saat ini keluarga Yoshino sedang berduduk santai menonton TV bersama di ruang keluarga.
Kai berjalan menuruni tanggah dengan memakai baju kemeja yang sudah rapi.
Alvida, Tama, dan Ave hanya melihat ke arah Kai dengan tatapan bertanya-tanya.
"tumben udah rapi?". tanya Tama atau papi Kai, dingin seperti kulkas 15 pintu.
"iya pi ini aku mau pergi sama pacar aku, boleh kan". Kai meminta izin ke Tama dengan mata yang melirik Alvida.
" hm boleh ". jawab Tama santai. "nih papi tambahin uangnya, ajak pacar kamu belanja apapun". Tama mengeluarkan berlembar- lembar uang berwarna merah.
"makasih papi emang baik deh". Kai tersenyum menyalimi Tama melihat Alvida yang sudah menatap tajam ke arahnya.
"kalau gitu Kai pergi dulu ya, dah". Kai berdada-dada menjengkelkan.
"BARU PULANG UDAH MAU PERGI LAGI, GAK USAH PERGI, MAMI GAK BOLEHIN KAMU PERGI". teriak Alvida yang sudah di puncak emosinya.
"apaan sih mi teriak-teriak, emang mami gak denger kalau papi tadi udah ngizinin". ujar Kai yang terus berjalan ke arah pintu keluar.
Alvida melotot ke arah Tama, dan hanya di balas Tama mengedihkan pundaknya.
"biarin aja dia pergi". ujar Tama santai membuat Alvida tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Tama sudah mengambil keputusan.
"IYA SEKALIAN GAK USAH PULANG". teriak Alvida pada Kai yang sudah menutup pintu ruang tami, Alvida sangat kesal dengan anak dan suaminya yang malah mendukung perbuatan putranya.
"mi aku pamit dulu, mau ke supermarket". pamit Ave tanpa basa basi langsung bersalaman ke Tama dan Alvida.
"iya hati-hati langsung pulang". pesan Alvida.
"hm". jawab Ave berjalan keluar.
'et dah di rumah gak ada Kai, gak ada yang ramai cuma ada dua kutub yang gak bisa di omelin, kalaupun di omelin juga kagak pernah di dengerin'. Batin Alvida.
"kamu pulang lama juga gak papa". kata Tama.
Tama mematikan TV nya, dia melihat ke arah Alvida, lalu ia mulai tersenyum nakal.
"apa maksud senyuman itu hah". Alvida berkacak pinggang galak walaupun ada sedikit takut dalam lubuk hatinya, dengan suaminya.
Tama mendekat ke arah Alvida dan mulai berbisik sesuatu. "buat dedek buat anak-anak yok". ajak Tama berbisik ke telingah Alvida, membuat bulu kuduk Alvida berdiri.
"gg-gak ada aku lagi marah yah sama kamu". gugup Alvida mengalihkan pandanganya karena pipinya memerah, mendengar bisikan Tama. "aku juga gak pengen punya anak lagi". elak Alvida padahal ia hanya kesal pada suaminya yang mengizinkan anaknya keluar.
"aku gak nerima penolakan". Tama langsung menggendong Alvida ala bridle style , mengajak nya ke kamar. tau lah yah apa yang di lakukan orang tua ini, selanjutnya kalian berimajinasi sesuai otak kalian😂.
Walaupun anak-anak mereka berdua sudah besar tetapi wajah mereka berdua masih tampak seperti umur 17 tahunan.
🖊🖊🖊🖊🖊
"Retta Retta Retta". panggil Ghea berkali-kali tetapi tidak ada sahutan dari Alinka.
Ghea yang sudah sangat kesal karena tidak ada jawaban dari Alinka pun langsung bergegas pergi ke ruang studio Alinka.
"ANJING ANJING ANJING, NYAMPAH LO BABI". misuh-misuh Alinka bermain game di komputernya.
"bukanya gue di tolongi malah di sampah, emang temen bangsat ya lo".
Ghea berdiri di ambang pintu tetapi Alinka masih tak menyadari keberadaan mamanya itu, dia masih terus melanjutkan bermain game nya.
tidak berpikir panjang Ghea langsung mematikan komputer dengan mencabut stopkontaknya.
"Anjing siapa sih yang jahil, ganggu orang lagi main aja". kata Alinka melepaskan headset Razer Blackshark V2 miliknya.
Alinka ingin beranjak dari duduknya tetapi dia langsung kaget melihat mamanya yang sudah memasang wajah garang berdiri di depanya.
"kk-kenapa mama bisa masuk?". cengengesan Alinka bertanya gugup dia sangat takut dengan mamanya saat ini dia takut mendengarkan ceramahan mama tercintanya.
"kamu tanya mama kenapa bisa masuk". Ghea tersenyum sadis menatap Alinka dengan tatapan tajam mematikan.
Alinka menatap mamanya sekilas ia tersenyum kaku mengalihkan pandanganya secara langsung takut dengan tatapan sadis mamanya.
"bagus ya kamu di panggil dari tadi gak jawab-jawab". Ghea menjewer telinga Alinka. "gak taunya kamu malah enak-enak duduk disini, sama mainin game apa itu kok ada anjing-anjingnya". omel Ghea melepaskan jeweranya.
'waduh mampus gue'. Batin Alinka. dengan mengelus-elus telinganya yang habis di jewer mamanya.
"ee-emang nama game nya Anjing Dogi kok mae". bohong Alinka berusaha mengeles kali ini.
"mana ada nama game begitu".
"ada". Alinka mengeyel padahal memang tidak ada.
"gak ada, kamu mau ngelawan kata mama". Ghea berkacak pinggang.
dari pada mamanya marah lebih baik Alinka langsung mengalihkan pembicaraan. "oh ya tadi mama manggil aku ada apa?". tanya Alinka mengelak dari pembicaraan mamanya.
"mama suruh kamu ke supermarket buat beliin pembalut, sama banyak lah pokonya mama udah buat catatan". ujar Ghea memberikan uang dan catatan kepada Alinka.
Alinka bersalim ke Ghea. "yaudah kalau gitu Alinka pergi dulu, Assalamualaikum". pamit Alinka pergi dengan memakai kaos hitam bergambar spongebob dan memakai celana hitam yang tidak terlalu pendek di bawah lutut.
"walaikum salam, hati-hati cepat pulang". ujar Ghea.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE OF ALINKA
Teen Fictioncerita ini hanya karangan biasa, dan ini hanya karya milik saya, dan tidak denganya.