Part 3

54 4 0
                                    

"Aku ingin seikhlas langit kala ia tetap mempersembahkan indahnya semburat senja sekalipun malam perlahan mengusir cahayanya"

~~~

Entah mengapa Abidzar lupa dengan tujuan awal memanggil wanita itu dan ia malah mengutarakan isi hatinya yang selama ini terpendam. Biarlah pikirnya, ia juga sampai tersenyum sendiri hingga ummanya heran melihat wajah Abidzar yang terlihat sumringah.

"Nak kenapa kok umma lihat kamu senyum sendiri Aranya sudah pulang, ngomong apasih jadi penasaran" ujar Umma Nisya baru saja datang dan langsung bertanya padanya.

"Umma Ara menurut umma gimana?" tanya Bidzar dengan sedikit keraguan. Umma Nisya justru tersenyum mendengar pertanyaan putranya barusan sebelum akhirnya menjawab.

"Baik, sopan, cantik lagi kenapa Dzar kamu suka ya sama dia umma setuju deh kalau gitu" umma Nisya justru menggoda anaknya, hal itu membuat Abidzar terkekeh kecil.

"Bidzar melamarnya umma tapi belum diterima dengan pasti katanya kalau memang serius Bidzar disuruh kerumahnya, tapi apa Abi juga setuju dengan Ara?" ujar Abidzar tenang dan meminta pendapat Ummanya.

"InsyaAllah apapun itu umma yakin abi juga setuju nak nanti biar umma bantu bicara sama abimu" jawab umma Nisya mengelus punggung putranya.

"Na'am umma kalau gitu Bidzar pamit keluar ada jadwal ngajar ke kampus  nanti siang juga ada jadwal ke RS dan pulangnya mungkin malam sekitar jam sepuluh insyaAllah."

"Yasudah hati-hati jangan lupa sholat dan makan juga loh Dzar" jawab Umma Nisya dengan berpesan pada putranya itu.

"Syukron umma Bidzar mau siap-siap ke atas dulu ambil sesuatu" Ujarnya lalu beranjak menuju ke kamarnya yang berada diatas.

Umma Nisya hanya mengangguk dan menghembuskan nafasnya seraya menggeleng.

"Umma berharap Ara adalah satu satunya perempuan yang mencintai kamu sepenuh hati nak dan umma gak bisa melihat kamu seperti waktu itu lagi semoga dia tidak pernah datang dikehidupan kamu cukup sekali dia membuatmu seperti itu" batin Ummanya.

~~~

Seusai bertemu dengan gusnya yakni Abidzar Ara tidak bisa untuk berhenti tersenyum sungguh ini benar-benar diluar dugaannya apakah ini nyata ataukah hanya sebuah mimpi.

"Harus telfon bunda nih eh tapi jangan dulu deh"Ucap Ara berbicara sendiri sampai membuat teman sekamarnya yang baru saja datang entah darimana heran melihat tingkah Ara yang seperti tadi berbicara sendiri.Aneh menurutnya.

"Hey Ara kenapa?, tumben gus Bidzar panggil kamu terus suruh ke ndalem ngomong apa sama kamu kasih tau dong Ra" Ujar Renata teman sekamar Ara dipondok.

"Enggak tadi cuma minta tolong aja bantuin umma Nisya di ndalem" kata Ara berbohong. Ia tidak ingin semua orang tahu lebih dulu karena ia masih belum memberi jawaban yang pasti dan Ara menunggu pendapat dari semua keluarganya.

"Oh iya, yang lain pada kemana kampus?" tanya Ara mengalihkan pembicaraan.

"Itu ada tugas kerkel sama ada yang ngampus juga sih btw jalan yuk kamu gak sibuk kan Ra?" Ajak Renata teman sekamar Ara.

Ara menggelengkan kepala sebelum menjawab.
"Mau kemana emangnya?" tanya Ara lagi.

"Keliling pesantren" jawab Renata, Ara mendengar itu hanya mendengus sebal seraya memutar bola matanya jengah.

Tidak adakah ide yang lain selain keliling pesantren karena bagi Ara sudah sangat sering bahkan mungkin bisa setiap hari.

"Emang mau kemana selain keliling pesantren Ra disini juga gak boleh ijin keluar sembarangan kan kecuali kampus, pasar, atau emang ada keperluan penting banget diluar"jawab Renata sejenak Ara berfikir sampai akhirnya ia mendapat sebuah ide

Tentang AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang