11 - Plan

32 9 15
                                    

Di kediaman Mahendra, sepulang mereka dari restoran, atmosfer dalam ruangan berubah menjadi lebih berat. Olivia menceritakan segala hal yang terjadi di dunianya, pertemuan ia dengan Hesti, permohonan yang ia minta dan tertolak mentah-mentah. Segalanya, ia ceritakan pada Mahendra tanpa ada satupun yang tersembunyi.

"Aku merasa bodoh dan tak berguna, Mahendra. Segala hal yang kulakukan tidak ada gunanya. Aku menyeret Edward dalam hal ini dan membuat ia harus menerima hukuman mati. Rasanya, hidup pun aku tak lagi berarti." Olivia mengatakan hal itu dengan wajah lesu.

"Bukan salahmu, Olivia. Bukan salahmu." Mahendra bersimpati.

"Jujur saja aku putus asa. Tak ada yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan kerajaanku, setiap langkah yang kujalani hanyalah akan berakhir dengan gagal dan kejahatan akan selalu menang."

Mahendra bisa mengerti dengan apa yang dirasakan Olivia. Dirinya sudah membaca novel tersebut dari season pertama. Bahkan di buku terbaru kali ini, Mahendra sudah mengetahui garis besar apa yang akan ada dalam cerita. Satu hal lagi, Mahendra berhasil mencuri outline kasar di meja Hesti sebelum dirinya pergi dari sana. Olivia tak akan memiliki sedikitpun peluang untuk menggapai kemenangan di dunianya.

"Mengapa kau tidak lari dari semua itu dan tidak perlu terlibat lagi?" Mahendra mengemukakan apa yang terlintas di pikiran.

Olivia yang tak mengerti itupun balik bertanya, "Maksudmu?"

"Kau sudah ada di dunia ini, Olivia. Lupakan soal duniamu dan tinggallah di dunia ini selamanya. Dengan begitu, kau akan hidup tanpa bayang-bayang kejahatan mereka."

"Kau memintaku untuk meninggalkan rakyatku?"

"Lagipula apa yang bisa kau lakukan untuk rakyatmu?"

Olivia terdiam. Ucapan Mahendra benar-benar menusuk. Setiap tindak tanduknya tak akan membuahkan hasil yang baik. Tidak salah memang, pendapat Mahendra benar-benar bagus. Hanya saja, Olivia merasa berat untuk pergi dari dunianya.

"Kesempatanku hanya dengan meminta bantuan dari Hesti, membuka mata hati gadis itu agar tak lagi menyiksa banyak manusia di duniaku. Hanya itu. Jika itu bisa kulakukan, maka takdir rakyatku akan berbeda. Kesempatan sekecil apapun, jika itu bisa merubah takdir buruk untuk duniaku, akan aku lakukan." Penjelasan Olivia mengembangkan senyum di wajah Mahendra.

Pria itu memandang dengan lembut. "Kau baik hati sekali, Olivia. Kepedulian dan kecintaanmu terhadap Wisteria membuatmu terikat padanya. Sayangnya, sifat itu kemungkinan juga bawaan dari apa yang dituliskan Hesti padamu."

"Lagi pula, jika aku berada di sini dan kabur, setiap malamku hanya akan diisi oleh mimpi buruk tentang Raymond dan kekejamannya di dimensi itu." Olivia tertunduk sedih. Tidak salah, memang begitu kenyataannya.

Mahendra kemudian mengeluarkan selembar kertas, memberikan pada Olivia dan meminta wanita itu agar membaca. Mata Olivia membulat tatkala memerhatikan baris demi baris tulisan yang tertera di sana.

Itu adalah tulisan Hesti, berisikan poin-poin yang akan terjadi di bab demi bab dalam novel Never Happy Queen di season terbaru ini. Olivia dihadapkan pada kenyataan takdir hidup yang telah direncanakan sejak jauh-jauh hari. Masa depannya tertulis pada secarik kertas tersebut, berisikan tentang bagaimana dirinya melarikan diri. Dibantu oleh beberapa pendukung yang memihak dan memberontak pada Raymond meski perjuangan itu sia-sia dan kembali menerima kekalahan.

Tertulis juga di sana, takdir Olivia yang akan kembali tersiksa sebagai seorang tahanan. Diberikan siksaan fisik demi dikuras informasi tentang kerajaan-kerajaan tetangga yang bisa dikuasai. Otak Olivia dijadikan tambang informasi, dipaksa membantu Raymond dalam rencana penaklukan dunia hingga berhasil.

Dimensional Queen [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang