Kubangan tinta itu benar-benar seperti pusaran air, membawa tiga orang tersebut masuk ke dalam, diputar-putar oleh pusaran dan terhempas di dasar.
Benarkah itu dasar?
Olivia meringis kesakitan, punggungnya terbentur oleh sesuatu. Baru kembali setelah mendapatkan perawatan dan sekarang harus menerima luka tambahan. Dirinya, menyentuh bagian punggung yang terasa sakit. Lalu, membersihkan diri dengan mengibas pakaian rumah sakitnya menggunakan tangan. Ada dedaunan kering dan debu menempel di sana.
Selanjutnya, Olivia melirik sekeliling, ke tempat ia berada saat ini dan mendongak ke atas. Sebuah tebing batu dan ia berada di dasar. Olivia hafal seluruh tempat di kerajaan, tak terkecuali tempat di mana ia berpijak. Sebuah tebing yang menjadi perbatasan antara Kerajaan Wisteria dan Kerajaan Lotus. Tak jauh dari daerah perbatasan tersebut, Olivia ingat dengan jelas bahwa itu adalah lokasi dirinya menjadi korban dari penyiksaan Raymond yang kejam.
"Siapa kalian?!" Itu suara Hesti.
Olivia menolehkan diri, menghadap pada Hesti yang sekarang tampak panik. Tatapan Olivia berpindah ke depan, terkejut melihat beberapa prajurit dari Kerajaan Lotus sedang mengarahkan tombak dan pedang. Mereka tampak waspada dan tidak terlihat akan menyerang. Oleh karenanya, Olivia pun maju ke depan.
"Aku adalah Ratu Olivia Elizabeth Remessis. Turunkan senjata kalian! Aku ingin berbicara dengan Raja Edward!" Olivia berbicara dengan lantang.
Pihak Kerajaan Lotus pun saling pandang. Sampai akhirnya, satu orang yang tampak seperti mengetuai mereka mengangguk memberikan isyarat. Pedang dan tombak mereka pun ditarik mundur dan si ketua menghampiri Olivia; membungkukkan badan sebagai bentuk hormat.
"Kerajaan Wisteria menyatakan perang terhadap Kerajaan Lotus. Hamba pikir, Ratu sudah tiada karena Raja Raymond menyebarkan berita demikian." Penjelasan itu membuat Olivia menggeram tak suka. Raymond telah bertindak keterlaluan.
Wisteria dan Lotus bersahabat sejak generasi para Raja sebelumnya. Perang tanpa alasan mendasar seperti itu membangkitkan amarah dalam diri Olivia.
"Pertemukan aku dengan Raja Edward," pinta Olivia dengan tatapan memohon.
Lawan bicaranya mengerti, ia dibawa masuk dan pergi dengan menggunakan tandu karena mereka tidak membawa kereta kuda. Lalu untuk Hesti dan Mahendra, nasib kakak beradik itu harus menjadi tawanan sementara; diikat pada bagian tangan dengan rantai dan dipaksa berjalan bersama para prajurit pengiring tandu di belakang. Hesti beberapa kali mengeluh dengan tindakan mereka, dirinya yang tidak pernah berjalan kaki dan selalu naik mobil harus berjalan lama di bawah teriknya matahari. Apalagi, mereka menempuh perjalanan yang memakan waktu sampai hitungan jam.
"Olivia! Aku bisa mati jika berjalan kaki! Biarkan aku di tandu bersamamu!" Hesti menjerit dari luar tandu.
Jendela pada tandu terbuka, kepala Olivia muncul dari sana. "Kau tidak mau membantuku, maka aku juga akan melakukan hal yang sama." Olivia melempar seringai pada Hesti yang seakan terkejut dengan jawabannya.
"Aku Tuhanmu, bodoh!" Seruan Hesti menimbulkan sedikit tawa di bibir Olivia.
"Tidak! Kau bukan Tuhan, kau hanya penulis." Dan jendela tandu pun ditutup; mengabaikan Hesti yang sekarang mengumpat dan mengeluarkan sejuta keluhan di sepanjang perjalanan.
"Kau tidak seharusnya mengaku Tuhan." Mahendra di belakang Hesti pun berkomentar.
"Diam!" Adiknya itu sedang kesal.
Paham dengan kejengkelan sang adik, Mahendra berinisiatif. Melangkah lebih cepat mendahului, lalu berhenti di hadapan Hesti. Ia memunggungi lalu berjongkok. "Naiklah," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensional Queen [TERBIT]
FantasyTakdir Olivia Elizabeth Remessis telah tertulis pada sebuah kertas; menjadi seorang Ratu dari Kerajaan Wisteria yang jauh dari kata bahagia. Kemampuan dari sang Ratu juga terbatas; ditentukan oleh penulis yang mengaku Tuhan atas kehidupannya di duni...