"semua orang punya bakat dan kelebihan masing-masing, semua orang juga punya kekurangan nya masing-masing. tolong jangan sama kan aku seperti mereka yang berada di luaran sana pah,mah."
"aku ya aku, mereka ya mereka. kita berbeda. mungkin niat kalian baik agar aku ingin belajar dengan giat, tetapi nyatanya seluruh perkataan kalian itu justru membuatku tak percaya diri akan kelebihan yang ku miliki..mah..pah.."
HAPPY READING
BRAK
"akhh..sshh" ringisan itu keluar begitu saja ketika tubuh pemuda itu menabrak pintu rumahnya dengan kencang sehingga membuatnya jatuh tersungkur.
Kepalanya menengadah ketika ia melihat sepasang sepatu berwarna putih dengan heels itu berada di hadapan nya,
dengan cepat ia langsung saja bangkit dan menatap kearah wanita yang tak lain adalah ibunya itu.
"mah.."
PLAK
"memalukan...benar-benar memalukan sekali kamu sean" ujar nya.
Sean hanya diam tak berkutik, pipinya terasa perih karena tamparan sang ibunda yang sangat kuat membuat bekas kemerahan di kulit putih nya itu.
Tubuh nya bergetar dengan hebat saat runggu nya mendengar sebuah derap langkah lain dari arah belakang.
"masuk ke ruangan sekarang sean"
perkataan itu terdengar mutlak dan tak ingin di bantah oleh siapapun, rasanya sean benar-benar ingin menghilang saja saat ini.
Kepalanya secara otomatis menggeleng ribut saat sang ayah mendekat ke arahnya dengan beberapa jongos bertubuh besar di belakang nya.
"papah..sean minta maaf pah, maafin sean pah. Sean janji ini yang terakhir kalinya sean bolos pah, sean mohon jangan hukum sean pah" ujarnya dengan suara yang gemetar.
Mendengar hal itu sang ayah justru terlihat semakin marah, dengan cepat pria paruh baya itu menarik anak rambut sean dengan kuat.
kulit kepala sean terasa ingin lepas sangking kuatnya cengkraman tangan sang ayah di kepalanya ini,
Air mata yang sedari tadi sean tahan kini mulai meluruh ketika ia sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit nya.
Dengan sebelah tangan nya yang terbebas sang ayah kini mencengkram rahang sean dengan kuat dan menatap sang anak yang tengah menangis itu dengan kilatan amarah.
"BERHENTI MENANGIS!! KENAPA KAMU HANYA BISA MEMBUAT SAYA MALU HAH?" teriakan itu terdengar sangat nyaring dan memekak kan telinga.
membuat semua orang tahu bahwa pandawa kini tengah marah besar.
Dengan kasar pandawa melepaskan cengkraman nya dari rahang sean dan mendorong sang anak hingga jatuh tersungkur,
dengan sigap sean langsung saja mendekati kaki sang ayah dan menyatukan tangan nya memohon ampun.
"hiks a-ampun pah..sean janji ga akan mempermalukan papah lagi sean janji. Tapi jangan masukin sean ke sana pah, sean takut, sean ga suka gelap papah...sean takut" lirih nya sambil bersujud di bawah kaki sang ayah.
Namun bukan nya merasa kasihan, pandawa justru menendang tubuh ringkih sean hingga terpental dan menabrak tembok.
membuat beberapa maid yang menyaksikan itu memekik terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN DREAM CHASERS [ENHYPEN OT7]
Teen FictionTujuh pemuda yang kehidupan nya di hancurkan oleh takdir, kemudian saling di pertemukan oleh semesta. Tangis, tawa, amarah, dan kebencian menjadi satu. Badai mulai datang seiring berjalan nya waktu. Akan kah mereka bisa mempertahankan kan persahabat...