Hesti lupa cara untuk berkedip. Mata gadis berusia 22 tahun itu terbuka dalam pandangan kagum. Sosok wanita berambut pirang panjang sampai paha, bergelombang dengan indahnya, kulit putih pucat dengan wajah baby face tanpa sedikitpun polesan. Benar-benar kecantikan alami. Bentuk wajah, tubuh dan perawakan tamunya itu persis seperti ilustrasi karakter yang dibuat olehnya pada novel yang baru saja mendapatkan penghargaan.
"Kau benar-benar tampak seperti Olivia Elizabeth Remessis." Hesti berkata sambil menyambar tamunya dengan sebuah pelukan.
"Ya, memang aku." Sang tamu dengan cepat menjawab.
Sedang Hesti, terlalu larut dalam kesenangan sampai-sampai ia tak memerhatikan hal lain selain hanya memeriksa wanita itu. Menyentuh bagian tangan, leher, mengelilingi tubuh si tamu dan terus saja memuji akan pesona kecantikannya.
"Ini adalah pertama kalinya aku melihat seseorang melakukan cosplay karakter Olivia dengan sangat sempurna. Aku senang." Hesti berkata dengan jujur.
"Cosplay?"
"Kau akan terlihat benar-benar seperti Olivia jika memakai gaun yang sama sepertinya. Aku memiliki gaunnya, akan kuberikan gratis untukmu karena berhasil cosplay dengan sempurna." Hesti sangat antusias.
"Bukan mirip! Aku memang Olivia!" Seruan dari Olivia semakin membuat bibir Hesti mengembangkan senyum yang lebar.
"Bagus! Jadi namamu Olivia?" Hesti mendapat anggukan kepala sebagai jawaban. "Olivia yang cosplay sebagai Olivia. Betapa menariknya itu," lanjutnya.
"Apa itu Cosplay? Aku Olivia Elizabeth Remessis, manusia yang kau ciptakan dengan penamu!" Olivia membentak. Gadis muda di hadapannya langsung terdiam.
"Cosplay adalah costume play. Sebutan untuk seseorang yang berpenampilan seperti karakter fiksi atau karakter-karakter lainnya." Mahendra menjawab, menengahi ketegangan saling tatap antara Hesti dan Olivia.
"Aku tidak berpenampilan seperti Olivia. Tetapi, akulah Olivia! Jadi berhenti menyebutku sedang melakukan cosplay atau apapun itu. Aku menemuimu karena kau adalah Tuhan-ku dan meminta pertanggungjawaban atas penderitaan yang kau tuliskan pada takdirku!" Olivia mengatakan hal itu dengan lantang.
Pandangan Olivia benar-benar serius, ada sedikit kebencian tersorot di balik tatapannya. Sedangkan Hesti, ia mengamati gerak-gerik Olivia yang tampak nyata. Keseriusan dari ucapannya bukan sekedar dia sedang mendalami peran, melainkan benar-benar sebuah kejujuran. Tetapi, apakah ia bisa percaya dengan mudah bahwa di depannya adalah Olivia Elizabeth Remessis? Tidak mungkin.
"Sebelum itu, kau tidak mau mengizinkan kami masuk? Kalian mau tetap bertengkar di ambang pintu?" Mahendra memecah keheningan.
"Masuklah," kata Hesti dengan singkat.
Hesti membawa mereka masuk ke dalam, tepatnya ke sebuah ruangan khusus di mana ia biasa menulis. Ruang kerjanya, penuh dengan kertas, ada rak buku, dan satu gaun yang sama persis seperti gaun kerajaan milik Olivia.
Melihat hal itu, Olivia mendekat ke pojok ruangan. Tempat sebuah patung mengenakan gaun dirinya. Di balik patung tersebut, ada kertas besar tertempel di dinding. Bahasa yang digunakan dalam tulisan tersebut berbeda dengan tulisan di kerajaan. Akan tetapi, Olivia bisa mengerti segala hal yang tertulis di dalamnya.
Nama lengkap Olivia tertulis di bagian teratas kertas, menggunakan tinta hitam dan ditulis tebal. Di bawahnya, ada deskripsi untuk ukuran tubuh, panjang rambut, tinggi badan, bentuk wajah, ukuran sepatu, dan segala hal yang mendeskripsikan lengkap tentang tubuhnya. Olivia terkejut, semua yang tertulis di sana sama persis dengan dirinya. Gadis bernama Hesti itu telah merancang ia dengan sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensional Queen [TERBIT]
FantasyTakdir Olivia Elizabeth Remessis telah tertulis pada sebuah kertas; menjadi seorang Ratu dari Kerajaan Wisteria yang jauh dari kata bahagia. Kemampuan dari sang Ratu juga terbatas; ditentukan oleh penulis yang mengaku Tuhan atas kehidupannya di duni...