Aquarium, Zona Abyssal, dan Ubur-ubur

247 28 24
                                    

"Selamat malam, para Hadirin yang budimaaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat malam, para Hadirin yang budimaaan...!"

Nyonya Aliana dan si anak Sulung yang sedang tidur santai di atas sebuah permadani sambil menonton sesuatu pada layar televisi itu menolehkan kepala mereka bersamaan. Daksa akhirnya tiba di rumah ketika waktu sudah lewat tengah malam.

Jangan ditanya mengapa kedua mata Nyonya Aliana masih sangat segar saat ini, tentu saja karena satu anaknya itu belum juga pulang. Untung saja masih ada Swara yang menemaninya.

"Kamu dari mana?? Kok, baru pulang??"

"Kencan...kencan..." Malah Swara yang menjawab.

Beliau mencemooh jawaban Swara. "Gayamu kencan..."

"Lho, memang bener kencan, kok! Coba Mama tanya Daksa."

Nyonya Aliana tidak bertanya, ia hanya menatap wajah Daksa seolah menuntut jawaban dari anak Bungsunya itu.

Sedangkan Daksa, ia malah membuka jaketnya terlebih dahulu, menaruh jaketnya tersebut di atas sofa, melipir sebentar ke arah dapur, mencuci tangan dan wajahnya asal saja, mengambil sebotol minuman dingin, kembali lagi ke ruang keluarga, dan ikut membaringkan tubuhnya di tengah-tengah sang Ibu dan Kakaknya.

"Jadi begini..." Lagaknya mulai bercerita.

Wajah Nyonya Aliana yang tadinya biasa saja kini berubah menjadi lebih penasaran.

"Daksa kencan sama Dokter Banyu, Ma—" Selak Swara tanpa memberi kesempatan Daksa berbasa-basi terlebih dahulu.

"HAH?!"

"Tolol banget emang Abang gue..." Pisuh Daksa sembari mendudukkan tubuhnya dan membuka segel minuman dinginnya. "Bentar, Ma. Daksa minum dulu. Seret."

"Serius kamu??" Nyonya Aliana mengguncangkan sebelah bahu Daksa hingga membuat minuman yang tengah ditenggaknya itu sedikit berceceran pada sela-sela sudut bibirnya.

Daksa tidak memiliki pilihan lagi selain mengaku, maka ia menjawab, "ho-oh."

"Ha-ah. Ho-oh. Jawab yang bener! Iya atau enggak?!"

"Iya, Maaa..." Jawabnya pasrah. "Eh, belum, deng! Masih pendekatan."

Nyonya Aliana tidak buru-buru menjawab lagi. Ia mencoba mencerna pengakuan anaknya itu. Dahinya berkerut mengalahkan keriputnya.

Kalau boleh jujur, Daksa sedikit takut untuk mengaku kepada Beliau pada awalnya. Seharusnya ia memilih waktu yang tepat untuk ini. Dan seharusnya ia mewanti-wanti Swara terlebih dahulu ketika memutuskan bercerita kepada Kakaknya beberapa hari yang lalu.

Swara yang peka akan perubahan raut wajah Nyonya Aliana kemudian mengambil alih percakapan mereka pada dini hari itu. "Kemarin, enggak ada angin, enggak ada ujan, Daksa cerita tentang ini ke aku. Dia takut Mama enggak setuju."

"Kalau Mama enggak setuju??" Tantang Nyonya Aliana begitu saja, sontak membuat wajah Daksa dan Swara berubah pias.

Bahkan Swara menyesali tindakannya yang kelewatan, saking ia sangat yakin bahwa Ibu mereka akan sangat dengan senang hati menyetujui keinginan Daksa.

COLOR - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang