📌TOKO BUKU

11 1 0
                                    

Annyeong yeorobun.
Selamat sore.

Akhirnya AURETTA kembali update setelah sekian lama.

Ada yang nunggu AURETTA, gak, nih?

Absen dulu kali, ya.

Emoticon⤵️⤵️⤵️⤵️⤵️

🐻

Gimana kabar kalian?
Semoga selalu sehat. Aamiin.

Sekarang musim hujan. Nad harap kalian ekstra menjaga kesehatan. Jangan telat makan juga.

Udah, deh basa-basinya. Hehe.

Sebelum membaca pastikan kalian sudah mengklik ⭐ dan tanda plus yang ada di halaman AURETTA. Yaps, tambahkan ke perpustakaan.

Tandai jika ada typo.

Happy Reading ✨

***


Di sebuah kursi panjang berwarna hijau, Retta menarik napasnya setelah lelah berkeliling toko buku. Jika ditanya kemana Al, jawabannya cowok itu hanya duduk santai dengan satu kaki di letakkan di atas kaki satunya dan menyibukkan diri untuk bermain handphone.

Al berbeda dengan Retta. Jika Retta sangat suka berkunjung ke toko buku untuk membeli buku atau hanya berkeliling saja, sedangkan Al tidak suka bahkan mendengar nama toko buku pun langsung malas.

“Udah ketemu bukunya?” Al menyimpan handphonenya ke dalam saku baju. Ia melihat wajah Retta dari samping.

Retta mengangkat buku yang baru saja diambil dari rak buku. “Udah kok.”

“Re, lo beneran mau beli bukunya?” tanya Al tidak percaya.

Retta mengangguk polos. “Beneran. Kalau gak, ngapain Retta ambil bukunya?”

Damn! Al merasa pertanyaan tadi tidak seharusnya terlontarkan. Jika dipikir-pikir jawaban Retta memang sangat benar dan jelas.

“Maksud gua, buku itu, kan gak wajib suruh beli. Lagian itu untuk pendamping belajar doang. Pakai buku biologi yang biasanya gua kira udah cukup.”

“Kalau Retta mau beli buku ini buat baca-baca gak masalah, kan? Palingan Retta baca kalau lagi gak ada kerjaan rumah aja,” jelas Retta yang berhasil membuat cowok itu melongo.

Orang lain kalau gak ada kerjaan ya tidur. Lah, ini malah baca buku, batin Al.

“Kenapa diem? Al sakit?”

Al memundurkan wajahnya ketika telapak tangan Retta hampir memegang dahinya. “Gak apa-apa.”

“E–eh.” Retta terkejut karena Al tiba-tiba menggandeng tangannya dan menggenggamnya penuh kelembutan.

“Takut lo ilang,” alibi Al.

Retta menekuk mulutnya. Al melihat Retta melalui ekor matanya, lalu tersenyum kecil.

“Langsung pulang atau mau ada yang lo beli lagi?” tanya Al ketika sampai di parkiran.

Retta terlihat berpikir sebentar. “Langsung pulang aja. Oh, iya, nanti turunin Retta di depan pasar.”

AURETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang