CHAPTER 6: STEP BACK
Haura jalan nyusurin trotoar dengan perasaan kesal. Lagi-lagi Yura ga bisa diajak pulang bareng. Kakaknya bilang kalo hari ini ada rapat untuk acara gebyar ekskul minggu depan.
Saat sibuk menggerutu, tiba-tiba tetes air jatuh mengenai pundak Haura. Ia mendongak melihat langit yang cerah, tapi malah gerimis. Dan gerimisnya makin deres.
Haura buru-buru lari sambil nutupin puncak kepalanya menuju halte yang jaraknya masih lumayan jauh. Sampai di sana, ternyata tempat itu udah penuh dengan orang-orang yang ikut berteduh.
Usaha gadis itu sia-sia. Nyatanya puncak kepala yang ia lindungi, tetap aja basah. Padahal setiap kali kena air hujan, kepala Haura pasti bakalan pusing dan sakit.
"Haishh! Kenapa hujan sih... Gue kan lupa bawa payung," keluhnya mendesah pelan.
"Haura?"
Haura berbalik ke arah suara di belakangnya. Yaelah ini kenapa semesta dukung banget dia sama Gaza sih? Dari pagi ketemu mulu...
Kan Haura jadi seneng. Hehe.
"Dia siapa Za?"
Oke ga jadi seneng. Ternyata di samping cowok itu ada 'Pacar' nya.
"Haura anak IPS 1 temennya Karel sama Yona, Han," jelas Gaza pada Jihan, namun netra cowok itu masih terus menatap Haura.
Benar... cewek itu Jihan.
"Ohh! Yang ranking 1 IPS kan? Ihh cantik banget dari deket gini!" puji Jihan tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
'Manis banget anjir' pikir haura.
Haura ga bersuara dan hanya memberikan senyum tipis pada Jihan. Setelah itu, berbalik kembali mandangin jalan raya yang diguyur hujan.
Pliss busnya cepat dateng pliss....
"Almetnya basah gitu... pinjemin dia jaket Za, bisa masuk angin tuh," bisik Jihan kepada Gaza yang masih bisa didengar Haura.
'Hm... Baik juga anaknya.' pikir Haura.
Baru aja Gaza mau lepas jaket abu-abunya. Gerakannya terhenti ketika Haura noleh lagi ke arahnya.
"Gausah gapapa," tolak Haura halus.
Gaza mengernyitkan dahinya.
Bus yang ditunggu Haura akhirnya datang.
"Gue duluan," pamit Haura pada dua orang yang dari tadi berbicara dengannya.
Tanpa menunggu balasan, cewek itu langsung masuk ke dalam bus. Kedua bola matanya bergerak mencari bangku ternyaman. Secepat kilat Haura putuskan untuk duduk di bangku belakang dekat jendela. Mau nyender.
Karena kepala Haura udah mulai cenat-cenut. Akhirnya ia nyoba untuk memejamkan mata. Sampai ketika ia merasakan bangku kosong di sebelahnya udah terisi.
"Gausah ngeyel, muka lo udah pucet begitu," kata seseorang di sampingnya yang tiba-tiba menyampirkan jaket ke tubuh Haura.
Haura segera membuka mata terkejut. Ia noleh dan mendapati Gaza sedang menatapnya datar.
Lah iya.... dia sama Gaza kan satu arah. Tapi kok dari kemarin ga ketemu ya?
"Pake yang bener..." suruh Gaza.
Haura mendadak seperti orang linglung. Setelah berhasil mencerna keadaan, ia melepaskan almetnya dan memakai jaket cowok itu.
Hmm... Jaketnya wangi banget.
"Makasih," ucap Haura sedikit gugup, tapi dia jadi kepikiran sesuatu. "Kok lo ga bareng pacar lo yang tadi," tanyanya berusaha kalem.
Dahi Gaza mengerut. "Siapa? Jihan? Beda bus," balasnya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizontal Line of Love
Teen FictionGedung IPA dan IPS saling bersebrangan dan hanya dipisahkan oleh sebuah taman kecil. Entah mengapa membuat pandangan mata Haura Mariana yang berada di gedung IPS, terkunci ke arah jendela kelas 10 IPA 1 yang berada tepat di sebrang kelasnya. Ketika...