Malam sudah begitu larut, namun tidak membuat sepasang suami istri ini mengantuk. Yoona setia menggenggam tangan putranya yang terasa dingin. Ia masih teringat tadi saat dimobil, Jisung sempat mengalami sesak nafas hebat. Yang mampu membuatnya panik kepayang.
Jong suk menghampiri istrinya, ia rengkuh tubuh ramping Yoona. "Mending sekarang kamu tidur, istirahat. Nanti kalau kamu sakit yang jagain anak kita siapa." Kata Jong suk kepada istrinya.
"Mas...aku gak bisa bayangin, seandainya Jisung tidak ada di tengah-tengah kita, pasti kita kesepian ya kan mas?" ucapnya memandang wajah teduh putranya.
"Pasti," jawabnya yang juga memandang lurus, wajah teduh Jisung ketika tertidur. Tapi Jong suk tidak suka wajah putranya saat ini, begitu pucat.
"Sekarang kamu istirahat sana, biar aku yang jagain anak kita," ucap Jong suk kembali menyuruh sang istri istirahat.
Yoona mengangguk, ia berdiri dari posisinya. Lalu melangkah menuju sofa yang lumayan besar diruangan VVIP ini. Dan membaringkan tubuhnya, menuruti perkataan suaminya. Sedangkan Jong suk, ia duduk di kursi samping brankar pesakit Jisung dengan menggenggam tangan putranya.
"Eunggghhh..." Jisung melenguh, matanya bergerak-gerak sepertinya akan segera siuman. Dan benar saja, mata kecil nan sipit itu terbuka secara perlahan.
"Alhamdulillah anak Mama udah sadar," sembari mengecup lama kening Jisung.
"Mi-num, Ma." Yoona segera mengambil botol kecil air mineral, dan membantu putranya minum dengan sedotan.
"Apa yang dirasakan nak? masih pusing?" Yoona bertanya seraya merapikan rambut Jisung yang sedikit berantakan.
Jisung menjawab jika kepalanya masih terasa nyut-nyutan. Meski tak tak separah kemarin. Lalu Yoona menyuapi Jisung sarapan, dan membantu meminum obatnya. Yoona juga memberi tahu kepada putranya jika sang Papa tidak bisa menemani ia di rumah sakit karena ada urusan mendadak soal kerjaan. Dan tidak bisa Jong suk tinggalkan.
√|TENTANG JISUNG, MIMPI DAN LUKA|√
"Mama kapan mau daftarin Jisung di les dance yang dibawah naungan perusahaan?" tanya Jisung yang kini sedang duduk menatap Mama nya yang sedang mengupas buah apel untuknya.
"Nanti kalau kamu udah sembuh, pasti Mama daftarin," jawabnya sekenanya.
"Pasti Jisung keren banget ya Ma seandainya bisa jadi anggota grup band kayak Exo gitu," katanya sembari menerawang betapa kerennya jika dirinya bisa menjadi salah satu member grup band terkenal.
Perkataan Jisung membuat Yoona terkekeh. "Pasti keren dong, anak siapa dulu...Mama gitu loh."
Sepasang anak dan ibu itu terus berlanjut dalam berbincang. Membicarakan semua hal akan rencana indah sang anak yang sudah mulai dewasa. Dan akan menata masa depannya sendiri, dan tugas Yoona sebagai ibu adalah mendukung apapun keputusan sang anak. Selagi masih di jalan yang lurus.
Setelah mengupas buah apel, Yoona langsung menyuapi bayi besarnya itu. Bayi besarnya tampak lahap dan menikmati rasa manis dari buah. Membuat Yoona bernafas lega, jika putranya baik-baik saja. Kemarin anaknya ini sempat membuat dirinya jantungan. Tapi tetap saja kini ia bersyukur putranya tak apa-apa.
Jisung menikmati suapan buah apel yang manis.
'Nyuuuutttttt'
Jisung memegangi kepalanya kala berdenyut menyakitkan. Matanya terpejam sejenak. Mulutnya meringis.
Tes...tes
Setetes, dua tetes kini darah berjatuhan dari hidung Jilan. Dan malah semakin banyak. Matanya membulat, terkejut. Ia mimisan.
"Mmma-mah..."
"Astaga nak," Yoona langsung meraih tissue yang ada di nakas, lalu mulai mengelap hidung putranya yang terus mengeluarkan darah. Yoona sangat panik sebenarnya, namun ia mampu menguasai dirinya.
Tak lama kemudian, mimisan Jisung akhirnya berhenti. Yoona merengkuh tubuh anaknya kala tubuh itu limbung, karena sangat lemas.
"Ma...pusing," lirih Jisung memejamkan matanya. Kepalanya terasa sangat sakit.
Yoona sangat panik, ia segera memencet tombol emergency berulang kali. Dengan tangan yang satu merengkuh tubuh Jisung. Yoona menggigit bibirnya kala melihat kini darah Jisung berceceran di baju serta seprai tempat tidur Jisung.
"Tenang sayang ada Mama disini, semua pasti baik-baik saja."
Jisung tidak menjawab, tapi menitikkan air matanya. Dengan tangan mencengkram erat kepalanya. Terasa begitu sakit dan panas. Seakan akan meledak sekarang juga.
Tak lama kemudian, seorang dokter dengan dua perawat masuk ke dalam ruangan dengan begitu brutal. Lalu salah satu perawat menyuruh Yoona untuk keluar. Agar dokter dapat menangani Jisung dengan leluasa. Awalnya Yoona enggan meninggalkan putranya yang begitu kesakitan, tapi ia tidak boleh egois. Ia pun keluar dengan membekap mulutnya, agar isakan tangis tak begitu keras.
"Putranya kenapa?"
√|TENTANG JISUNG MIMPI DAN LUKA|√
Jong suk berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Saat rapat tadi, ia mendapat telepon dari istrinya, memberitahukan keadaan putranya dengan menangis. Yang Jong suk yakini pasti ada yang tidak beres dengan putranya. Langsung saja ia meninggalkan rapat pentingnya, dan berlari keluar begitu saja.
"Dokter belum keluar juga?" tanya Jong suk kepada istrinya yang kini duduk di depan kamar rawat Jisung. Dengan menunduk.
Yoona mendongak, melihat wajah suaminya dari bawah. Memperlihatkan mata sembabnya.
"Dokter sudah selesai memeriksa Jisung. Kini mereka membawa Jisung untuk melakukan serangkaian tes Mas, katanya ada yang tidak beres dengan kepala anak kita hiks. Aku takut hiks." Yoona memeluk tubuh tegap suaminya.
Jong suk membawa tubuh ramping Yoona ke pelukannya. Dari segi yang ia lihat saat pertama kali datang yaitu baju istrinya yang di penuhi darah mimisan nya Jisung. Bahwa ia yakin, putranya kini tidak baik-baik saja.
"Kamu yang tenang, kita doakan agar malaikat kecil kita baik-baik saja sayang."
TBC
Jangan lupa selalu beri dukungan untuk cerita baru ini ya.
Lewat selalu vote dan komen. Terimakasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jisung, Mimpi dan Luka
RandomPark Jisung hanyalah seorang remaja yang mati-matian berjuang hanya untuk mewujudkan sebuah mimpinya mimpinya. Yaitu menjadi seorang Idol. Meski harus bertaruh nyawa, ia rela asal mimpinya tergapai. "Jisung, Mama gak setuju kalau kamu jadi idol!" "M...