October 1st

727 66 1
                                    

[High School, Fluff]


Sonny sedang sibuk. Anggota organisasi sekolah datang menemuinya di dalam kelas, membicarakan sesuatu tentang rencana festival dan proposal yang Alban tidak mengerti. Lelaki bersurai brunet itu menatap punggung lebar Sonny, lalu dengan iseng menusuknya dengan pulpen hingga Sonny tersentak kaget.

Percakapan itu berhenti. Sonny dan dua orang lainnya menoleh pada Alban. "Ada apa?" tanyanya.

Alban merasa kikuk dan menatap ketiganya bergantian. Ia menggeleng pelan sembari terkekeh.

Sonny mengerutkan kening. Melihat pulpen yang dipegang Alban, ia mencoba mengambilnya. "Kembalikan pulpenku."

"Tidak, aku masih menggunakannya." Alban menjauhkan pulpennya dari jangkauan Sonny.

"Alban!"

Sonny menggenggam tangannya sangat erat hingga ia tidak bisa bergerak. Sementara itu, Alban masih berusaha untuk melepaskan tangannya.

Seolah hal tersebut tidak mengganggu, Sonny kembali mengangkat topik pembicaraan dengan dua orang anggotanya. Alban menatap tangan Sonny. Ia baru menyadari bahwa tangan itu jauh lebih besar darinya.  Jari jemarinya juga terlihat lentik dan panjang. Hanya dengan satu kepalan, tangan Alban seolah lenyap.

Lelaki blonde itu tidak terdistraksi sama sekali ketika Alban melepaskan tangannya. Iseng, Alban mulai menulis sesuatu di telapak tangan Sonny.

Ia membuat sebuah lingkaran, menuliskan kata-kata 'Sonny bodoh' di tengahnya, lalu menambahkan lengkungan kecil di sekeliling lingkaran tersebut hingga menjadi sebuah bunga. Alban tertawa puas dalam hati. Melihat Sonny yang masih tidak bergerak, Alban menggambar penuh seluruh telapak tangannya dengan berbagai coretan.

Puas melihat hasil karyanya yang cukup abstrak, Alban menemukan sebuah tanda hati di bagian bawah jari kelingking yang ia sendiri tak ingat telah membuatnya. Ia mengusapnya dengan jemari, berusaha menghapus tanda itu. Namun, Sonny telah menarik tangannya kembali dan melihat hasil karya Alban.

Alban terkesiap. Ia bahkan tidak sadar jika dua orang yang barusan menemui Sonny telah pergi. Alban berharap Sonny tidak menyadari tanda hati yang ingin ia hapus tadi. Untungnya, tidak ada komentar apapun dari lelaki itu.

Mengingat akan diadakan kuis selepas jam makan siang, maka Alban kembali berkutat pada buku catatannya. Hanya ketika Sonny berbalik, menyentil keningnya dan berjalan keluar tanpa mengatakan apapun. Sebuah memo kecil tertempel di kening Alban. Tulisan itu membuatnya terdiam, lalu menutup wajahnya malu.

Belajar yang rajin, bodoh♡

Benar-benar sebuah kalimat penyemangat yang tidak baik untuk jantungnya!

31 Days of October [Sonnyban]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang