Monochrome

435 31 9
                                    

"Edelweiss Elderly Health Care?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Edelweiss Elderly Health Care?"

Aliana Daksa, wanita paruh baya berusia 62 tahun itu kemudian mengenakan kacamatanya, lalu menanggalkannya, mengenakannya lagi, lalu menanggalkannya lagi, hingga lebih dari lima kali ia begitu, sembari membaca sebuah berkas dengan nama lengkapnya tertulis di bagian paling atas lembar formulir. Seolah memastikan bahwa kedua matanya masih sangat sehat untuk sekedar keliru membaca walau harus mengenakan kacamatanya yang memiliki plus.

"Elderly Health Care??"

Suaranya mulai naik setengah oktaf.

"ELDERLY??!!"

Daksa dan Swara menyipitkan kedua mata mereka kerena telinga mereka yang mendadak pengang.

"PANTI JOMPO??!! KALIAN MAU MASUKIN MAMA KE PANTI JOMPO??!!"

Kalian tahu tokoh antagonis di Sinetron azab yang ditayangkan setiap siang hari pada salah satu saluran televisi Indonesia?
Persis.

Daksa menyikut lengan Swara meminta kakaknya itu untuk segera menjawab. Ya, apalagi kalau bukan karena ini adalah gagasannya?

"Ma, denger dulu—"

"Ya Tuhan..." Sebuah suara isakan—isakan yang dibuat-buat, kata Daksa di dalam hatinya tentu saja, karena ia masih mau keluar hidup-hidup dari dalam rumah megah peninggalan sang Ayah— kemudian terdengar sangat menyayat hati siapa saja yang mendengar, terkecuali kedua anaknya itu.

Ibunya ini seolah lupa bahwa dirinya bukan lah seorang Aktris maka akan terlihat sangat pintar berakting. Beliau hanya seorang Ibu dari seorang Artis mahakarya, yaitu Swara Daksa.

"Aku harus ke luar kota untuk shooting video klip lagu baruku, kan, Ma..." Swara memang yang paling ahli dalam hal bujuk-membujuk, tidak perlu diragukan lagi. Dengan senang hati Daksa menyerahkan urusan yang satu ini kepadanya. "Sedangkan Daksa lagi sibuk-sibuknya di Terazza karena sebentar lagi ada beberapa Tenant baru yang mau buka per awal bulan depan." Katanya lagi mulai panjang lebar.

"Ini cuma sementara aja, biar Mama enggak kesepian di rumah." Sambung Daksa, seolah mengingatkan satu-satunya orang tuanya itu betapa berlebihannya Beliau kalau kedua anaknya ini tidak kunjung pulang.

Kalau bisa dijemput, akan ia jemput rasanya. Tipe Ibu-ibu kelewat posesif terhadap anak-anaknya.
Begitu lah.

Takut pergaulan zaman sekarang, dalihnya, padahal hampir tidak pernah Daksa bergaul yang macam-macam semenjak ia memang memiliki kekurangan.

Entah kalau Swara, mengingat dunianya begitu gemerlap.

"Ini bukan panti jompo sembarangan, Ma. Bangunannya mirip Hotel. Bersih, mewah, rapi. Mama akan tidur di ruangan khusus, sesuai dengan nominal yang sudah ku bayar. Yang ada di sana juga enggak ada bedanya sama Mama. Anak-anaknya menitipkan orang tuanya di sana kalau mereka lagi enggak bisa nemenin." Swara mengambil nafasnya sebentar, "kan, Mama sendiri yang enggak suka sendirian di rumah, padahal udah ada Mbak Sari dan Suaminya di sini." Terang Swara panjang lebar.

COLOR - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang