Mama membuka pintu kamar Ayunda jam sepuluh pagi untuk melihat putrinya yang masih bergelung dengan selimut sampai rela melewatkan sarapan bersama sekitar tiga jam yang lalu. Ia menghela napas penuh kesabaran mendapati kondisi kamar yang masih sangat gelap tanpa pencahayaan apa pun sebab seluruh jendelanya masih ditutup rapat-rapat oleh tiga lapis tirai setinggi dua setengah meter. Dibukanya tirai itu tanpa basa-basi untuk memasukkan seluruh cahaya yang menembus melalui kaca jendela dari arah balkon.
Ayunda mengerang merasa terusik dengan suara brutal Mama menarik tirai dan silau yang menembus kamarnya.
"Ayunda bangun yuk udah siang yuk, lihat tuh matahari di luar udah setinggi harapan keluarga kita," kata Mama sembari melanjutkan kegiatannya membuka tirai agar tidak lagi menutupi jendela kaca besar di samping pintu balkon.
"Ngantuk Maaa," rengeknya. Ayunda mencari-cari selimut yang tergulung di bawah kaki, lalu menariknya sampai menutupi kepala. "Lima menit lagi."
Mama berbalik, menemukan jaket jeans laki-laki dan rok batik Ayunda yang dipakainya semalam tergeletak di lantai dekat kolong tempat tidur. Membuatnya harus mengelus dada berkali-kali untuk mencegah darah tingginya kambuh. "Udah Mama bilang berapa kali sih, Kak, jangan bawa pulang baju Kailan lagi! Lemari kamu itu hampir setengahnya isi jaket-jaket Kailan yang nggak pernah kamu kembaliin!"
Bukan enggan mengembalikan, Ayunda hanya mematuhi perintah Kai untuk tetap menjaga pakaian-pakaiannya di rumah. "Kamu simpan aja dulu! Nanti kalau ada yang aku butuh, aku ambil. Kamu pakai aja kalau mau," katanya setiap Ayunda memberitahu akan mengembalikan barang-barangnya.
"Yunda, ayo bangun! Ini udah hampir jam sebelas loh! Kamu ngantor 'kan hari ini?" Mama berusaha mengusik tidur Ayunda lagi agar perempuan itu tidak kembali terlelap.
"Masih tiga jam lagi, Ma."
"Ya tiga jamnya buat siap-siap! Buruan bangun! Nenek kamu udah bawel dari tadi nyindir-nyindir kamu terus yang nggak bangun-bangun."
Mama menarik selimut Ayunda sampai---mau tidak mau---perempuan itu merelakan mimpi indahnya agar suara Mama berhenti memenuhi kepala, agar wanita berdaster bunga-bunga ini segera keluar dari kamar ternyamannya.
"Nenek emang kerjaannya cuman nyindir-nyindir hidup orang lain, 'kan?" gumamnya yang tidak ditanggapi apa-apa oleh satu-satunya orang yang kini berada di kamarnya.
Mama enggan berkomentar. Tidak ingin membenarkan sulung atau mertuanya. Memilih untuk tidak memihak di antara kedua orang itu. "Sebelum berangkat nanti makan dulu di rumah. Mama buatkan bekal juga nanti."
Ayunda mengangguk membiarkan sang Mama keluar dari kamarnya. Kembali berbaring untuk melanjutkan mimpi yang tadi sempat tertunda, tetapi urung dia lakukan. Ia meraih ponselnya di bawah bantal untuk memeriksa pesan masuk, barangkali ada pesan dari tunangannya yang mengucapkan selamat pagi serta menanyakan bagaimana tidurnya semalam.
Benar. Kai betulan mengucapkan selamat pagi sekaligus mengirim foto sebelum berangkat ke kantor menggantikan posisi Om Surya yang hari ini pergi liburan bersama Ailene ke Nihi. Juga foto secangkir kopi yang dia bilang untuk menghilangkan rasa kantuk sebab hanya sempat tertidur dua jam.
Ayunda tidak langsung membalas pesan-pesan dari Kai melainkan langsung melarikan diri ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan bersiap. Memakai sedikit riasan, lalu menata rambut dengan rapi sebelum mengambil foto untuk membalas foto Kai.
Laki-laki itu pun tidak langsung membalas. Mungkin sedang sibuk mengingat hari ini pekerjaannya bisa dibilang jadi dua kali lipat lebih berat daripada hari biasanya.
Ia turun ke bawah untuk makan setelahnya. Terlalu siang untuk disebut sarapan, tapi terlalu pagi juga untuk disebut makan siang.
Melihat Mama menyiapkan bekal makan siang sudah biasa, Nenek membaca buku di meja makan juga sudah biasa. Yang tidak biasa adalah melihat Dinda bersantai di sofa panjang sambil menonton acara musik di tivi ruang keluarga padahal hari ini adalah hari Senin. Dinda si mahasiswi aktif yang hidup sebagai social butterfly tiba-tiba melewatkan hari Senin dengan bermalas-malasan di rumah? Sangat mengejutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nunda Nikah | Jenrina Bluesy
RomanceBagaimana jika menjelang hari pernikahanmu yang semakin dekat, adik perempuanmu mengaku hamil dengan kekasihnya? Pernikahan yang kamu rancang dengan banyak pengorbanan itu terancam akan batal. Itu yang dialami oleh Ayunda. Ketika Ayunda dihadapkan...