Chapter 5 (Pekerjaan kotor)

43 4 1
                                    

Flashback 7 tahun yang lalu.

Kuharap dengan apa yang aku lakukan sekarang adalah keputusan yang tidak akan aku sesali. Aku hanya harus menyayat pergelangan tangan ku, dan semuanya akan selesai. Ketika aku sudah bersiap untuk bunuh diri, tiba-tiba aku mendengar suara anak perempuan.

"Jangan lakukan, itu hanya akan membuat mu menyesal". Anak perempuan itu berjalan menghampiri ku.

"Apa urusannya dengan mu?". Tanyaku dengan sedikit kesal.

"Tidak ada sih, tapi mama ku bilang, kalau kamu bunuh diri nanti Tuhan akan marah". gadis itu menasihati ku dengan lembut.

"Tuhan? Cih, pantas saja kamu masih mempercayai Tuhan, kamu saja masih tinggal bersama". Aku memutar mata ku dengan malas.

"Tidak". Gadis itu menggeleng.

"Ibu ku meninggal saat melahirkan aku, dan ayah ku membesarkan ku seorang diri, sampai dia meninggal karena seorang polisi salah tembak. Yang seharusnya ia tembak ada seorang perampok bank, tapi yang terkena peluru itu ada ayah ku, mengenaskan ya". Lanjut gadis itu dengan suara yang sedikit lebih pelan.

"Maaf, aku tidak tau itu".

"Tidak apa".

"Tapi...kalau aku tidak melakukan ini-".

"Tidak ada kata menyerah dalam hidup. Lagi pula itu pisau curian kan? Nanti dosa mu tambah banyak lhoo".

"Aku harus apa?". Tanya ku, yang mulai ragu dengan keputusan ku.

"Tetaplah disini, lalu berikan kepada kakak kasir yang mengejar mu".

"Dia tidak akan memarahi ku kan?".

"Tentu saja tidak".

Tidak lama, datang seorang perempuan menggunakan seragam pegawai minimarket.

"Huftt, dek kenapa kamu curi pisau itu?". Kaka itu mengatur nafasnya.

"I-inii....". suara ku hampir tidak bisa keluar karena takut.

"Maaf kak, tadi teman ku ingin pinjam, tapi dia takut dilarang". Gadis itu lebih dulu berbicara.

"Jangan takut, kalau kamu izin, pasti kakak izin kan". Kakak itu mengelus kepala ku.

"Kalau untuk bunuh diri, di boleh kan?". Tanya ku dengan polos.

"Siapa yang mengajarkan seperti itu?". Kaka itu terlihat terkejut.

"Tidak ada, aku hanya berfikir itu jalan satu satunya".

"Dengar ya, anak baik. Kamu tidak boleh mengakhiri hidup mu, umurmu masih panjang, dan ada takdir yang harus kamu lewati".

"Karena itu, jangan menyerah untuk hidup, yaa". Lanjut kakak itu sambil perlahan mengambil pisau di tangan ku.

"Kakak tidak marah karena aku mencuri?". tanya ku dengan takut.

"Tidak".

"Sudah ku bilang kan". Gadis itu tersenyum bangga dan berkacak pinggang.

"Nih, kakak ada makanan, dimakan yah. Kakak harus kembali sekarang, nanti bos kakak marah". Kakak itu memberikan sebungkus plastik yang isinya ada dua bungkus makanan.

"Makasih ya kak, maaf jadi menyusahkan kakak". Gadis itu menerima makanan yang diberikan oleh kakak itu.

"Iya. Oh iya, nama kakak Yuri, jika ada sesuatu cari saja kakak di minimarket itu yahh". Kak Yuri mengedipkan sebelah mata, lalu melambaikan tangan dan pergi.

"Lihat, kamu tidak akan dimarahi".

"Terimakasih". Kataku dengan lesu.

"Ayo makan, nanti jadi tidak enak kalau dibiarkan". Gadis itu menarik tangan ku untuk duduk dibawah pohon.

Pertumpahan darahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang