October 15th

405 39 0
                                    

[Kingdom au? Pangeran Alban Knox? Pangeran Sonny Brisko? Oh my god yes.]


"Bersikaplah layaknya seorang bangsawan!"

Hall mewah bernuansa kuning keemasan itu tampak cukup padat. Para bangsawan dari belahan bumi lainnya berkumpul memenuhi undangan dari kerajaan terbesar bagian Selatan. Mereka berpakaian semewah acara ini, dengan pahatan senyum palsu yang ditujukan kepada bangsawan kelas atas—untuk mencuri hati mereka.

Sebagai bagian dari keluarga kerajaan, Alban Knox hadir dalam keterpaksaan. Tidak ada peraturan dalam undangan yang disebar bahwa semua orang wajib menghadiri perayaan ini. Seharusnya Alban tengah duduk di pelataran taman kaca, membaca buku favoritnya sembari menyesap secangkir teh mawar. Namun, ibunya datang dan mengacaukan semua itu.

Alban merupakan anak kedua dari silsilah keluarga kerajaan Cassiopeia, dengan membawa marga Knox. Kakaknya, Reimu, gadis paling populer di seluruh negeri. Semua orang tua bangsawan itu bahkan berlomba-lomba menjadikan Reimu sebagai menantu. Tapi sayangnya gadis bersurai blonde itu tak pernah tertarik pada tawaran tersebut.

Mereka berdua telah dididik menjadi bangsawan yang beretika. Hanya saja, Alban lebih sering menghabiskan waktu di istana ketimbang menghadiri perayaan dari luar yang dirasa tidak penting. Peran Reimu sebagai kakak amat sangat disyukuri sebab setiap kali undangan datang, gadis itu yang selalu bersedia pergi.

Anggaplah Alban lemah atau apapun itu. Meskipun begitu, kontribusinya terhadap kemakmuran rakyat sangatlah besar. Pekerjaan yang rumit segera terselesaikan berkat bantuan tangan Alban. Ia sering bertatap muka dengan mereka, bahkan tak jarang memberi konsultasi secara cuma-cuma.

Seiring dengan intensitas absennya Alban dalam setiap undangan, orang tuanya memutuskan untuk mengajaknya pergi ke perayaan yang satu ini. Tentu saja, ia langsung menolak. Namun apa daya, ibunya begitu kejam dengan tidak membiarkan pantatnya beristirahat barang sejenak.

"Oh, siapa ini? Pangeran Alban Knox?" seorang pria paruh baya mendekati mereka.

Alban mengenalnya. Ia sontak menarik sudut bibir, melengkungkan senyum. "Selamat malam, Tuan Altare. Benar sekali, saya Alban Knox dari kerajaan Cassiopeia. Sebuah kehormatan bertemu dengan Anda disini." katanya. Tangan kanannya diletakkan di dada kiri, memberi hormat secara sopan.

"Halo, Alban. Tak menyangka bisa bertemu denganmu disini." Tuan Altare menarik seseorang yang berdiri di sampingnya. "Dia anakku, Regis. Jika aku tidak salah, sepertinya kalian seumuran."

Regis menyahut, "Benar, Papa. Halo, pangeran Alban. Saya Regis Altare dari kerajaan Tempus. Senang dapat bertemu dengan pangeran di acara ini. Kuharap kita bisa menjadi teman baik."

"Senang bertemu dengan pangeran Altare. Saya akan berusaha dengan keras."

Alban benar-benar ingin mengutuk sebab disaat seperti ini, Reimu tidak ada di sekitarnya. Gadis itu telah berbaur dengan rekan-rekan dari kerajaan lain. Meninggalkan Alban berdua dengan sang ibu yang saat ini membahas bisnis yang terjalin antara kedua kerajaan. Pangeran Regis sempat mengajaknya bicara, namun dari sikapnya lelaki itu juga tampak tak begitu nyaman dengan suasana ini.

Dengan dalih ingin buang air kecil, Alban kabur melewati semak-semak yang tampak terawat di bagian sisi kiri istana. Ada jalan setapak kecil yang entah berakhir dimana. Kaki Alban terus melangkah tanpa ragu, setidaknya agar menjauh dari hingar bingar pesta. Ia melewati sebuah kolam air mancur besar, lalu menemukan sebuah rumah kaca yang berisi tanaman-tanaman herbal.

Pintunya terkunci. Alban mengeluarkan sebuah kawat besi dari dalam tasnya, membengkokkannya dan mencoba peruntungan dengan memasukkannya ke lubang kunci. Dengan pengetahuan dasar mengenai cara kerja pintu itu, akhirnya terdengar bunyi 'ctek' yang berarti pintu itu berhasil terbuka.

31 Days of October [Sonnyban]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang