October 22nd (Part 1)

368 31 0
                                    

[Age gap]

Sonny baru berusia sepuluh tahun ketika seorang tetangga baru pindah di samping rumahnya. Sepasang suami-istri yang belum lama menikah dan memiliki seorang anak laki-laki berusia tiga tahun. Keluarga Knox, Sonny menyebutnya begitu.

Ia pertama kali datang ke rumah keluarga Knox ketika perayaan hari natal. Keluarga kecil itu yang mengundangnya. Sonny duduk di dekat perapian, lalu Alban kecil berjalan riang menuju tempat ia duduk. Sonny dengan senang hati mengulurkan tangan untuk menggapai anak itu.

"Alban, lucu." Sonny memangkunya duduk dan memeluknya gemas. Bukannya merasa risih, Alban memekik senang mendengar Sonny berbicara. Suara antusias Alban membuatnya semakin gemas.

Alban memiliki surai brunet persis seperti ibunya. Kedua matanya memiliki warna yang berbeda. Hitam dan kuning. Seperti seekor kucing yang Sonny temukan di semak-semak belakang rumahnya. Di usia yang ketiga, ia memiliki tubuh yang cukup gembul. Mama Knox bilang Alban suka dielus dan dipeluk. Benar-benar seperti kucing kecil.

Sonny memberinya mainan, dan Alban mengoceh panjang seolah-olah orang yang memangkunya saat ini dapat mengerti.

"Oh, dia menyukaimu." Mama Knox melihat interaksi tersebut dengan senyum lebar.

"Benarkah?"

Mama Knox mengangguk. "Alban tidak terlalu suka dengan orang asing, ia akan menangis keras jika bukan mama atau papanya yang menggendong. Tapi ia dengan mudah datang ke pangkuanmu."

Bocah blonde itu merasa sangat senang. Ia memeluk Alban gemas dan menciumi pipinya yang gembul. "Albaaaann~"

Alban memekik senang mendengar namanya disebut.

Sonny duduk di kelas dua sekolah menengah pertama ketika Alban masuk sekolah untuk pertama kalinya. Anak lelaki itu kini sudah bisa berbicara dengan lancar dan mengerti beragam kosakata. Sonny juga mengajarinya banyak hal, salah satunya ia meminta Alban untuk memanggilnya Onii—sebutan kakak laki-laki dalam bahasa Jepang—persis seperti di serial animasi yang ia gemari.

"Onii!!" Alban tersenyum lebar ketika melihat Sonny hendak berangkat sekolah. Yang dipanggil segera menoleh dan segera menghampiri Alban.

"Hai Alban~" Sonny memeluknya.

"Onii juga mau sekolah?"

Sonny mengangguk.

Mata Alban bersinar terang. "Alban juga!"

"Alban senang?"

Alban mengangguk cepat.

"Ketika Alban sudah pulang nanti, kita akan pergi bermain, oke?"

Mendengar kata bermain, Alban menjadi antusias. "Aku akan cepat pulang dan menemui onii!"

Suatu waktu di sore hari, Sonny memandikan Alban selepas bermain. Alban mengoceh sepanjang Sonny menggosok kepalanya, menceritakan rencana bermain mereka ke depannya. Yang lebih tua merespon dengan antusias. Sampai Alban berhenti membuka mulut, dan berbalik menghadap Sonny.

"Onii, bisakah aku menjadi adikmu?" Sepasang mata dengan warna berbeda itu terlihat bersinar.

Sonny berkedip bingung sebelum menjawab, "Tentu saja, Alban. Kau akan selalu menjadi adikku yang paling lucu."

Alban berteriak senang. Ia mengocehkan hal-hal seperti 'aku akan menjadi adik yang baik' atau 'aku sayang onii', sementara Sonny tersenyum mendengarnya.

~~~

Waktu berlalu sangat cepat tanpa disadari. Menginjak usia enam belas, Alban mendapati dirinya terjebak dalam kebingungan. Teman-teman sekolahnya tampak berlomba-lomba memacari gadis cantik, mengajak Alban untuk mendapatkan satu dan merasakan seks pertama kali dalam hidup.

31 Days of October [Sonnyban]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang