Kematian Lagi

2 1 0
                                    

Ibu jari Nala menggeser pelan layar ponsel datarnya. Berita yang kemarin dia tuliskan mengenai kematian Ana berhasil tayang di website Berita Express tanpa perlu mendengar ceramah dari editornya. Meskipun sudah ditebak, tetapi dia tetap terkejut. Kasus anak SMA ini hampir sama dengan yang dialami sahabatnya, tetapi selalu ada kesalahan dalam berita tentang Fasa. Kalau memang kesalahannya adalah menuliskan kata perusahaan besar, seharusnya Hana sebagai editornya bisa menyuruhnya mengganti dengan kalimat lain, bukan malah menyuruhnya berhenti.

Berita yang dia tuliskan dengan cepat menyebar di media sosial. Seorang Remaja Keracunan Kodein saat Isoman, Polisi: Murni Bunuh Diri, Nala menuliskannya dengan singkat tanpa berspekulasi bahwa Ana bisa saja dibunuh. Dia hanya melampirkan hal-hal yang dia dengarkan tadi pagi. Bahwa gadis yang sedang isoman itu melakukan konsultasi melalui aplikasi telemedicine yang dikembangkan oleh pemerintah, menyertakan pernyataan dokter yang menunjukkan resep yang tertulis di aplikasi, serta alasan polisi menutup kasus tersebut. Dia berusaha tidak menyentuh apotek tempat gadis itu memesan obat untuk membuktikan bahwa tempatnya bekerja tidak akan menolak beritanya.

Ada yang merasa kasihan saat tahun korban adalah penggemar Fasa dan harus bunuh diri seperti sang idola dan beberapa orang mulai berperan menjadi detektif, menerka di mana gadis itu mendapat resep sehingga bisa membeli kodein sebanyak itu. Padahal untuk pasien isolasi mandiri hanya mendapat paket obat multivitamin, favipravir, dan paracetamol jika diperlukan. Ada juga yang memikirkan hal yang sama dengannya, bahwa resep obat yang didapatkan Ana tertukar dengan pasien lain dan itu merupakan kecerobohan pegawai di apotek.

Fakta bahwa Nala tahu apotek tempat gadis itu memesan obat tidak disembunyikan Nala sendirian. Dia sudah mengirim keterangan lebih lengkap ke Helmy. Rekannya itu yang akan memasak berita ini lebih matang. Kareba.id akan menyudutkan pemerintah karena perusahaan farmasi yang mereka ajak kerja sama melakukan kelalaian dan menyebabkan nyawa melayang.

"Kamu lihat apa sih? Rasanya hpmu lebih menarik dibandingkan aku." Suara itu berhasil menarik perhatiannya dari layar ponsel.

"Ah, aku minta maaf. Padahal kamu sibuk banget, tapi aku malah main hp." Nala meletakkan ponselnya secara terbalik di atas meja.

"It's okay. Kamu ngelihatin apa sih?" Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada.

Nala menggoyangkan sedotan dalam gelasnya. "Daffa, kamu udah baca berita yang aku tulis?"

"Apa?" Daffa mendekatkan wajahnya. Suara bising di foodcourt salah satu pusat perbelanjaan itu meredam suara Nala. Ada banyak suara yang lalu-lalang di udara, mereka bahkan bisa mendengar musik dari toko yang ada di lantai dua karena letak kursi yang dijejer di dekat pembatas.

Nala menepuk tempat kosong di sampingnya, meminta agar Daffa lebih baik pindah tempat karena percakapan ini akan panjang. Daffa menurut, dia mendorong piring dan gelasnya kemudian pindah ke samping Nala.

"Kamu udah baca beritaku hari ini?"

"Tentang anak SMA yang keracunan kodein itu?"

"Iya. Kamu enggak berpikir kalau kasusnya sama kayak Fasa."

Daffa menaikkan salah satu alisnya. "Ada kemungkinan kasus ini juga bunuh diri maksudmu?"

Nala mengangguk, menyisihkan gelas minumnya yang masih penuh lalu melipat tangannya di atas meja. "Kodein enggak bisa dibeli tanpa resep dokter, dia punya resep dengan tulisan dokter, tetapi dokter bersangkutan menyangkal."

"Dia beli obat di mana?"

Kali ini pandangan Nala memutari food court, memastikan tidak orang yang akan tertarik dengan percakapan mereka. Ada sekumpulan anak perempuan yang di belakang mereka, tetapi remaja itu terlihat lebih tertarik dengan wajah Daffa dibandingkan percakapan mereka. Di sampingnya

Proyek Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang