October 16th

391 40 1
                                    

[⚠️Mpreg (for lyfe!!) +psyborg]


"Alban?"

Seseorang menepuk pundaknya ketika ia tengah berdiri di depan deretan rak sereal, bingung memilih brand yang mana. Alban, si pemilik nama, sontak berbalik dan menemukan lelaki bersurai ungu yang menggendong seorang bayi.

"Uki!!"

Melupakan keberadaan makhluk kecil yang tengah tertidur, Alban menerjangnya dengan pelukan. Merasa terusik, bayi mungil itu menggeliat dalam tidur lalu membuka matanya secara perlahan.

"T-tunggu!" Uki segera mencegahnya.

Alban melangkah mundur, merasa sangat bersalah karena tidak menghiraukan sosok mungil tersebut. "Astaga, maafkan aku."

Untungnya, bayi kecil itu tidak menangis. Sepasang matanya terbuka menatap bingung. Warnanya violet terang, persis milik Uki. Rambut-rambut halus di kepalanya berwarna abu-abu, yang Alban paham jelas menurun dari seseorang.

"Albanya!!"

"Hai Fulgur!!" Alban melambaikan tangan.

"Lama tidak bertemu!!!" Fulgur mendekati mereka sembari mendorong troli. Ia mengacak rambut brunet Alban, sengaja membuat si empunya kesal.

"Kupikir kau akan membiarkan Uki pergi ke supermarket sendiri. Aku akan membunuhmu jika kau benar-benar melakukan itu!"

Mereka saling tertawa.

"Oh, lihatlah siapa yang berbicara. Kau yang tengah berbadan dua juga terlihat pergi sendirian? Dimana suamimu?" Fulgur bertanya balik.

Alban menatap perutnya yang tertutup hoodie kebesaran. "Apa kelihatan begitu jelas?"

"Apa kau berharap orang-orang tidak akan  memperhatikan betapa besarnya perutmu sekarang?"

Uki menginterupsi, "Sudah berapa bulan, Alban?"

"Empat, sepertinya."

Lelaki bersurai ungu itu terkejut. "Empat? Sebesar ini? Seingatku dulu ketika aku mengandung empat bulan tidak sebesar ini."

Alban mengangkat bahu acuh. "Well, aku membawa dua, jadi tidak heran." balasnya.

"DUA?!"

Mereka berseru secara bersamaan, terdengar sangat nyaring. Alban refleks meletakkan jari di bibir, membuat gestur agar mereka diam.

"Kenapa kalian begitu terkejut?!"

Fulgur menyahut, "Tentu saja kami terkejut. Aku tidak menyangka kau bisa mendapat jackpot. Bukan begitu, Uki?"

"Apa maksudmu mendapat jackpot?! Fuck you, Fulgur!" Alban merasa terhina karena Fulgur membulinya.

Lelaki berstatus suami Uki itu tertawa lepas.

Berbeda dengan Fulgur, Uki tampak sangat antusias. "Senang mendengarnya, Alban! Dimana suamimu?" tanyanya lagi.

"Dia tidak disini. Aku pergi bersama mama mertuaku."

Berselang tiga puluh detik, mama mertua yang baru saja disebutkan datang menghampiri mereka. Wanita itu melihat Alban tengah berbicara dengan dua orang lainnya. Ia menatap Fulgur dan Uki satu-persatu. Mengingat keduanya adalah teman puteranya semasa kuliah.

"Oh? Apa ini Uki teman Sonny dulu?"

Alban protes, "Teman Alban juga, Ma." katanya.

"Benar, Bibi. Ini suamiku, Fulgur. Teman Sonny dan Alban juga." balas Uki.

"Astaga, ternyata jodoh kalian tidak jauh-jauh ya!" celetuk wanita itu.

Mereka semua tertawa sebab perkataan itu benar adanya. Berawal dari teman dekat yang selalu menghabiskan waktu luang, sempat berpencar akibat urusan masing-masing, hingga akhirnya lulus bersama-sama. Siapa sangka suatu hari mereka akan bertemu lagi dalam keadaan seperti ini?

31 Days of October [Sonnyban]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang