Rombongan keluarga Kai tiba di rumahnya setelah sambungan telepon dari Yachza terputus dan Ran membuka pintu kamar dengan senyum menggoda yang sulit diartikan. Mereka sama-sama turun ke ruang tamu untuk menyambut kedatangan keluarga Astrabrata, bergabung dengan Papa, Mama, Nenek, dan Dinda yang sudah menyiapkan senyum terbaik mereka.
Ayunda menarik-hembuskan napas dengan teratur sesuai ajaran Yachza di telepon, berusaha mengabaikan detak jantungnya yang menggila serta telapak tangannya yang tiba-tiba terasa sangat dingin. Pengumuman hasil ujian dan hari pertama kali sidang sepertinya tidak sampai semendebarkan ini. Ayunda merasa seluruh tubuhnya bekerja tidak normal. Terlebih saat Kai masuk ke dalam rumahnya dengan wajah serius penuh wibawa menampilkan jidat sepuluh juta yang ia banggakan. Lutut Ayunda langsung lemas. Rasanya ingin pingsan saja dari pada harus menyaksikan wajah tampan laki-laki itu yang membahayakan hatinya.
Sial.
Ayunda terlalu lemah dihadapkan dengan Kai yang seperti ini.
Jawaban dari pertanyaan Ran yang menyuruhnya menemukan alasan mengapa harus hidup bersama Kai adalah karena tidak ada satu pun laki-laki yang membuat Ayunda seperti orang gila selain Kai. Apa itu cukup untuk dijadikan alasan? Tidak ada yang bisa membuat Ayunda jatuh cinta selain Kai.
Papa dan kepala keluarga Astrabrata kompak menyuruh Kai memasangkan ulang cincin pertunangan mereka untuk kebutuhan dokumentasi sekaligus melihat kemesraan putra-putri mereka yang patut diacungi jempol. Kai sempat menolak, tapi Ailene dan Andreas malam itu kompak menjadi kompor agar adik laki-laki mereka mau melakukan apa yang mereka mau. Ditonton banyak orang.
"Udah gak apa-apa, cuma reka ulang adegan yang kemarin. Tapi jangan banyak-banyak, jangan sampai adegan yang 'itu' juga."
Suara Andreas terlalu keras untuk sebuah bisikan. Semua orang di ruangan itu masih bisa mendengarnya, terbukti dengan para orang dewasa yang menahan senyum susah payah, terkecuali Ayunda. Andreas berpikir terlalu jauh.
"Ayo Kak, gak apa-apa lepas dulu cincinnya," bisik Mama.
Ayunda memberikan cincin itu untuk Kai sembari menebak apa yang akan laki-laki itu lakukan. Bagian mana yang akan direka ulang karena keduanya sama sekali tidak romantis. Apakah Kai akan bertekuk lutut lagi di hadapannya, mengatakan "will you marry me" untuk kali kedua sekaligus mengingatkannya pada kejadian di rooftop yang sama sekali bukan happy ending. Atau langsung memasangkannya seperti saat keduanya duduk di ruang karaoke? Terjadi begitu saja tanpa ada sesuatu yang bisa dikenang.
Tangan kiri Kai yang tidak memegangi cincin bergerak meraih tangannya, membuat Ayunda tidak bisa menyembunyikan senyum karena telapak tangan laki-laki itu lebih dingin dari pada telapak tangannya sendiri. Perempuan itu memberanikan diri untuk mengangkat wajah, melihat bagaimana raut wajah serius Kai dipenuhi kekhawatiran.
"Langsung pasang aja gak apa-apa, Daddy udah laper ini." Om Surya menyeletuk gemas sebab Kai terlalu lama membeku di tempatnya sampai fotografer sewaan kedua keluarga itu menurunkan kameranya lagi.
Kai betulan langsung memasang cincin itu tanpa mengatakan apa-apa. Menimbulkan sorak sorai bahagia dari orang-orang di sana selain sang fotografer yang sedikit kaget. Kalau bukan karena Ailene---model kesayangan hampir seluruh fotografer yang secara khusus memintanya untuk datang, ia mungkin akan langsung pulang karena merasa dipermainkan. "Langsung sesi foto keluarga ya!"
Sesi foto keluarga berlangsung secara bongkar pasang, berganti-gantian dengan Kai dan Ayunda yang menetap di tempat. Selesai itu, baru lah kedua keluarga calon besan tersebut duduk melingkari meja makan besar yang sudah ditata sejak pagi.
"Anak-anak kalau gak dipaksa begini pasti masih santai-santai dan fokus sama pekerjaan mereka."
Papa mengangguk menyetujui kalimat Om Surya. "Padahal siapa yang akan menemani kita kalau sudah tua begini kalau bukan pasangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nunda Nikah | Jenrina Bluesy
RomansaBagaimana jika menjelang hari pernikahanmu yang semakin dekat, adik perempuanmu mengaku hamil dengan kekasihnya? Pernikahan yang kamu rancang dengan banyak pengorbanan itu terancam akan batal. Itu yang dialami oleh Ayunda. Ketika Ayunda dihadapkan...