18 ; kalau mama sakit dunia bisa berhenti.

256 32 0
                                    

.

.

.

"na kamu liat jas hitam aku yang baru aja aku beli sebulan lalu?"

"ada di lemari kok kemarin baru aku rapihin."

"hm tapi kok gak ada ya?"

"masa sih??" ucapnya, tangan Yuna masih sibuk membereskan piring sisa sarapan mereka.

"Udah aku cari tapi gak ketemu."

"coba cari lagi."

"udah aku cari seribu kali sayang, tetep gaada."

Yuna menghela napas pelan, tangannya berhenti dari kesibukannya menatap Dika yang tengah berdiri di sampingnya sembari memasang dasi.

"Yaudah aku cari ya, awas kalau sampe ada."

Yuna berjalan menuju kamar disusul oleh Dika di belakangnya.

"ini apa???" sambil mengangkat jas hitam yang tadi ia cari.

"tapi tadi udah aku cari gak ketemu."

Yuna tidak banyak berkomentar, sudah paham dengan tabiat suaminya. Dengan cepat tangan Yuna beralih pada dasi di leher suaminya yang tidak kunjung selesai ia pakai.

"aku lupa cara pakenya hehe."

Selesai urusan dasi, Yuna menyuruh Dika untuk duduk di pinggir ranjang lalu mulai menyisir rambut suaminya.

"na, kalau sisir rambut aku bisa sendiri."

"udah diem."

"jangan terlalu klimis."

"iya.."

"ehm.. kayaknya kalo jidatan gini kurang pas deh??"

"ssst diem aja kenapa sih bawel banget!"

Dika menutup mulutnya tidak berani lagi berkomentar. Menatap sekilas lewat cermin di depannya, pasrah mau dijadikan apa gaya rambutnya oleh Yuna.

Dika tersenyum kecil melihat wajah istrinya yang nampak serius sekali menata rambutnya. Sungguh Yunanya ini memang bisa menjadi apa saja.
Jadi chef, perawat keluarga, manajer keuangan, penata interior rumah, guru, psikolog anak, bagian kebersihan, fashion designer dan sekarang jadi hairstylist.

Dimana pekerjaan itu umumnya dilakukan oleh banyak orang tetapi Yuna sebagai seorang 'ibu' bisa melakukan semuanya sendirian.

"Udah nih, gimana?"

Dika mengamati penampilannya, dengan perpotongan belah tengah yang mengekspos sedikit keningnya.

"Hmm lumayan.."

"Kok lumayan? gak bagus ya?"

"Bukan gak bagus aku cuma kurang pede kalo harus nunjukkin jidat aku."

"Justru kamu harus lebih sering pake style kaya gini. Btw kamu beneran suami aku bukan sih??"

"Maksud kamu?" Alis Dika bertaut.

"Ganteng banget."

Dua kata itu mampu membuat wajah Dika memerah sampai menjalar ke telinga ia lalu tertawa.

"Hahahaha, kamu ini sengaja mau bikin aku gagal pergi ya?"

"Cuma muji doang, gitu aja lemah huuu."

"Bilang aja kamu gak rela aku tinggal perjalanan dinas, iyakan? tenang aja aku bisa PP kok."

"Loh? serius kamu PP?"

"Iya, kan perjalanan dinasnya cuma kota seberang. Deket, paling dua jam."

"Dua jam itu gak sebentar daripada capek bolak-balik mending nginep aja."

Being Parents Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang