23

1.6K 96 5
                                    

Walau pedihku bersamamu kali ini,
Ku masih ingin melihat mu esok hari.

*****

Arbei mendengus kesal. Matanya menatap tajam ke arah monitor yang sedang memperlihatkan Reano yang sedang tertidur pulas di samping Raja.

"Dongo. Emang cinta itu buta, sayang aja kalian berdua gak bisa nentang takdir Tuhan."

Tok tok tok

"Kak, ini Bagas."

"Masuk!"

Adlin masuk saat mendengar teriakan tersebut, tak lupa juga ia kembali menutup pintu.

"Tumben sendiri, hewan peliharaan lo mana?" Ucap Arbei saat tidak melihat ada Putra di samping Adlin

"Ke barak timur, katanya ada kerusuhan disana." Jawab Adlin sambil mendudukkan dirinya di kursi hadapan Arbei

"Ada keperluan?" Tanya Arbei tetapi matanya tetap fokus ke arah monitor

"Tentang mamah, ayah, dan komplotannya"

"Jelaskan!"

"Mamah berusaha kabur dari pengasingan. Awalnya Abang Putra biarin karena mau lihat sekuat apa dia pas di serang anjing serigala, tapi ternyata dia gak sekuat itu kak. Mamah sekarat, nafasnya putus putus, katanya kekurangan darah dan aku sama Abang gak sama golongan darah nya"

"To the point, Bagas." Ucapnya dingin

"Hah, aku mau minta tolong sama kakak buat donorin darah kakak ke mamah, mau gimana sikap dia ke kita, dia tetep mamah kita kak. Aku mohon banget sama kakak." Mohon Adlin sambil menatap sendu

Mau gimana perlakuan orang tua ke kita, mereka tetep orang tua kita. Lawak sekali kata kata itu.

"Kenapa harus? Gue bukan siapa-siapa nya, jangan terlalu berharap gue bakal kasian." Jawab Arbei

"Tapi lo gak mikirin Reano sama Rafly? Mau gimana pun mereka udah tinggal bertahun-tahun sama mamah"

"Otak lu kemana Gas? Reano selama ini tinggal sendiri, Rafly juga tinggal di rumah bapak bajingan nya, jadi dimana letak tinggal bertahun-tahun sama mamah Nya itu?"

"Kak plis, gue mohon banget sama lo. Gue masih mau lihat mamah hidup, gue masih punya janji sama dia buat bahagia in dia. Udah cukup lima tahun ini gue nanggung rasa bersalah gue ke mamah pas lihat dia di rantai di dalam pengasingan" lirih Adlin

Arbei menatap dalam kearah Adlin, kemudian melengos ke arah samping

"Lanjutkan laporan!"

Adlin tersenyum manis, dia tau kakaknya pasti akan menuruti apa katanya. Ah, dia sangat senang.

"Tentang Ayah. Seperti laporan kemarin kemarin nya, masih tentang kesehatan mental nya. Kemarin Rafly datang ke dia dan dia langsung dekap Rafly erat banget."

"To the point Bagas!" Kesal Arbei. Kesel kadang dia sama Bagas, terlalu banyak cencong. Gak cocok sama dirinya yang maunya to the point.

"Lo gak ada niatan balikin Rafly ke bapaknya?" Ucap Adlin yang langsung di hadiahi tatapan tajam milik Arbei

"Maksud lo? Balikin Rafly setelah dia sembuh gitu? Enak aja. Gue yang biayain dia pengobatan sampe sembuh, dan seenak nya lu nyuruh gue balikin Rafly ke bajingan itu?" Ujar Arbei tak percaya dengan ucapan Adlin

"Seperti yang kita tau kak, kalau Ayah sayang banget sama Rafly. Mau gimana pun dia tetep ayah kandung nya Rafly, apalagi Rafly anak kesayangan Ayah, pasti ayah bener bener terpukul banget waktu Rafly pergi"

what is love? [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang