12

2 0 0
                                    

"ASALAMUALAIKUM". teriak Alinka dan Angkasa memasuki rumah yang besar dan mewah, itu adalah rumah Alinka.

"walaikum salam". jawab wanita cantik GHEA VAIERO --Ghea. mama Alinka masih terlihat sangat mudah seperti seumuran dengan Alinka padahal dia sudah berumur 45 tahun tetap saja kecantikan nya masih terlihat.

"Retta kalau masuk jangan teriak dong, kebiasaan kamu kalau masuk teriak, ya kalau ini hutan kamu teriak boleh". omel mama Ghea, Alinka selalu di panggil Retta oleh keluarganya tetapi nama panggilan Alinka tetap di gunakan saat di luar rumah atau saat sedang di sekolah.

"ya maaf refleks mae". cengengesan Alinka padahal ia setiap hari masuk rumah teriak-teriak, dan dia bilangnya refleks.

Alinka kalau memanggil mamanya, kadang mama, momy mae, mami. terserah mood dia mau manggil seperti apa, lagi pula Ghea tak mempermasalah- kan panggilan itu semua.

"halah besok juga kamu ulangi lagi". kata Ghea tak percaya yang di ucap Alinka.

"iya gak ngulangin tapi gak janji". Alinka memutar bola mata malas, Alinka hari ini sangat malas debat dengan mamanya.

"loh ada Angkasa juga, udah lama kamu gak kesini sayang". sedikit kaget mama Ghea tersenyum hangat ke Angkasa. "gimana kabar kamu, dan mama?". tanya ramah Ghea.

Angkasa salim ke Ghea. "alhamdulillah baik tante". Senyum Angkasa. "kalau kabar tante sama om Rey?". tanya balik Angkasa.

"seperti yang kamu lihat tante baik dan om Rey juga baik". jawab Ghea memeluk pundak Angkasa. "mama kenapa kok udah gak pernah kesini?". tanya Ghea khawatir dengan kakak dan kakak iparnya, takut terjadi sesuatu.

"gak papa kok tante, kan mama sama papa lagi di LONDON saat ini, jadi mereka gak kesini". jelas Angkasa.

"loh kok gak ngasih tau tante, trus kamu selama ini di rumah sama siapa? makanya teratur kan". kaget sekaligus khawatir Ghea, orang tua Angkasa selalu berbicara dan menyuruh memantau anaknya jika mereka ada pekerjaan di luar negri ataupun di luar kota. "trus dari kapan perginya?". tanya Ghea.

"udah sekitar kurang lebih dua bulan". kira-kira Angkasa. "tante tenang aja, jangan khawatir aku di rumah sama bibi kayak biasanya kok, papa sama mama juga perginya dadakan jadi gak sempat bilang ke tante sama om". Angkasa menjawab pertanyaan Ghea dengan tenang.

"syukurlah". Ghea bernafas lega mendengar ucapan Angkasa.  "kalau gitu kamu sekarang mandi terus makan, tante tadi kebetulan lagi masak banyak". titahnya mengelus rambut Angkasa.

"kalau kamu butuh pakaian ada di kamar Ardan kamu ambil aja di lemarinya". kata Ghea memberi tahu.

"iya tante". jawab Angkasa berjalan ke kamar tamu.

Alinka berduduk di sofa ruang keluarga, Alinka hanya menyimak perbincangan mereka berdua. "mae yang anaknya mae itu aku apa Angkasa sih?". Jealous Alinka melihat mamanya lebih sayang ke Angkasa kakak sepupunya.

"ya kamu, tapi mama juga udah anggap Angkasa anak mama juga". jawab Ghea.

"kok kelihatanya mae lebih sayang ke Angkasa dari pada aku?".

"kan itu kelihatannya menurut kamu, lagian mama itu sayang semuanya". ujar Ghea yang terdengar menjengkelkan, membuat Alinka kesal ia mengerucutkan bibirnya.

"udah sana dari pada kamu Jealous, mending mandi sana biar gak ketempelan setan". titah Ghea. "mama tau kalau kamu itu ketempelan setan jalanan makanya kamu merasa Jealous". Ghea pergi ke dapur untuk mencuci piring yang belum di cuci tadi.

Alinka berjalan ke tangga menuju kamarnya untuk mandi membersihkan tubuhnya yang lengket.

🖊🖊🖊🖊🖊

"bagus ya jam segini baru pulang". Kata mami Alvida (mami Kai), menjewer telinga Kai.

Kai teriak meringis kesakitan karena kupingnya di jewer maminya. "awawaw... sakit mami".

"dari mana aja kamu jam segini baru pulang? keluyuran aja kamu itu ya, kamu gak tau orang tua di rumah khawatir, kamu malah seenaknya pulang jam segini, sekolah udah pulang dari jam tiga, kamu sampai rumah isya' , heran ya mami sama kamu itu". mengomel Alvida, melepaskan jewerannya, karena khawatir takut terjadi sesuatu kepada anaknya, karena tak biasanya Kai pulang separut ini, paling sampai rumah jam lima sore.

"mi kalau ngomong itu satu-satu jangan nyerocos kayak kereta gak ada stasiunnya aja". celutuk Kai langsung di jewer telinganya oleh maminya.

Kai merasakan sakit, saking sakitnya dia tidak bisa berteriak kalaupun dia berteriak pasti maminnya akan menjewernya lebih parah.

"kamu itu gak sopan tau sama orang tua, orang tua di ejek kereta gak ada stasiunya, ajaranya darimana itu". ketus Alvida.

"mami itu udah capek tau gak sama kamu, kamu itu gak bisa di atur, padahal papi kamu juga waktu muda gak kayak kamu, tapi kamu nakalnya minta ampun bikin pusing tau gak". Yang di katakan Alvida itu memang benar, papinya  Kai yang bernama Tama itu memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan Kai.

kalau Kai itu orangnya jahil, suka bercanda, receh, dan gampang berbaur dengan lingkungan baru, tapi kalau Tama tidak gampang berbaur dengan lingkungan baru Tama juga terkenal sangat dingin. tau kan sifat Kai turun dari siapa? kalau bukan dari maminya, yang sebelas duabelas hampir mirip denganya, itulah kata pepatah kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonya.

"ya ampun mi nggak usah ngomel napa, enatar mami cepat keriput lo". ujar Kai yang memang sengaja memancing emosi Alvida.

"bilang apa tadi? ulangi perkataanmu coba". Alvida yang bersiap ingin memukul, dan sebelum itu terjadi Kai langsung berlari ke kamarnya.

"KAIYARO YOSHINO... AWAS AJA KAMU YAH, MAMI CEKIK KAMU KALAU KELUAR NANTI". teriak Alvida emosinya sudah meledak, akibat di jahili Kai putra sulungnya.

"heran, gue dulu ngidam apa ya? kok anak gue bisa jahil banget ke orang tua, kayak gak ada sopan santunya aja". gumam Alvida heran sendiri dengan sifat anaknya padahal sifat Kai sangat mirip denganya saat masih muda.

"kenapa sih mi teriak-teriak?". tanya dingin LAVENDERR YOSHINO --Ave. adik perempuan Kai yang sangat berbeda dengan Kai, Ave sangat mirip sifatnya dengan Tama dan Kai mirip dengan Alvida.

"tau tuh abang kamu, bikin mami kesel aja". jawab Alvida lalu berjalan pergi dengan menggertakkan kakinya yang masih sangat kesal.

Ave memutar bola mata malas. 'padahal kan sifatnya turun dari mami sendiri, jadi jangan salahkan dong kalau sifat abang Kai kayak gitu, kan dulu mami juga gitu'. Ucap Ave yang hanya membatin saja, ia tidak mau mengatakan langsung karena dia sangat malas mendengar omelan dari maminya.

THE LOVE OF ALINKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang