chapter 5 (rasakan hilangkan)

10 8 0
                                    

Kini kami semua telah berkumpul kembali namun dengan suasana yang berbeda, aku tidak berani untuk mengangkat kepala menatap wajah mereka satu persatu,jika diingat kembali bagaimana bisa aku akan melakukan hal gila seperti itu kepada seseorang? terlebih lagi siswi tersebut telah memberikan kepercayaannya padaku,walaupun hanya sekedar didalam mimpi tapi hati nuraniku tetap tidak bisa menyanggahnya.

"Angkat kepalamu vaa...bukankah tadi kau hanya terpaksa melakukan hal itu"
Alrez merangkul pundakku lalu berusaha meyakinkan diriku untuk tetap merasa percaya diri,

Ian kemudian mengambil beberapa langkah berdiri disamping alrez dan memegang salah satu pundak pria tersebut setelah bangkit membersihkan seluruh bajunya yang terkena debu-debu pasir.

"Haaahh~ syukurlah kau datang tepat waktu... yang penting saat ini semuanya tidak ada yang terluka~" ucap ian yang tampak frustasi sembari memegang keningnya,melihat sikap lelaki itu yang secara tiba-tiba memegang pundaknya,pria tersebut menghempaskan dengan kasar salah satu tangan Ian disertai tatapan matanya yang tajam.

"Aku tidak tau apa yang terjadi jika benda itu mengenai kepalaku apa rasa sakitnya akan terasa nyata?atau malah tidak terasa apa pun(memang sudah lama aku ingin bereksperimen melakukan hal seperti ini,tapi pria si*l*n itu melarangku dan pada akhirnya dia yang meninggalkanku dasar baj*n*a*)"tanya viola memegang dagu menggunakan salah satu tangannya disertai batinnya yang terus menerus mengumpati seseorang pria yang juga samanya bergelar ghost seperti alrez.

jangan salah paham jika viola akan langsung marah... begitu mendapatkan dirinya akan dipukuli olehku. justru siswi tersebut malah ingin menyakiti dirinya sendiri karena sangat penasaran dengan setiap pertanyaan yang timbul didalam pikirannya

"Pikiran macam apa itu?... tentu saja sakitnya akan terasa nyata... karena rasa sakit yang akan kau rasakan ditempat ini pada umumnya berasal dari dunia nyata....dan intinya itu adalah disini~"

Ian berjalan menghampiri viola dan menyentuh kening siswi tersebut menggunakan dua jari, mengisyaratkan bahwa semua itu ada karena berasal dari dalam otak dan pikirannya sendiri.
Alrez menganggukkan kepalanya beberapa kali membenarkan apa yang baru saja dikatakan oleh ian.

"Dan . . .Terima kasih sudah menolongku sebelumnya... ta-tapi tangan kirimu apa kau yakin baik-baik saja? karena aku sedikit mendengarkan suara retakan kecil Saat itu?"setelah mengatakan hal itu viola menghampiri dan langsung mendekati alrez yang masih saja memegang tangan kirinya

Entah kenapa melihat sikap viola yang sepertinya sangat khawatir dengan keadaan alrez membuat perasaanku tidak senang sekaligus merasa sangat gelisah,ditambah lagi sikap siswi itu terlihat kecentilan didepan mataku atau hanya perasaanku saja?....

Aku hanya berdiam diri menyaksikan viola dan alrez tanpa mengeluarkan sepatah kata sedikitpun,dan berusaha bersikap acuh tak acuh.

"Aw!! Awhh!!! Bisakah kau tidak menyentuh bagian disekitar situ? Sepertinya pergelangan tanganku tidak akan bisa digunakan lagi... ini benar-benar menyakitkan bagaimana aku bisa bertarung dengan baik hanya dengan menggunakan satu tangan?''''"
Rintihan dan ocehan pria itu seketika membuat kedua bola mataku membulat sempurna tak habis pikir dengan apa yang baru saja telah kudengar.

"(Apa-apaan orang itu?!!...bukankah tadi dia terlihat baik-baik saja?!!)tciihh!!"ekspresi dari wajahku sepertinya telah disadari oleh alrez dan juga Ian.

Penjelajah MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang