"Al". panggil Arya.
"hm". jawab Alinka berdehem.
"gue boleh minta tolong gak sama lo". tanya ragu Arya takut Alinka marah.
"boleh". Angguk Alinka yang sedang sibuk makan. "mau minta tolong apa?". tanyanya di tengah makannya.
"elo--". Arya menggatungkan ucapanya.
Alinka mendekat kan wajahnnya ke Arya, bersiap mendengar ucapan yang akan di ungkapkan Arya.
"elo?". tarik satu alisnya ke atas.
"elo punya nomor handphone nya Maezza gak? gue minta dong?". pintanya, membuat Alinka tersedak makanan karena kaget mendengarkan pertanyaan Arya.
"eh lo gak papa". Arya mengambilkan air minum untuk Alinka, Alinka meminum air yang diberikan Arya.
"wah kacau nih kacau". ujar Alinka setelah minum.
"kacau?". beo bingung Arya.
"iya, sungguh pemecahan rekor, seorang buaya yang sudah menginjak kelas atas tidak berani meminta nomor telfon Maezza seorang bidadari surga, kelas XI MIPA 2". cerocos Alinka, memang benar jika Arya suka atau tertarik dengan perempuan dia akan langsung sat set meminta nomornya ke orangnya langsung.
Alinka sangat kaget mendengar Arya yang meminta nomor telfon Maezza, karena memang tak biasanya ia meminta nomor telfon orang yang di sukai ke orang lain.
"lo punya apa gak?". tanya Arya sekali lagi.
"lo suka sama dia?". tanya Alinka memastikan, Arya hanya mengguk tidak menjawab.
"kenapa lo gak berani minta ke anaknya langsung?". tanyannya. "biasanya lo langsung sat set".
"gue sebenernya pengen minta langsung ke Maezza, tapi entah kenapa jantung gue selalu dag dig dug di saat gue pengen minta nomornya, beda kalau gue minta nomor ke cewek lain, gak deg deg an sama sekali, tapi ini--". curhantnya yang di dengarkan Alinka.
"lo serius?". tanya serius Alinka mengintimidasi Arya. "soalnnya lo kalau tentang begini lo selalu berujung cuma main-main".
Alinka duduk membelakangi Arya, ia menghela nafas sejenak. "lo tau kan kalau Maezza itu anak yang baik, gue gak mau dia sakit hati karena cowok, apalagi cowok itu teman gue sendiri". Alinka sangat takut jika Maezza di sakiti oleh lelaki, selama ini Maezza tidak pernah berpacaran dengan siapapun, ia selalu menjaga jarak dengan lelaki.
Alinka dan Maezza adalah sahabat dari SD sampai saat ini, mereka berdua hanya berbeda kelas tetapi persahabatan mereka tetap terjalin walau jarang ada waktu bersama.
Alinka tau semua tentang Maezza, dan Alinka selalu menjaga Maezza dari kejahatan sekecil apapun, Alinka tidak memiliki saudara perempuan, dan karena itu Alinka menganggap Maezza sebagai saudara perempuannya, dia bersiap memberikan nyawanya jika Maezza sampai terluka.
"gue tau". kata Arya. "jadi lo punya nomornya apa gak?".
Alinka melihat ke arah Arya. "gue sebenernya sih punya, tapi".
"tapi kenapa?".
"gue pengen lo minta ke Maezza nya langsung". ujarnya meneruskan makanya.
"WHATT". pekik kaget Arya. "serius? yang bener aja lo njim".
"lo laki-laki sejati kan?".
"ya iyalah".
"ya lo minta lah ke dia langsung, masak gak berani? kalau lo emang beneran suka sama dia ya lo harus minta ke orangnya langsung, jangan minta ke orang". cerocosnya.
"gue takut dia gak mau ngasih, Al". eluhnya, belum juga di coba sudah mengeluh.
"halah kadaluarsa lo ngomong gitu, kenapa gak dari dulu aja lo ngomong gitu, lo takut di tolak tapi lo aja udah banyak minta nomor cewek walaupun lo di tolak lo tetep aja maksa minta".
"coba dulu, cinta itu butuh perjuangan bro". kata Alinka menepuk pelan pundak Arya.
"walaupun gue di tolak berkali-kali gue tetep berusaha, masak lo yang belum apa-apa udah takut di tolak aja".
"ga papa di tolak lo harus coba lagi dan coba lagi, sampai lo berhasil, kalau tetep aja gak berhasil mendapatkannya langsung dari dianya gue yang bakal kasih nomornya dia langsung ke elo".
"seriusan?". Angguk Alinka, ia ingin menyemangati temannya.
"gue bakal kasih langsung ke elo, asal lo jangan buat mainan hati dia".
"wokeh". Arya acungkan jempol, Arya melanjutkan makanya.
"buaya darat kalau udah ketemu pawangnya bakal ngelakuin apa aja buat dapetin hatinya, bukan modal gombal tetapi perjuangan ". gumam Alinka pelan.
"gue cariin ternyata lo disini njim". kata Angkasa menghampiri meja mereka.
"ya dari tadi emang gue ada disini". jawab Alinka. "lo nya aja yang gak ada".
"kemana aja lo? lama banget gue tungguin disini samapi makanan gue hampir habis". ucap Arya yang memang hampir habis makanannya.
"ya maaf lama gue tadi habis ke kamar mandi dulu, nganterin Satriya nih".
"ya udah lo pesen makanan aja sana, gue yang bayar". titahnya Alinka pada Satriya.
"sekalian mereka juga lo pesenin". tunjuk Alinka pada Dio, Zavi, dan Vira yang baru saja datang.
"uangnnya?". Satriya menodongkan tangannya meminta uang.
Alinka mengeluarkan uang seratus ribu sebanyak lima lembar. "nih kalau ada kembaliannya lo ambil aja".
"serius, lo ngasih uang sebanyak ini? bahkan kembaliannya lebih banyak loh dari harga makanannya". pekik Satriya kaget.
"iya". Angguk Alinka. "uang gue masih banyak kalik, gak bakal habis juga".
"kalaupun habis dia pasti langsung di kasih sama bokapnya, secara dia kan anak konglomrat". sahut Dio yang di belakang Angkasa. "hartannya gak akan habis sampai tujuh turunan, tujuh tanjakkan, tujuh belokkan". Lanjutnya nyerocos.
"hartanya bapak lo tuh yang segitu banyaknya". celutuk Alinka.
orang tua Alinka memang kaya tapi bukan berarti Alinka nya kaya, menurut Alinka semua harta yang dia punya itu hanya milik orang tuannya, bukan miliknya.
"makananya gue samain". kata Satriya menarik Dio untuk ikut dengannya
Satriya pun pergi untuk membeli makanan bersama Dio.
"gue ke kelas dulu". pamit Alinka ke teman-temannya.
"gue ikut". Arya beranjak dari tempat duduknya. "gue udah makan jadi gue pengen ikut lo aja lah". ujarnnya mendapat anggukkan dari Alinka.
"ayo". Alinka berjalan meninggalkan kantin bersama Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE OF ALINKA
Teen Fictioncerita ini hanya karangan biasa, dan ini hanya karya milik saya, dan tidak denganya.