CHAPTER 12: OLD STORY
Minggu cerah, di rumah mariana sisters.
"YA AMPUN ANAK GADIS REBAHAN AJA!"
Haura yang sedang asik tiduran di sofa ruang tamu sambil nonton drakor sontak menutup kuping mendengar teriakan dari tantenya.
Sekar yang melihat itu langsung menjewer kuping Haura. "BANGUN BANGUN! Biar libur harus tetep produktif!"
"AW INI AKU UDAH PRODUKTIF NGELUARIN NAPAS!" racau Haura berusaha melepaskan jeweran Sekar.
Sekar mendesah lelah, dulu perasaan ponakannya ga gini-gini amat. Setelah Haura tumbuh jauh darinya, balik-balik malah jadi 'Remaja jompo'.
Akhirnya Sekar melepaskan jewerannya, "Kamu ini ya..." ucapnya setengah menggeram. "Bersihin gudang sana!" perintah Sekar mutlak. Membuat Haura ternganga tak terima.
"Ihh kok aku bersihin gudang?!" protes Haura.
"Di gudang banyak barang kamu berceceran! Dipilah-pilah yang masih mau disimpan!"
Cklek
"Wih ada apanich?"
Yura yang baru datang dari supermarket langsung nimbrung.
"KAK YURR BANTUIN AKUU!!" Haura segera bersembunyi di balik punggung Yura.
Sekar merotasikan matanya, "Drama mulu heran. Itu Yur adik kamu suruh beresin barangnya di gudang coba, dari tadi tiduran aja!"
Haura mengerucutkan bibirnya menatap kakaknya meminta pembelaan.
Yura yang melihatnya jadi terkekeh, "Beresin sana, nanti dibikinin donat..." bisiknya membuat Haura yang awalnya merengut sebal kini berganti melebarkan mata senang.
"OKE AKU BERESIN!" ucap Haura langsung berlari pergi dengan semangat.
"Emang nurutnya sama kamu doang Yur."
Yura tersenyum geli mengaitkan tangannya ke lengan tantenya agak mendorong. "Bahan bahannya udah aku beli nih! Ayuk buat donatnya!" ucapnya semangat empat lima.
•••
Haura duduk di lantai gudang, membuka kardus bertuliskan 'Haura TK'. Dia ingat, dulu sebelum pindah ke Bandung. Haura menaruh barang-barang yang tidak akan ia bawa dengan menggolongkan sesuai waktu.
Di dalam kardus itu, ia menemukan printilan-printilan tak bergunanya dulu. Mulai dari hiasan rambut, binder berisi kertas harvest, sampai di paling bawah ia melihat album foto yang sudah usang. Haura mengambil album itu. Bibirnya melengkung begitu melihat betapa 'Narsisnya' ia saat TK.
Gerakannya terhenti tatkala melihat satu foto. Di mana ia memakai baju adat Bali, tapi ia tak sendiri.
Ada tiga anak perempuan di foto itu.
Kedua anak lainnya memakai baju adat Jawa dan Palembang. Haura dan anak yang memakai pakaian Jawa terlihat memalingkan muka seperti kemusuhan, berbeda dengan anak yang memakai pakaian palembang tersenyum manis tanpa dosa ke arah kamera.
Ah ini saat hari kartini.
Haura tersenyum sendu, rasanya matanya mulai memanas. Kepalanya seperti diberi ledakan memori. Tersadar bahwa hari itu adalah pertama kalinya ia bertemu dengan para perakit memori.
Memori menyenangkan namun juga menjadi menyedihkan baginya.
/Flashback/
"Hura cantik, Hura cantik, Hura cantikk... Ante pusing karena Hura cantik," Haura kecil melantunkan lagu yang dibuatnya kurang dari 5 detik dengan Sekar yang sedang fokus menyetir mobil menuju TK Haura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizontal Line of Love
Teen FictionGedung IPA dan IPS saling bersebrangan dan hanya dipisahkan oleh sebuah taman kecil. Entah mengapa membuat pandangan mata Haura Mariana yang berada di gedung IPS, terkunci ke arah jendela kelas 10 IPA 1 yang berada tepat di sebrang kelasnya. Ketika...