Bab 3

2.2K 46 2
                                    


              Hari-hari selanjutnya kembali berjalan seperti biasa. Aktivitas kedua sahabat ini Bram dan Marko berlangsung dengan baik. Keduanya tetap berlatih volly bersama dengan tim. Hanya saja tidak terlalu intens karena belum ada turnamen dalam waktu dekat. Namun kegiatan Bram lebih pada dari Marko karena persiapannya untuk mengikuti olimpiade Fisika di tingkat provinsi. Sesi belajar bersama Koko Steven pun berlangsung setiap pulang sekolah setiap hari. Ada hal yang membuat Bram risih terhadap gurunya ini. Bram merasa dibalik wajah gurunya yang selalu tersenyum ini seperti menyimpan sesuatu. Seringkali kedapatan olehnya Koko Steven sering memperhatikan tubuhnya dengan seksama. Tetapi pada akhirnya Bram kembali menepis pemikirannya dan berusaha untuk fokus mempersiapkan diri dalam lombanya nanti yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Lalu bagaimana dengan hobi anehnya? Setelah kejadian tiga hari sebelumnya yang hampir ketahuan di toilet samping laboratorium rupanya tidak membuat Bram kapok. Justru membuat keinginannya semakin bertambah. Dia bahkan sudah tiga kali mengulangnya di tempat yang sama setelah pulang sekolah. Bram ingin sekali melakukannya di tempat yang berbeda dengan resiko yang lebih besar. Dengan begitu akan membuat adrenalinnya semakin terpacu.

Pada pagi harinya di hari Kamis, Bram kembali melakukan kebiasaannya. Hari ini hari libur sementara kedua orang tuanya sudah pergi berlibur bersama dengan pekerja-pekerja di restoran. Sebenarnya Bram sudah ditawari untuk ikut tetapi Bram tidak mau. Ia hanya ingin bersantai saja di rumahnya untuk menikmati liburannya ini. Dalam kepalanya sudah ada pikiran untuk bertelanjang selama beberapa hari ke depan tanpa ada orang tuanya di rumah.

Bram saat ini sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapannya sendiri. Beruntung Bram mewarisi kehalian ayahnya dalam memasak sehingga tak perlu repot-report untuk memasak. Yang dia siapkan adalah nasi goreng seafood dan juga segelas susu. Bram menyiapkan sarapan hingga makan semuanya dalam keadaan tidak berpakaian. Selesai makan, Bram meletakkan piring kotornya ke wastafel kemudian meminum susunya. Saat masih meneguk susunya, tiba-tiba saja terdengar benda seperti kayu terjatuh tak jauh di belakangnya.

Begitu Bram membalikkan badannya, dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sekitar 10 meter di hadapannya yang telanjang bulat, berdiri Bi Irda yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih rumahnya. Apalagi waktu berbalik tadi Bram tidak hanya memutar kepalanya tetapi seluruh badannya sehingga pada saat ini seluruh badannya seperti perut, dada, paha, hingga k****lnya terpampang jelas di depan Bi Irda. Bram sepertinya lupa bahwa hari ini jadwal Bi Irda untuk datang ke rumahnya untuk membersihkan rumahnya.

Hampir satu menit keduanya saling berpandang-pandangan. Hening tanpa ada yang bersuara. Bram yang masih terkejut sampai lupa untuk menutupi kemaluannya. Begitu juga Bi Irda sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Di depannya berdiri seorang pemuda tampan tegap dan kekar dalam keadaan polos tanpa kain yang menutupinya. Bi Irda pun sampai tidak bisa berkata apa-apa. Terpana dengan apa yang dia lihat di depannya dengan mata yang membulat dan mulut yang sedikit terbuka.

Bram yang sadar dengan situasinya saat ini segera meletakkan gelas susunya di meja kemudian menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya. "Aduh Den Bram, Bibi minta maaf yah. Bibi nggak bermaksud." Kata Bi Irda sambil membalikkan badannya. Bram yang kikuk pun hanya menjawab "Iya Bi nggak apa-apa". Bram mengatakan itu kemudian pergi ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Saat berjalan ke kamarnya ia menyadari batang kemaluan yang ada di dalam tangannya itu seperti membesar.

Mendengar perkataan Bram dan langkah kaki Bram yang sudah menjauh Bi Irda pun membalikkan badannya dan dilihatnya Bram yang sedang menuju ke kamarnya. Kalau sebelumnya bagian depan yang kelihatan, kali ini tampak belakangnya. Diperhatikannya bokong anak majikannya yang bergerak bergantian menyesuaikan dengan langkah kakinya. Melihat hal itu membuat Bi Irda senyum-senyum.

Bram dan MarkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang