Gita duduk di sebuah restauran mewah. Gita berdandan menggunakan baju bagus. Ia menanti seorang pengusaha muda yang akan mengajaknya makan malam. Datanglah pengusaha muda itu.
"Hai. Sudah lama?" Pria itu duduk didepannya.
"Dua puluh menit mas menunggu." Gita tersnyum manis.
"Aku Gama." Pengusaha itu mengajaknya bersalaman.
"Gita." Gita tersenyum manis.
Sambil makan malam, Gita mengobrol dengan Gama. Ternyata Gama adalah pengusaha muda berusia dua puluh enam tahun. Lulusan salah satu universitas ternama di Jepang. Ia seorang pengusaha dibidang peternakan sapi dan pengolahannya hingga jadi kornet kalengan.
"Pernah menikah sebelumnya?" Gama menatap Gita. Gita diam dan hanya menatapnya dengan sendu.
"Ini hari pertama saya bekerja. Benar saya seorang janda." Gita sendu.
"Jadi aku pelanggan pertamamu?" Gama menatap Gita menyelidik.
"Benar. Sebenarnya saya tidak ingjn pekerjaan ini." Gita hanya menunduk bahkan menitikkan air mata.
"Apa kau mau pekerjaan lain?" Gama memberikan sapu tangannya. Gita mengangguk.
"Baik karena kamu masih muda, kemudian maaf taraf pendidikan kamu juga rendah. Saya hanya bisa memberimu pekerjaan sebagai office girl di tempat saya." Gama menatapnya sedih.
"Terima kasih. Asalkan pekerjaan itu halal." Gita tersenyum sumringah.
Sementara Gama merasa ini adalah hari kencan terburuknya. Ia mencari wanita baru yang bisa memuaskannya malam ini entah terjadi atau tidak.
"Oh iya, Mas Gama bukannya mau berkencan? Saya bisa mas kalau hanya menemani ngobrol dan berjalan-jalan." Gita tersenyum manis.
Gama tersentuh melihat senyum manisnya. Walau pun ia harus kecewa karena malam ini tidak ada yang akan menemaninya di kasur disaat hasratnya sudah ingin dikeluarkan.
"Lalu untuk malam ini?" Gama menatap Gita penuh hasrat.
"Saya takut dosa mas. Saya mau disentuh oleh pria yang disebut suami." Wajah Gita semakin sendu.
"Baiklah. Kalau begitu." Gama menelepon seseorang. Dan menawarkan Gita untuk menikah siri. Gita menyetujuinya, walau bayang-bayang Dani yang menikahinya secara siri menghantuinya.
Gama membawa Gita ke sebuah kamar hotel yang cukup mewah setelah Gama mengucapkan ijab kobul untuk pernikahan siri mereka beruda. Gita menatap tubuh Gama tanpa busana, badannya begitu kekar dan berkulit sawo matang. Gita tersenyum manis, menutupi bayangan tubuh Dani yang lebih gagah dari Gama.
"Mas. Nanti istri Mas nggak marah?" Gita merusak mood Gama yang sudah mulai naik setelah ijab qobul tadi.
"Istri mana? Aku lajang dan tidak tertarik pernikahan." Gama membalikkan badan karena kejantanannya lemas seketika.
"Lalu kenapa Mas Gama mau menikah siri denganku?" Gita menangis, merasakan kepahitan yang akan ia rasakan lagi. Menjadi wanita penghibur memang tidak boleh ada rasa cinta kepada pembeli jasanya.
"Kan nikah siri. Dan kamu bilang Dosa juga." Suara Gama naik satu oktaf. Gita merinding.
"Maafkan saya Mas. Membuat Mas marah dan kecewa." Gita menagis. Gama menoleh kearahnya.
"Kamu istri saya. Kamu berhak atas diri saya dan perlindungan saya. Saya tidak tau kenapa, tapi melihat kamu, rasanya aku ingin melindungimu." Gama datang dan memeluk Gita.
"Saya janda. Bukan wanita baik-baik." Gita menangis.
"Kamu kira saya juga? Tapi setelah ini, mari kita buat hidup kita menjadi baik-baik. Biarkan kita berdua saja yang tau rahasia masing-masing." Gama mengecup kepala Gita. Gita menoleh, Gama tak tinggal diam sebagai pria yang berpengalaman.
Akhirnya Gama merasakan tubuh Gita seutuhnya. Gama memperlakukan Gita dengan sangat lembut dan baik. Bahkan saat melakukannya Gita sama sekali tidak mengingat Dani. Gama pun merasa, walau Gita bukanlah perawan, tapi ia akui memang ada perbedaan dari bagian kewanitaan Gita yang membuatnya ketagihan dibanding wanita lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIB
RomanceAyara Hanggita, gadis remaja ini adalah anak diluar nikah keluarga Hanggara. Dulu Edwin Hanggara mabuk berat, sehingga memperkosa Kirana Hanggita, sepupunya dibawah pengaruh Alkohol. Kirana yang saat itu berusia tujuh belas tahun, mengalami depresi...