You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.
Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.
Happy reading
🍁 Hiro sebenarnya
Aku mengambil bekal yang berada di loker pribadiku dibantu oleh inosuke karena ini lumayan banyak juga. Aku pergi ke lapangan untuk membagikannya kepada semua teman setimku. Mereka senang mendapatkan bekal yang memang terlalu banyak bagiku jadi lebih baik kubagikan saja.
"Kalian makan saja. Sebelum latihan kita perlu banyak energi kan apabila bersemangat berlatih maka akan semakin bagus." Ucapku.
"Hiro-san kau tahu aniki selalu saja mengkhawatirkan aku." Keluh Senjuro.
"Itu hal wajar senjuro. Sebagai kakak pasti dia khawatir pada adiknya." Ucapku.
"Yah tapi jangan berlebihan juga. Bahkan aku masuk ke klub ini malah aniki yang melatih." Ucap Senjuro.
"Tidur." Ucap Muichiro.
"Kau baru saja makan mui." Ucap Yuichiro.
"Oh iya lupa." Ucap Muichiro.
"Argh aku bersemangat sekali!" Pekik Inosuke.
"Rasanya punya kembaran bagaimana sih hiro-san?" Tanya Senjuro.
"Biasa saja. Hanya kadang orang salah mengenal kami berdua karena kami identik." Ucapku.
"Mui kau malah tidur." Ucap Yuichiro.
Muichiro tertidur begitu saja di paha yuichiro membuat aku terkekeh geli melihat itu. Aku juga kadang begitu saat hanya berdua dengan tanjiro.
"Kapten ada yang bertengkar!"
Aku bangun dan memisahkan mereka berdua yang bertengkar satu sama lain. Aku memukul kepala mereka akhirnya mereka terdiam.
"Genya! inosuke! jangan bertengkar terus!" Tegasku.
"Si babi duluan!" Protes Genya.
"Kau duluan bodoh!" Pekik Inosuke.
"Diam kalian berdua aku adukan kepada sanemi dan ibu kau inosuke!" Tegasku.
Mereka berdua diam mendengar ucapanku dan yang lain tertawa. Yah aku mengerti kelemahan mereka berdua bahkan mungkin hampir semua teman setimku.
"Siang anak-anak!" Sapa Rengoku.
"Berbaris kalian!" Tegasku.
Mereka berbaris dan rengoku memberikan arahan tentang beberapa teknik sepakbola. Tak lama giyuu datang mengawasi kami semua.
Cukup lama kami berlatih dan malam harinya kami selesai berlatih. Aku tadi sms kepada tanjiro untuk pulang duluan saja karena latihan kali ini tidak bisa aku tinggal.
Aku ke ruangan guru karena mendapatkan pesan dari rengoku kalau sanemi memanggilku ke ruangan dia. Aku masuk ke ruangan sanemi dan mendapatkan lemparan buku di wajahku. Aku mengelus keningku yang terkena buku oleh sanemi.
"Kau murid sialan! hentikan bentakanmu!" Kesal Sanemi.
"Aku mengerti sensei. Aku memarahi genya karena dia bertengkar." Ucapku.
"Ck aku tidak peduli dengannya." Ucap Sanemi.
"Aku permisi sensei." Pamitku.
Aku keluar ruangan sanemi dan pulang bersama-sama yang lain. Saat ini hanya tersisa aku dan genya saja karena semuanya sudah pulang ke rumah masing-masing.
"Kulihat dibalik sifatmu yang sedikit rese. Kau juga baik sebagai kakak." Ucap Genya.
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu genya?" Bingungku.
"Kau tahu kakakku sangat tidak peduli padaku." Ucap Genya.
"Ucapanmu salah genya." Ucapku.
"Hey itu benar tahu!" Protes Genya.
"Kau ingat tidak saat kau pingsan di pertandingan tahun lalu karena lawan bermain kasar?" Tanyaku.
"Oh itu aku masih ingat tiba-tiba aku terbangun di rumah sakit saat sadar." Ucap Genya.
"Itu ulah kakakmu." Ucapku.
"Tidak mungkin." Ucap Genya.
"Dia tsundere genya. Persis adikku yang ketiga takeo jadi aku mengerti sanemi-sensei memperhatikanmu dari kejauhan, dan selalu berkata kasar namun saat kau sakit dia paling khawatir." Ucapku.
"Aku yang mengalaminya sendiri hiro. Sejak kematian kedua orangtuaku niisan selalu saja mengabaikan aku." Ucap Genya.
"Dia memarahiku apabila aku bertindak tegas padamu." Ucapku.
"Terserah aku tidak percaya." Ucap Genya.
"Coba kau tes besok. Berpura-pura sakit misalnya pasti akan terlihat wajah khawatir kakakmu." Ucapku.
"Ok akan kucoba." Ucap Genya.
Aku dan genya berpisah karena berbeda gang. Aku mendengar suara tawa dari sekumpulan orang saat kulihat itu preman tapi aku menyipitkan mataku melihat orang yang kukenali.
"Niisan!" Panggil Takeo.
"Oh jadi dia kakakmu bisa kita habisi sekalian."
Aku berlari dan menarik tangan takeo menjauh dari mereka kulihat wajah takeo sudah babak belur. Takeo memeluk tubuhku dan aku hanya diam saja merasakan perasaan marah dan sedih sekaligus melihat keadaan takeo yang tidak baik-baik saja.
"Ada masalah apa kalian terhadap adikku?" Tanyaku.
"Dia menabrakku!"
"Adikku sudah meminta maaf kan?" Tanyaku.
"Sudah tapi kami menginginkan ganti rugi!"
"Hey bodoh kau baik-baik saja!" Kesalku.
"Banyak bicara kau serang dia!"
"Kau mundur takeo biar urusanmu kutangani." Ucapku.
"Aku sudah mengganti rugi kepada mereka niisan." Ucap Takeo.
"Ck adikku bahkan sudah ganti rugi!" Kesalku.
Salah satu memukul wajahku dan aku langsung membalas pukulan mereka semua. Aku selesai menumbangkan mereka semua. Dan aku menggendong takeo untuk pulang walaupun dia menolak namun karena takeo terjatuh terus aku memaksa dia.
Pulang ke rumah aku mengobati takeo tak lama semua adikku datang ke kamar takeo. Tanjuro dan kie membawa takeo ke rumah sakit saat melihat kondisi takeo sementara aku menghela nafas kasar.
"Kenapa takeo bisa babak belur begitu niisan?" Tanya Tanjiro.
"Biasalah masalah sepele cuma dibesar-besarkan oleh preman." Ucapku.
"Maaf aku tidak bisa menjaga takeo." Ucap Tanjiro.
"Santai saja." Ucapku.
"Baiklah. Lain kali aku akan lebih berhati-hati menjaga adik-adik." Ucap Tanjiro.
"Iya niisan paham kok." Ucapku.
Aku memeluk tubuh tanjiro dengan erat tak lama ada yang memeluk tubuhku juga. Aku tersenyum merasakan semua adikku memelukku.
🍁Merasa kurang becus sebagai seorang kakak
Ka Twins
~ 12 Desember 2022 ~
Cepat update soalnya mulai sibuk kerja
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Kamado Tanjiro Twins (oc male reader)
Short StoryTIDAK ADA UNSUR LGBT SAMA SEKALI DAN KARAKTER COWOK YANG KUJODOHKAN DENGAN MC KUUBAH JADI CEWEK GENDERNYA STOP BILANG BOOK AKU INI YAOI DAN SEBAGAINYA SAKIT HATI TAHU AKU BACANYA My story doesn't exist on wattpad's other websites Ceritaku hanya ada...