kami disini

61 5 0
                                    



capek itu manusiawi, siapa bilang kita ga boleh ngeluh? ngeluh bukan berarti ga bersyukur. karena beban beban setiap orang itu berbeda-bedandan ga semua orang tau.

































Sepasang mata hazel itu terbuka dengan perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra nya.

 kepalanya terasa sangat pusing, tangan kirinya juga terasa kebas, tubuhnya benar-benar lemas saat ini.

Kini perhatian nya teralihkan pada seluruh ruangan ini. Ruangan dengan warna putih yang mendominan serta bau obat-obatan yang menyeruak.

Ia kenal dan tahu betul kalau sekarang ia berada di rumah sakit, netra hazel nya terus saja menelusuri setiap sudut dari ruangan nya yang terlihat sepi.

"gue masih hidup" gumam nya tak percaya.

"gue bener-bener masih hidup ya? Kenapa? Kenapa gue hidup sih anjing! Gue mau mati, gue mau ketemu sama abang sama kakak, gue mau mati" ujarnya dengan suara parau. 

Kini pertahanan nya pun mulai runtuh, perlahan air matanya pun mulai berjatuhan membasahi pipi nya yang terlihat tirus, ia menangis, menangis sejadi-jadinya.

 Menangisi nasib nya, dan segala candaan semesta akan hidup nya.

"bercanda mu terlampau lucu semesta..sangat lucu hingga aku meneteskan air mata"

Dengan pelan ia membuka alat bantu pernafasan yang terpasang di wajahnya itu, kemudian memeluk kedua lutut nya dan membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya, kepalanya terasa sakit dan berisik sekali.

 Ucapan serta makian kini terus berputar di otak nya bagaikan kaset rusak, membuat nya semakin menenggelam kan wajahnya di antara lutut nya itu dan menggeleng kan kepalanya pelan.

"Dasar anak gatau di untung"

"Pembuat onar! Bisanya bikin saya malu saja"

"Saya meyesal melahirkan mu kedunia sean"

"Seharus nya kamu yang mati!!"

"Mati aja sana, dasar ga berguna"

"Sean, abang sayang sama kamu"

"Mati! Mati! Mati"

" Mati aja kamu anak sialan!!"

"Maaf, maaf, maaf"

"Kamu tidak pantas hidup sean"

"Kamu harus nya yang mati, bukan satria ataupun samudra"

"engga..hiks..engga.." racau nya.

Tangan nya kini mulai merambat dan menjambak anak rambut nya sendiri sembari menggelengkan kepalanya ribut, air matanya kini mengalir semakin deras di sertai dengan isakan kecil. 

Sean sudah tidak peduli lagi dengan rasa sakit yang ia rasaka pada punggung serta pergelangan tangan nya, yang ia mau saat ini hanyalah suara-suara itu menghilang.

Bagaikan kaset rusak, suara makian serta pukulan itu justru semakin terdengar dengan keras, seolah-olah menertawakan keadaan sean yang lemah. 

Sean semakin mengencangkan cengkraman nya pada anak rambut nya dan menarik nya semakin kuat, persetanan dengan rambut nya yang akan rontok atau kulit kepala nya yang terasa sakit,

 yang ia ingin kan hanya suara itu agar segera menghilang dari dalam kepalanya.

"jangan..hiks..jangan pukul hiks..papah jangan" suara tangisan nya begitu mendominan dalam ruangan bernuansa putih tersebut,

SEVEN DREAM CHASERS [ENHYPEN OT7] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang