memikirkan nya.

"Kenny." panggil Raga sebelun cowok manis itu pergi, langkah Kenny berhenti.

"Kalau ada apa-apa bilang, kalau butuh apapun telepon gue." ucap Raga, yang hanya dibalas anggukan kecil.

Reno mengerutkan kening nya, sejak kapan ketua tim nya ini dekat dengan Kenny.

"Wah ada apa ini?" celetuk Reno menggoda Raga, saat kedua teman sekelas nya pergi.

Raga hanya membalas dengan senyum kikuk, ia tak tahu harus apa.

_________

Bel pulang sudah berbunyi dari lima belas menit lalu, namun belum ada yang menjemput Kenny.

"Mau gue anterin?" tanya Raga yang entah sejak kapan berdiri disamping Kenny.

Kenny menaikan alis nya, ia bingung dengam tawaran Raga.

"Ah, mungkin gue bisa anterin lo naik bus, emm..dari pada nunggu lama." ucap Raga gugup seakan sadar bahwa ia tak memiliki kendaraan.

Kenny hanya diam.

"Yaudah kalau gak mau gak papa, gue bakalan nungguin supir jemput lo." ucap Raga lagi.

Kenny melengos pergi tanpa mengatakan apapun, membuat Raga sedikit kecewa.

Namun Kenny berhenti melangkah, lalu berbalik. "Ayok, katanya mau anterin gue!" ucap nya sedikit meninggikan nada bicaranya.

Raga tersenyum senang lalu menghampiri Kenny sedikit berlari.

"Ayok!" Raga menautkan tangan nya, menggengam tangan Kenny.

Kenny hanya menatap genggaman itu, lalu tersenyum simpul.

Keduanya naik bus, ini pertama kali nya Kenny naik bus.

"Emm...kamu masih suka mual?" tanya Raga tiba-tiba.

"Sedikit." jawab Kenny singkat.

"Maaf." ucap Raga, Kenny mendongak. "Buat lo jadi kayak gini, gue janji Ken bakal jaga anak kita, gue janji bakalan berusaha keras buat kalian berdua bahagia." tutur Raga.

Bohong jika Kenny tak tersentuh dengan ucapan Raga, namun ia memalingkan pandangan nya, menatap jalanan yang mereka lewati.

Raga mengelus tangan Kenny, ia tersenyum simpul.

"Sehat-sehat ya baby." Raga menatap perut datar Kenny.

Kenny semakin salah tingkah dibuat Raga, oh ayolah selama beberapa hari ini Kenny mengalami mood swing dan sekarang Raga berkata lembut dan perhatian seolah keduanya ada ikatan.

Sedari tadi Kenny hanya mengedar pandangan nya keluar, ia merasa sesuatu menempel pada telinga nya.

"Lagu nya enak di dengerin." ucap Raga ia memamerkan deretan gigi nya, Kenny kembali lagi melihat jalanan yang macet. Panas, bau, semuanya tak nyaman bagi Kenny.

Hoek

Hoek

Hoek

Kenny memuntahkan muatan perut nya, membuat Raga panik dan juga membuat earphone yang digunakan nya terlepas.

Raga segera memijat-mijat pelipis Kenny, tak peduli seragam nya yang ikut kotor karena sekarang Kenny menelusupkan kepala nya pada paha Raga.

"Mau turun aja, biar gue gendong." tawar Raga yang mendapat gelengan dari Kenny.

"Bau." lirih Kenny.

Raga mengeluarkan parfum oles yang selalu ia bawa, lalu memberikan nya agar Kenny menghirup nya.

Raga menyenderkan kepala Kenny dibahu nya, ia mengelus kepala Kenny, mata Kenny terpejam menikmati bau parfum, bau yang selalu Kenny hirup jika berdekatan dengan Raga, dan itu sangat menenangkan.

Setelah melewati hal buruk tadi, akhirnya mereka sudah sampai. Keduanya turun, dengan Kenny yang digendong Raga, awalnya Kenny menolak namun Raga memaksa.

"Turunin disini aja." ucap Kenny, saat keduanya sampai di depan gerbang rumah.

Raga menggeleng, "Sampai dalem aja." ucap Raga.

Kenny menggeleng ribut, "Ada Papa di dalem." ucap Kenny, yang berhasil membuat Raga diam, namun Raga tetap melangkah.

"Gue gak mau ada keributan di rumah, gue males." lanjut Kenny, kali ini Raga berhenti.

"Tapi lo gak papa?" tanya Raga memastikan Kenny baik-baik saja, yang dibalas anggukan.

Raga tersenyum, "Jaga diri baik-baik, banyak istirahat biar lo sehat dan baby nya juga sehat." Raga mengusap pucuk kepala Kenny.

"Gue pulang." pamitnya.

"Makasih." ucap Kenny yang dibalasan anggukan dan senyuman Raga.

Raga pergi dengan perasaan yang tak enak, karena merasa kecewa pada diri nya sendiri. Benar kata Papa Kenny, ia tak mampu menjaga Kenny bahkan mengantar pulang pun harus menggunakan bus, yang jelas-jelas tak baik bagi Kenny.

Raga berjalan menundukan pandangan nya, ia tak tahu harus apa, terlalu banyak beban untuk ia tanggung.

"Andai Papa masih ada, mungkin masih ada tempat buat Raga bersandar Pa." lirih nya.

DREAM!  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang