14 - Fight

25 10 18
                                    

Menghadapi seorang pria yang menjadi tokoh antagonis utama dari novel Never Happy Queen membuat Mahendra kewalahan. Karakter Raymond yang diberikan kekuatan di luar otak membuat pria itu menjadi over power dan tak terkalahkan.

Dengan gilanya, lesatan-lesatan peluru dari tembakan Mahendra tak ada satupun yang mengenainya. Raymond begitu mudah menghindar dan berpindah tempat dengan kecepatan tak terduga lalu memberikan serangan balasan berupa pukulan dan tendangan hingga membuat Mahendra jatuh dari atas panggung eksekusi sampai berguling-guling di tanah.

Hesti tak terima. Melihat sang Kakak kewalahan, ada niat dalam hati untuk membantu meski ia yakin serangannya tak berdampak apa-apa. Setidaknya, Hesti berhasil mendekat di titik buta Raymond saat pria itu masih asyik meladeni Mahendra dalam pertarungan yang unggul sepihak. Saat Raymond hendak turun untuk menghampiri Mahendra, di waktu itulah Hesti datang dari belakang, menyergap Raymond dan membuat pria itu berguling bersamanya.

Raymond meronta, pelukan Hesti di leher dan bagaimana kedua kaki Hesti membelit seperti ular di punggungnya membuat ia kesulitan bergerak. Namun, bukan Raymond namanya jika tak bisa membalikkan situasi pada saat hanya melawan seorang perempuan. Raymond berdiri, mengandalkan kedua kakinya karena tangannya terperangkap oleh jeratan kaki Hesti. Lalu, Raymond dengan sengaja membanting diri ke belakang, membenturkan punggungnya ke tiang penggal, memastikan ia terjungkal ke belakang dan menjadikan tubuh Hesti sebagai tumpuan.

Rasa sakit yang dialami Hesti di bagian punggung pun membuat cengkeramannya terlepas. Gadis itu panik saat Raymond dengan cepat berdiri marah di hadapannya. Pria jahat nan menakutkan itu telah mengangkat pedang dan bersiap untuk mengayunkan.

"Gadis bodoh sepertimu beraninya menghalangiku!" Raymond berseru dan melayangkan tebasan. Namun, gagal.

Seorang pria lebih dulu menendang bagian kepalanya dari samping hingga membuat Raymond terjungkal. Pada saat Raymond jatuh ke lantai, beberapa prajurit menekan tubuhnya, melakukan serangan pada pria itu bersama-sama.

"Edward!" Hesti berseru dengan kaget. Dirinya melihat ke sekeliling, Mahendra kembali tidak ditemukan.

"Terima kasih. Berkat serangan darimu pada Raymond, Mahendra jadi memiliki waktu untuk menyelamatkanku," kata Edward dengan tangan yang terulur ke depan.

"Bagaimana kau tahu kakakku?" tanya Hesti bingung.

"Tidak ada waktu. Ayo pergi dari sini!" Edward menarik lengan Hesti dengan tergesa, membantu gadis itu berdiri dan membawanya lari bersama.

"Kita mau ke mana?" Hesti bertanya dengan kaki terus melangkah cepat dalam pelarian. Waktu yang ditempuh sudah cukup lama, sambil menghindar dan bersembunyi dari banyak prajurit yang melakukan pengejaran.

"Paviliun belakang Istana Wisteria." Jawaban Edward seketika membuat Hesti mengerti. Itu adalah tempat yang di dalamnya terdapat jalur pelarian; sebuah pintu menuju terowongan bawah tanah dan tembus ke daerah perhutanan.

"Di mana Kak Hendra?" Hesti bertanya.

"Albert sudah menyelamatkannya bersama dengan Ratu Olivia. Kau segeralah pergi menyusul mereka. Aku dan beberapa prajurit yang memihak pada kami akan mengulur waktu," jawab Edward.

Langkah kaki Hesti terhenti setelah mendengar itu. Ditatapnya Edward dengan serius. Lelaki yang sekarang ikut berhenti berlari dan menatapnya dengan menunduk akibat perbedaan tinggi badan yang jauh.

"Apa maksudmu dengan mengulur waktu?" Hesti bertanya, napasnya tersengal dengan tatapan mata semakin sendu.

"Olivia memberitahuku tentang outline yang ia baca. Jalur pelarian itu tidak diketahui oleh Raymond dan pasukannya. Jika aku ikut bersamamu dan membiarkan para pengejar itu, maka mereka akan mengetahui jalur itu dan akan terus menjadikan kalian sebagai buruan. Di outline, Olivia akan memerlukan waktu sekitar dua bulan untuk mengumpulkan pasukan. Tetapi, itu tidak akan terlaksana jika pasukan berhasil mengejar."

Dimensional Queen [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang