what's wrong?

54 5 0
                                    


Kini ketujuh pemuda tersebut hanya dapat terdiam sejak memasuki mini van milik tante yang baru mereka ketahui namanya adalah Rania. Ketujuh nya memilih untuk berdiam diri sebab tak tahu ingin membicarakan apa. Sepanjang perjalanan, mereka hanya dapat melihat sawah-sawah yang berwarna hijau indah. 

Tentu saja, pemandangan ini adalah hal yang sangat jarang mereka temui di kota yang padat akan penduduk. Ketujuhnya memilih diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. tak terkecuali sean yang sedari tadi menggigiti kuku-kukunya sembari memandang panik ke arah jendela.

Melihat hal itu, reyhan yang duduk di sebelah sean langsung menahan tangan sean yang lagi-lagi ingin menggigiti kuku nya. Hal itu tentu membuat sean tersentak kaget dan menoleh ke arah reyhan dengan cepat.

"Kenapa kak?" Tanya sean, sebuah kerutan halus terlihat jelas di kening nya.

"Seharus nya gue yang tanya, lo kenapa?" ucap reyhan.

mendengar keributan di arah belangan, kelima pemuda lain nya pun menoleh dan menjadikan sean sebagai pusat perhatian mereka.

"Ada apa rey? Sean kenapa?" pertanyaan mahesa itu bagaikan perwakilan bagi yang lain. Reyhan kemudian menunjuk tangan nya yang masih saja mencengram tangan sean dengan dagu nya, membuat mahesa dan yang lain nya menoleh ke arah cengkraman tangan reyhan.

Dalam cengkraman reyhan terdapat tangan sean yang beberapa jari nya sudah terluka dan berdarah akibat sean yang menggigiti kuku nya, membuat yang lain nya melotot kaget.

"Tangan lo kenapa se? perasaan tadi baik-baik aja kok?" tanya satya.

"Ohh, engga kok. Gapapa" jawab sean dengan nada yang kelewat santai.

"Gapapa apanya? lo dari tadi keliatan cemas mulu, kalau ga kenapa-napa ga mungkin lo kayak gini" balas reyhan.

"Lo kenapa kak?"  

Kini giliran juan yang bertanya dengan nada yang lembut, juan membawa dirinya  berjalan ke arah sean, dan bersimpuh di bawah nya. Dengan lembut tangan juan menarik tangan sean yang terluka dan membawanya kedalam genggaman nya, ia mengelus tangan dingin sean dengan pelan. memberi sensasi nyaman dan menangkan untuk sean.

"Udah tenang?" tanya juan yang di balas anggukan oleh sean.

"Mau cerita gak? kalau lo gamau gapapa" ujar azka.

dengan ragu sean menatap keenam teman-teman nya itu, dalam kepalanya sedang banyak pertimbangan akan tawaran azka.sean ingin cerita, tapi ia takut akan reaksi apa yang akan di berikan oleh keenam nya, sean tidak ingin di tatap dengan pandangan kasihan oleh mereka.Tapi sean juga butuh teman cerita saat ini, ia ingin ada orang yang tahu akan rasa takutnya, dan betapa berat beban yang ada di pundak nya kini.

"gue takut" lirih sean.

setelah berperang dengan pikiran nya, pada akhirnya sean memutuskan untuk meberitahukan perasaan nya saat ini.

"takut kenapa kak?" tanya riki yang kelewat penasaran, apa sean takut akan lumpur sawah? atau takut karena akan ada banyak serangga yang akan mereka temui di sawah-sawah itu? entahlah riki tidak dapat menebak mengapa sean ketakutan saat ini.

"takut pulang, gue takut sama papa. gue belum izin sama papa, gue takut pulang, gue takut papa marah, gue takut di pukul lagi, gue takut di cambuk lagi, gue takut di kurung di kamar gelap, gue takut--"

"ssstttt udah cukup, jangan di terusin lagi kak." bisik juan yang langsung memeluk sean dan memotong ucapan nya.

pelukan tiba-tiba dari juan dan reyhan membuat sean terdiam, tanpa sadar tubuh sean gemetar karena seluruh kenangan buruk yang tiba-tiba masuk kedalam ingatan nya, sean benar-benar ketakutan. anak itu benar-benar trauma akan tindakan yang di lakukan oleh kedua orang tua nya. Keenam pemuda itu memilih untuk bungkam dan memeluk sean dengan erat. 

mereka tidak akan sanggup untuk mendengar lebih jauh lagi, apa sebenarnya yang sudah di lakukan oleh orang tua sean? bagaimana bisa anak ini tetap tersenyum manis dikala hidupnya benar-benar sudah hancur? Berapa lama sean memendam semuanya sendiri? Sudah berapa lama ia memakai topeng nya itu? Sekarang mereka tau, bukan hanya tubuh nya saja yang hancur, mental sean juga sudah lama hancur. 

"Lo hebat, lo kuat banget, gue gak nyangka ternyata gue temenan sama orang hebat kayak lo. makasih ya sudah mau bertahan di sini. sekarang lo punya kita, jangan sungkan buat dateng ke kita." ucap juan yang di balas anggukan oleh yang lain.

dalam pelukan teman-teman nya itu sean menangis dengan keras, ia takut tapi rasa takut itu terkalahkan oleh perasaan hangat dan bahagia yang ia terima. sean bersyukur, ia benar-benar bersyukur karena masih hidup dan di pertemukan oleh keenam teman-teman nya yang hebat. jika kehidupan selanjut nya memang ada, sean ingin hidup dengan menjadi teman mereka lagi.

tanpa mereka sadari, sepasang obsidian menatap ketujuhnya dengan haru dari, sebuah senyuman tulus terbentuk dari bibir ranum nya. perasaan haru dan bangga itu juga tidak dapat ia sembunyikan. dari tempatnya, rania tersenyum haru.

"anak-anak yang manis, tetap lah saling menjaga dimana pun kalian berada" batin nya.

                                                                               ◾◾◾◾



TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEVEN DREAM CHASERS [ENHYPEN OT7] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang