Malam yang Indah

11 2 0
                                    

"Eh, Kojuro-san tolong jangan buang buku itu!" sahutku mengejarnya.

"Kenapa? Buku ini tidak baik untukmu, isinya juga aneh." ujar Kojuro menuju halaman belakang. Aku menarik lengan kimononya dan merengek untuk tidak membuang buku itu.

Tapi Kojuro tetap menolak dan akan membakar buku ini. "Kojuro-san, ku mohon jangan bakar buku itu. Aku belum membacanya padahal itu harganya mahal, tolong jangan dibakar!" rengek ku menarik-narik lengan kimono Kojuro.

"Tidak, buku ini tidak baik untuk dibaca. Untuk apa menghabiskan uangmu membeli buku ini?" teriak Kojuro menolak. Tidak ada pilihan lain, terpaksa Aku harus merelakan buku itu. Padahal belum Aku baca loh:')

"Baiklah, kamu boleh membakarnya Kojuro-san tapi jangan bakar buku yg bercover karakter mu ya! Kamu tahu aku ini penggemarmu jadi tolong jangan dibakar ya!" pintaku menunjukkan mata berkaca-kaca.

Kojuro berpikir sejenak dan menghela napas panjang. Ia pun memberikan komik series Kojuro padaku, "baiklah tapi hanya sekali ini saja aku menurutimu. Jangan pernah membeli buku seperti ini lagi, ya!" ujar Kojuro seraya menepuk kepala ku pelan.

Aku menyadari, wajahku memerah karena kepalaku bisa ditepuk oleh Kojuro. Aku mencoba untuk tidak pingsan, setidaknya. "I-iya, aku tidak akan membelinya lagi. Terima kasih Kojuro-san!" ucapku sambil membungkukkan badan untuk menutupi wajahku yg memerah ini.

Kojuro pun tersenyum padaku, aduhh rasanya mau pingsan. "Tuan Masamune sepertinya tertarik denganmu, mungkin saja kamu akan menjadi pelayan untuknya." ucap Kojuro pelan.

Aku terkejut, "eh benarkah? Tapi, Aku tidak bisa berperilaku layaknya pelayan. Hmm...aku hanya bisa memasak saja sih." gumamku.

"Mungkin saja kamu akan dibolehkan tinggal di sini, memasak untuk Tuan Masamune." lanjut Kojuro mengeluarkan kiseru dari dalam sakunya.

Ia menyalakan kiserunya dan duduk di beranda melihat bulan. Terlihat Kojuro sedang memikirkan sesuatu, "Nakamura-san, kamu ini tinggal di mana kalau di masa depan?" tanya Kojuro setelah menghembuskan asap dari mulutnya. Wah, pria ini benar-benar keren.

"Kalau di masa ku, aku tinggal di Sendai tepatnya di Prefektur Miyagi." jawabku sambil duduk di sebelahnya. "Begitu ya? Kamu tinggal dengan keluargamu? Apa mereka tidak khawatir saat kamu menghilang?" tanya Kojuro menoleh ke arahku.

"Tidak, aku tidak tinggal di rumah tapi di asrama sekolahku. Mungkin ayah dan ibu ku pasti khawatir denganku, sudahlah mereka pasti masih sibuk dengan urusan kantor mereka." jawabku cemberut. Kojuro pun jadi bingung, "kamu tidak tinggal dengan orang tuamu? Kenapa?" tanyanya lagi.

Aku menghela napas, "mereka tidak pernah memikirkanku, yg mereka pikirkan hanyalah pekerjaan. Sejak SD aku selalu tinggal dengan nenekku dan mereka berada di luar kota, mereka jarang pulang. Setiap kali aku meminta mereka untuk pulang dan menemaniku, mereka hanya mengatakan iya saja dan tidak pulang menemuiku." Tak lama air mata keluar membasahi pipiku ketika mengingat tentang ayah dan ibuku.

"Aku tidak tahu apa yg mereka lakukan sekarang, mereka selalu mengirimkan uang jika aku butuh. Padahal... aku ingin berkumpul dengan mereka, sudah lama sekali aku tidak bercerita, tertawa, dan makan bersama mereka." lanjutku seraya menahan air mata ku agar tidak terus keluar.

Tak lama, aku merasakan sebuah tangan besar dan hangat menyentuh pipiku. Aku menoleh, terlihat Kojuro tersenyum padaku. "Gadis yang berharga, jangan habiskan air matamu untuk hal yang tidak penting. Aku yakin pasti kedua orang tuamu menyayangimu walau mereka tidak selalu ada untukmu." ujar Kojuro seraya mengelap air mataku dengan tangan besarnya.

Aku membeku, kemudian pipiku memerah karena ucapan dan tindakannya tadi. "Eh, i-iya te-terima kasih Kojuro-san". Kojuro kembali tersenyum padaku, senyumannya membuatku tenang. Aku jadi semakin jatuh cinta dengannya, Kojuro benar-benar orang yg baik.

Aku pun menghabiskan waktu mendengarkan ceritanya sambil memandangi bulan yg indah.

Tanpa sadar mataku semakin lama semakin redup, aku sangat mengantuk dan ingin tidur.

"Nakamura-san, besok aku..." belum sempat Kojuro selesai bicara, aku terjatuh di pangkuan nya. Melelahkan.

POV Kojuro

Aku terkejut dan menggoyangkan bahu gadis ini sambil memanggilnya. "Nakamura-san, apa kamu tidur?" Melihatnya yg sedang tertidur di pangkuanku, Aku hanya tersenyum dan mengelus kepalanya. "Malam yg indah ya. Selamat tidur, gadis yg berharga." ucapku pelan. Aku kembali menghirup kiseru ku dan menghembuskan asapnya ke udara.

"Pantas kalian berdua tidak ada di ruang utama ternyata kalian malah pacaran di sini!" sahut Shigezane.

Aku menoleh, "aku hanya mengobrol sebentar dengan Nakamura. Lalu ia tertidur di sini karena kelelahan." jawabku pelan sambil menyuruh Shigezane untuk mengecilkan suara nya.

"Awwff, Kojuro manis sekali dengan gadis lucu ini. Aku jadi iriii." gumam Shigezane.

Aku hanya bisa menghela napas, "Kojuro, suruh gadis ini untuk menemuiku besok pagi. Aku ingin tahu apa kehebatannya selain bercerita." ucap Masamune sambil memberikan kantong belanjaan Nakamura kepadaku.

"Nakamura-san tadi sempat bilang kalau dia itu bisa memasak tapi..." Aku berhenti bicara sebentar. "Tapi?" tanya Masamune dan Shigezane serempak.

Ingatanku tentang Nakamura yg bisa menghindari serangan ku kembali  dikepalaku. "Sepertinya gadis ini juga tahu cara bertarung." lanjut ku membuat Tuan Masamune dan Shigezane terdiam.

Tuan Masamune pun menghela napas, "Kojuro bawa gadis ini ke kamar pelayan dan besok suruh dia untuk menemuiku di Dojo."

Tuan Masamune segera menuju ruangannya untuk tidur. "Hmm, kira-kira apa yg akan dites oleh Masa untuk gadis lucu ini? Semoga saja dia tidak terluka." tambah Shigezane seraya menuju ruangannya.

Aku pun menggendong Nakamura dengan gaya pengantin. Badannya yg kecil memudahkan ku menggendong nya.

"Selamat malam Gadis Berharga"

The Red String (Katakura Kojuro x Oc) ~Fanfic~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang