1

1.7K 271 70
                                    

Naruto mengulurkan dua kotak pengaman yang baru saja dibelinya dari minimarket di sebelah gedung penthouse elit milik kekasih dari majikannya itu. Di hadapannya, Kiba Inuzuka berdiri seraya menerima kotak-kotak tersebut dengan wajah malas.

"Lo boleh pergi sekarang." Pria dengan rambut kecoklatan itu bahkan tidak repot-repot untuk mengucapkan terima kasih dan hendak menutup pintu kamarnya jika saja Hinata tidak segera menyela dari belakang.

"Kamu kok gitu, sih? Nggak sopan banget!" Hinata memukul pelan lengan sang kekasih dan membiarkan pria itu melenggang masuk begitu saja, sedangkan kini Ialah yang tengah berdiri di ambang pintu. "Nar, makasih, ya. Maaf banget udah ngerepotin kamu." Hinata meringis pelan dengan pipi memerah malu.

"Tidak apa-apa, Nona. Ada yang perlu saya lakukan lagi?" tanya Naruto kemudian dengan sopan, seperti biasanya. Pandangan matanya sempat menyapu cepat pada helaian rambut indigo sang majikan yang terlihat sedikit berantakan, dan walau begitu, Naruto tetap saja mengaguminya.

"Nggak ada kok. Udah, mending kamu pulang dan istirahat," jawab Hinata mengulas senyuman lebarnya pada sang pengawal. "Hati-hati di jalan, ya."

Naruto terdiam sejenak, menikmati ketidakrelaannya hanya beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk patuh dan pamit undur diri.

Sudah biasa, gumam pria itu dalam hati. Apa yang Ia lakukan malam ini bukanlah sebuah hal yang baru. Bukan sekali dua kali dirinya diperintah untuk membeli barang sialan tersebut untuk mendukung percintaan antara wanita pujaan hatinya dan pria Inuzuka yang bajingan itu. Hati Naruto sudah cukup kebal, meski tak dapat dipungkiri bahwa Ia pernah mendoakan hubungan keduanya tidak bertahan lama.

Yeah, seakan tiga tahun belum cukup lama, Naruto membatin getir seraya mengambil langkah masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka. Satu tangannya merogoh kantong jas sebelah kanan, meraih ponsel yang bergetar dan membukanya—membuka grup chat bernama Three Little Pigs, yang berisikan para pengawal keluarga Hyuuga.

Sai:
Lagi, Bro? Dan dengan tololnya elo malah nurut gitu aja?

Naruto:
Babi kayak gue bisa apa
Typo anjing
Maksud gue, babu.

Shikamaru:
Lo disuruh beli karet lagi ya, Nar? Hahah

Sai:
Udah gue bilang, 'kan? Harusnya dari dulu lo gerak cepet. Ini malah leyeh-leyeh

Naruto:
Gue cukup sadar diri

Sai:
Halah! Status sosial lagi? Ini udah 2023 kali. Orang-orang udah nggak peduli ama yang gitu-gituan!

Shikamaru:
Hinata-nya mungkin nggak, tapi orang tuanya? Realistis ajalah jadi orang. Ini bukan kisah dongeng antara si kaya dan si miskin.
Mereka terlalu berbeda, bro
Satu naik mini cooper, satu naik yamaha scooter
Jomplang gila!

Shikamaru Nara—bodyguard si Tuan Besar Hiashi Hyuuga—sekiranya menjadi yang paling cerdas di antara mereka bertiga, yang kerap memberi tamparan penyadaran pada Naruto untuk tetap memijak bumi dan tidak bermimpi terlalu tinggi. Karena seperti yang pria itu katakan, Naruto tidak sedang berada di dalam kisah fiktif bertemakan Si Kaya yang berbesar hati menerima Si Miskin apa adanya.

Zaman sudah terlalu maju untuk orang-orang seperti mereka percaya bahwa hal tersebut masih dapat terjadi.

Kesadaran akan dinding tinggi yang memisahkan mereka berdua itulah yang membuat Naruto tidak pernah mengambil langkah nyata untuk mendekati Hinata. Ia tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan pada wanita itu selain rasa sayangnya yang tumbuh semakin besar, dan Naruto tahu bahwa hal itu saja tidak akan pernah cukup.

To Be With You [NaruHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang