chapter 3 (rasa bersalah)

17 11 4
                                    

"bagaimana bisa kau tau banyak tentang dunia ini?,sangat berbahaya jika mereka tau orang selevel dirimu sudah mengetahui banyak tentang dunia ini,dan tentu saja mereka tidak akan segan-segan mengkapmu lalu menjadikanmu sebagai anggota inti"


Sayangnya....
Mendengar penjelasan singkat dari
alrez,Ian kembali mengubah wujudnya menjadi sosok burung merpati putih,aku pun langsung bertanya padanya kenapa dia kembali mengubah wujudnya menjadi seperti itu,Ian lalu menjelaskan padaku bahwa ia tidak sepenuhnya mampu bertahan menggunakan wujud manusianya,karena seperti yang telah alrez jelaskan dan bukan karena itu saja alasannya melainkan untuk mengubah bentuknya pun perlu memakan banyak energi serta konsentrasi yang sangat luar biasa.

Bisa kusaksikan bahwa suasana yang saat ini kutempati terasa begitu aneh dan memiliki udara yang membuat ku merasa sesak.tumbuhan liar,air,udara serta tanah yang kupijak bersama Ian dan alrez bentuk mereka begitu aneh dan sangatlah unik tetapi tidak menakutkan namun sangat berbahaya jika terlalu mendekatinya,kuperhatikan didaerah sekitarnya sudah tidak ada lagi tanda-tanda adanya penduduk atau makhluk lainnya yang tinggal menetap di wilayah ini.

Kini kami bertiga telah berdiri dihadapan sebuah kabut tebal yang menjadi pembatasnya.

Ian dengan wujud burung merpatinya telah bertengger disalah satu bahuku, aku sedikit tertegun disaat alrez secara lembut meraih salah satu pergelangan tanganku.

Aku menatap pria tersebut dengan serius sekaligus tersipu malu,kali ini tanpa sadar dirikulah yang telah mengeratkan genggamannya ditangan pria yang bergelar ghost itu.

Untuk sesaat alrez memejamkan kedua matanya tidak lupa juga dengan tangan kirinya yang secara sigap meraih pedang disamping saku lalu mengeluarkannya sehingga sedikit mengeluarkan suara.pedang yang sudah tampak terlihat sangat kuno namun sangat kokoh dengan perlahan menampilkan sebuah cahaya beserta tulisan aksara yang tidak kuketahui berada disekitar pinggirannya yang sangat tajam.

Kami bertiga pun mulai melangkahkan kaki masuk kedalam kabut sembari terus waspada diarea sekitar kuperhatikan juga pedang alrez yang sepertinya berperan besar menuntun jalan kami.terkadang aku juga memastikan keberadaan Ian yang masih bertengger disamping salah satu pundakku.lumayan lama disaat kami terus berjalan ditengah kabut tebal dan masih ada satu hal yang membuatku begitu sangat khawatir.

"Ma-maaf Ian aku mau menanyakan satu hal tapi kuharap kau tidak tersinggung mendengarnya"

"Yahh baiklah... kau ingin menanyakan apa padaku? Kuharap itu pertanyaan yang sangat penting untuk situasi kita saat ini. . ."

"A-emm...selama wujudmu burung merpati apa kau pernah poop*!? Ma-masalahnya jika kau mau--*"

"Eva! Tenang saja aku tidak akan poop* atau mengotori lengan bajumu! Bahkan sehelai kainpun!! Apa kau mengerti!?"

Mendengar perkataan Ian yang seperti itu kurasa orang itu telah merasa sedikit tersinggung.aku juga menyadari bahwa alrez berusaha dengan baik menahan dirinya untuk tidak tertawa sekeras mungkin.yahh~ jika muncul waktu yang tepat sebaiknya aku harus segara meminta maaf pada Ian karena secara tidak sengaja telah menyinggung perasaannya.

Tidak terlalu jauh jaraknya seseorang tengah berdiri dihadapan kami saat ini,membuatku memincingkan kedua mata untuk memastikan hawa kehadiran orang tersebut.perasaanku mampu bisa menerawangnya bahwa orang atau makhluk yang berdiri dihadapan kami saat ini tidak memiliki niat jahat sekalipun... mungkin?.

"Tidak kusangka kau akan melakukan hal ini . . . Yahh bagaimanapun juga aku tidak bisa menghalangimu~"

Penjelajah MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang