24

908 48 2
                                    

"Rean?" Lirih Raja setelah itu ia luruh di depan mayat Reano.

"Rean please jangan bercanda, ini bener bener ga lucu Rean!"

Raja menangkup kedua pipi Reano, "bangun Rean, bangun ya."

"Kamu gak mungkin tinggalin aku selama nya kan? Kamu bohong! Ini prank kan? Mana kameranya, MANA?! MANA BANGSAT!!"

Raja terisak kencang sambil mengguncang badan Reano. "BANGUN REAN, BANGUN!! AKU SAYANG KAMU, SAYANG BANGET. Jangan tinggalin aku Rean, please aku mohon sama kamu..."

"Katanya kamu mau ajak aku keliling dunia? Kita belum ke Korsel Rean, kita belum liat Wendy, katanya kamu mau selingkuh sama Wendy kan? Gapapa, aku ijinin tapi aku mohon sama kamu, tolong bangun sekarang juga, buka mata kamu, liat aku!"

"Jangan tinggalin aku sendirian Rean, jangan tinggalin aku sama bayang bayang kamu, aku gamau, gak bisa."

Raja tiba-tiba terkekeh, "Apa aku nyusul kamu aja ya?"

Rafly yang tak tahan pun menarik kasar Raja lalu menamparnya. "NYEBUT JA, NYEBUT! Gua tau lu terpukul, TAPI GAK GINI ANJING!"

"Lo liat mereka! Bunda lo, Rian, Boy, bahkan gua juga terpukul sama meninggal nya Reano, tapi kita ga berpikiran pendek kayak Lo! Otak lo dimana? MIKIR! Masih ada bunda lo disini, dan bisa bisanya lo bilang mau nyusul Reano?!"

Raja terdiam dengan pandangan kosong, pikiran nya berkelana kemana mana sampai akhirnya ia jatuh pingsan di dekapan Rafly.

"RAJA!" Teriak sang Bunda ketika melihat anaknya jatuh pingsan

Rafly segera membawa Raja berbaring di kamar tamu, ia menyuruh Boy untuk menemani Raja sementara ia ingin mengurusi pemakaman adiknya yang sebentar lagi akan di kebumikan.

"Tolong titip adek gua sebentar ya boy!"

******

"Kalo misalnya Reano gamau mutusin tunangan nya gimana kak?" Tanya Putra membuat Arbei yang duduk di samping nya menoleh

Arbei meminum sedikit bir nya, "Biarin mereka ngejalanin hubungan, tapi tanpa ikatan tunangan. Gua cuma mau mau mereka terikat sama status pacaran, bukan tunangan"

Putra berdecih, "Cih, sama aja itu goblok"

"Gua belum selesai ngomong." Tekan Arbei sambil menaruh gelasnya dengan kasar, "Hubungan sedarah itu gak akan bertahan lama Putra."

Putra menatap tajam ke arah Arbei sambil terkekeh geli, "Lu doain gua gak langgeng sama Adlin!?"

"Gua gak ngomong gitu, tapi lo cukup cepet tanggap ya.."

Menatap kesal Putra, Arbei melayangkan tendangan nya tepat di rahang Putra. "Sampe kapan pun gua gak akan pernah restuin Putra. Lu sama dia emang gak satu bapak, tapi tetep aja darah ibu lu ngalir di diri lu dan Adlin. Gua emang gak nentang seksual siapapun, mau itu gay, lesbi atau apapun, gua gak nentang. Tapi buat incest, jangan pernah berharap gua bakal restuin."

Putra mengelap kasar darahnya pakai tangan kanan nya, mencoba berdiri tetapi selalu gagal karena Arbei selalu melayangkan tendangan nya di saat dia mencoba berdiri.

"Harus sampe kapan mau begini Putra? berapa kali gua peringatin?, Dua tahun gua nunggu keputusan yang mau lu ambil. Gua gak akan diem lagi mulai sekarang, cepet tentuin, mau berhenti atau Adlin pergi selamanya?" Ucap Arbei membuat Putra sedikit linglung

Memanfaatkan situasi tersebut, Arbei segera mengunci pergerakan Putra. Menekan belakang punggung Putra dengan keras bahkan tanpa belah kasihan Arbei menarik rambut Putra yang sontak membuat Putra mendongak ke belakang

what is love? [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang